Aku Diandra

83 6 0
                                    

"Ah sialan! Gua udah muak sama ni tugas! Mana banyak lagi! Mending besok gua nyontek aja kerjaan anak kelas" pikir aku dengan penuh emosi lantaran kepalaku serasa melayang tatkala ku lihat semua tugas itu tak dapat ku selesaikan sama sekali.

Dan disela aku menghujat, terdengar hujatan lain dari area dapur.

"Mama yang salah! Ray jadi begini karena mama terlalu memanjakan Ray! Gak pernah berani untuk nasehatin Ray! Lihat sekarang! Kuliah gak jelas! Luntang lantung dan suka mabuk-mabukan, ini semua karena mama gak becus jadi seorang ibu!!!" teriak papa dengan kasar

"Ini bukan salah mama, pa! Ini semua karena papa yang gak bisa punya waktu buat kami! Selalu sibuk dengan kerjaan! Ray itu anak cowo dan seharusnya papa yang lebih banyak nasehatin Ray!!" balas mama dengan amarah.

"Papa kerja buat kalian! Emang kalian mau makan apa kalau papa gak kerja?!" pekik papa sambil melayangkan tangan kasarnya tepat di pipi mama.
...
Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Terkadang ku harus mencampuri dengan teriakan dan amarah seorang anak yang kesal atas apa yang harus dialaminya. Kini, pertengkaran hebat terjadi lagi karena kak Ray tertangkap petugas keamanan tengah mabuk sambil mengendarai motor dengan ugal-ugalan. Mempunyai watak yang sama-sama keras menjadikan mama dan papa tiriku bagaikan dua buah baja yang ditabrak hebat secara bersamaan. Sama seperti biasanya, papa pun selalu pergi meninggalkan kami entah kemana dan dalam beberapa hari barulah papa akan kembali, dan tak lama akan bertengkar kembali. Papa yang kerap mengkasari mama menjadikan aku sebagai seorang gadis emosional dan temperamen. Dan yang kutakutkan hanyalah rasa sedih yang akan dialami oleh Deny, adik ku yang masih berumur 5 tahun, rasa khawatir ku lebih kuat dibandingkan dengan rasa sedih ku. Ayahku telah lama bersama Tuhan sedari aku masih kecil dan yang bisa kulihat hanyalah sebuah foto tua dengan ayah dan mama yang tersenyum bahagia, dan kini sejak aku menginjak SMP, mama telah menikah dengan papa tiriku.

Inilah aku, Diandra...
Seorang gadis 17 tahun yang emosional, temperamen, dan hampir tak pernah mengenal kasih sayang entah sedari kapan. Yang kuhadapi tak lebih dari kerusuhan rumah tangga mama dan papa serta pergaulan ku yang semakin buruk.

Aku sedih...
Aku depresi...
Aku terluka...
Namun, ku tak biarkan orang lain tahu kesedihan ku. Dan aku pun mengambil peran sebagai seorang cewe "nakal" yang seakan bebas melakukan apapun.

...
Kriiiingggg!!!
Alarm yang setiap hari kupasang seakan ingin selalu aku hempaskan, namun jikalau begitu akan susah bagiku untuk terbangun dari hibernasi singkat ini.

Terbangun dengan rasa kesal yang masih ada, aku pun berniat untuk sedikit masuk ke sekolah lebih lambat, namun teringat oleh ku tugas-tugas semalam yang belum aku kerjakan.
Seketika dengan kilat aku mempersiapkan diri, mandi sekedarnya, berpakaian, dan segera siap-siap sarapan dan langsung berangkat ke sekolah. Tak seperti cewe kebanyakan yang sangat memperhatikan sebuah penampilan, aku tak begitu peduli dan masa bodoh.
Ku kendarai motor ini dengan kencang bak seorang pembalap. Bagaimana tidak mungkin aku melaju lantaran alarm selalu ku atur 20 menit sebelum masuk dan sekarang tepat 5 menit sebelum masuk dan tugas-tugas belum sempat ku contek dari yang lain. Tanpa peduli keselamatanku, aku melaju dan yang kupikirkan hanyalah jangan sampai aku terkena hukuman dari bu Rosa di jam pertama belajar.
....
Aku sampai tepat waktu namun ternyata nasib baik tak berpihak padaku. Alih-alih tepat waktu namun aku tak sempat menyalin tugas, terpaksa aku harus menerima hukuman untuk kesekian kalinya.

"Diandra ... Diandra... sudah berapa kali kamu lalai mengerjakan tugas yang saya berikan sampai saya sudah bosan memberikan hukuman untuk mu, Diandra" oceh bu Rosa kepadaku.

"Bagaimana gak saya kerjain, bu. Tugas ibu itu banyak dan susah-susah bu! Saya gak ngerti matematika bu!" jawabku dengan jutek.

"Kamu kan bisa minta diajarkan sama yang lain, Diandra..." jawab bu Rosa.

"Saya belum sempat nyont..." jawab ku dan sebelum aku keceplosan, ku usai kan jawabanku.

"Sekarang kamu bisa keluar dan laporkan ke guru petugas agar kamu bisa ditindaklanjuti" ujar bu Rosa dengan sedikit kesal.

Tanpa menjawab, aku langsung pergi keluar dari kelas.

Duuukkkk...
"Aduhh! Apaan sih?..." rintih aku tatkala sebuah pesawat kertas melayang dan menabrak tepat di kening ku. Dan itu berarah dari seorang cowo didepanku.

"Eh lo... ngapain pakai nerbangin pesawat kertas segala lalu lo arahin ke gua?! Gila ya lu cowo bodoh!" pekik aku dengan kesal.

Dan dia tetap berjalan menuju kelas ku. Entah siapa dia, aku baru melihatnya. Dan aku berpikir, mungkin saja ia siswa baru.

"Lo anak baru ya?! Sombong benar elu! Dasar..." seketika kata ku terhenti terucap tatkala dia melewati ku begitu saja.

Tak berbicara, tak menjawab pertanyaan ku. Tersenyum bodoh. Dan begitu dia lewat, badanku dingin,hangat, dan dingin, tak terasa, bagaikan aku pergi dari ragaku. Dan aku menarik nafas panjang sembari berfikir
"Siapa cowo bodoh itu?!..."
"Dia dan pesawat kertasnya..."

Untuk Diandra ( Part Rara )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang