Cerita Buku

41 5 1
                                    

Aku yang terdiam dan berusaha menahan diri untuk tak menoleh akhirnya harus terkalahkan oleh perasaan lain yang menghendaki diriku untuk sedikit mengintip si cowo bodoh itu.

"Lah... kemana tu cowo bodoh?! Cepet benar tu anak ngilang!" pikir diriku lantaran cowo itu menghilang begitu saja.

Sungguh langkah panjang darinya yang membuatnya cepat melangkah ke kelas. Aku sedikit penasaran dengan kelas manakah yang akan cowo bodoh itu jadikan tempatnya bersarang. Ah, masa bodoh dengan itu. Aku harus menuju guru yang bertugas agar hukuman ku tak semakin berat.

Namun, diam-diam kuambil pesawat kertas itu. Entah apa yang kupikirkan, aku hanya begitu saja mengambilnya.

...
Dan kini ku bertemu dengan Pak Salim, guru petugas hari ini.

"Eh, Diandra... seperti biasa ya, nak?" tanya Pak Salim sambil tersenyum nyinyir kepadaku.

"Ya gitu pak..." jawab aku dengan singkat.

"Nah, kita selalu bertemu lantaran kamu yang selalu saja begini. Kamu harus lebih baik, Diandra. Usahakan sebisa dirimu dan cobalah untuk belajar dari kesalahan." ujar Pak Salim.

"Baik... Pak. Tapi saya sangat sulit untuk mengerti matematika, pak" keluh diriku.

"Kamu kan bisa mengambil les untuk menambah pemahaman kamu" nasihat pak Salim.

"Baik pak, sekarang saya harus apa, pak?" jawabku kembali dengan singkat agar pak Salim tak terus menasehatiku.

"Nah, sekarang bu Diana ada di perpustakaan. Kamu tolong membantu bu Diana sedikit mendata buku-buku yang baru datang. Sekalian kamu bisa meminjam buku matematika juga." ujar Pak Salim.

"Baik pak"

Aku pun pergi menuju ke perpustakaan. Dan sesampainya disana, aku bertemu dengan bu Diana dan langsung mengerjakan hukuman yang diberikan.

"Nah. Diandra tolong data buku-buku di lorong biografi ya... Disana ada banyak buku baru yang belum sempat didata sepenuhnya." pinta bu Diana.

"Baik bu..."

Aku pun langsung saja ke lorong biografi dan langsung mendata, ku tak ingin berlama-lama dengan kumpulan buku yang membuatku tak betah. Ku data dengan cepat dan ku tuliskan pada buku pendataan buku. Tanganku yang dengan cepat mengambil, memeriksa, dan mendata buku-buku seketika membeku tatkala aku mengambil buku biografi berjudulkan "Wanita Hebat Pengubah Dunia" lantaran seketika itu pula tangan dingin memegang buku yang sama.

"Elo..? Ngapain lo disini?!" ujar diriku sedikit kaget.

Ya, si cowo bodoh itu bak hantu yang seketika datang tiba-tiba. Dan sempat kuperhatikan dirinya dengan lembut sedang disaat yang sama ia pun menatap hangat diriku.

Wajah pucatnya tetap lembut bersinar.
Begitupula dengan rambut coklatnya.
Tapi mata itu...
mata terindah yang pernah kulihat...
mata cokelat secokelat rambut nya
tidak...
mata itu lebih bersinar...
semakin hangat aku rasakan

Eh, apa-apaan ini dengan diriku. Aku seketika tersentak setelah cukup lama menatapnya dan aku sedikit malu. Ntar dia malah baperan atau aku yang bakal baper? Eh eh....

"Eh hmm m... lo ngapain? Mau lemparin pesawat-pesawatan lagi?" tanya aku sedikit gugup.

Dan kembali dia hanya diam tak menjawab. Dan seketika...

"Kau bisa seperti mereka..." ujar dirinya dengan lembut.

"Mereka siapa? Eh aneh benar lo ya, bukannya jawab pertanyaan gue malah ngomong gak jelas. Dasar cowo bodoh bin aneh...!"

"Itu..." jawab dirinya sambil menunjuk kearah buku yang ku pegang.

Ya, buku yang sempat kami pegang bersama yang berjudul "Wanita Hebat Pengubah Dunia"

"Maksud lo...?" tanya diriku.

"Aku tahu kau menyimpan pesawat kertas itu. Sempatkanlah dirimu untuk membaca pesanku" ujar dirinya.

Aku tersentak dan malu. Bagaimana dia tahu aku menyimpannya. Dasar penguntit! Aku dibuat malu olehnya.

"Diandra... Diandra..." panggil bu Diana.

Aku langsung mengarah ke bu Diana dan berkata "Ya, bu..."

"Kamu bicara dengan siapa sampai marah-marah begitu?" tanya bu Diana bingung.

"Itu bu! Sama cowo bodoh itu bu!" ujar diriku sambil menunjuk kearah si cowo bodoh tadi.

"Mana Diandra?" tanya bu Diana dengan semakin bingung.

"Lah kemana tu cowo bodoh?! Tadi dia disitu bu, keburu kabur dianya bu!" ujarku sedikit mangalih perhatian.

Entah kemana si cowo bodoh itu pergi dan menghilang begitu saja. Sekali lagi, langkah panjang kakinya mungkin begitu panjang.

Ia tahu aku mengambilnya dan malah menyuruhku membaca pesan yang mungkin saja ia tuliskan di pesawat kertas itu.

Aku pun mengambil pesawat kertas itu yang ku simpan di saku, dan lalu aku mulai membukanya dan hendak membacanya...

Dan ternyata.....

Untuk Diandra ( Part Rara )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang