Family

3.4K 21 0
                                    

Hari itu adalah hari yang memulai kehidupan baru Alfred, mungkin bukan baru sih tergantung pendapat kalian. Semua saudara dan keluarga lain Alfred perjalanan hidupnya mirip-mirip hingga sekarang, mulai dari kakak-kakaknya, adiknya, sepupu, bahkan tantenya. Semuanya tidak berjauhan selain Alfred, satu-satunya orang yang memiliki jalan paling berbeda dengan keluarganya. Jika berurusan dengan keluarga Alfred cuman bisa pasrah, walaupun dalam pikirannya dia sudah mengomel dan menentang semua  yang diberitahukannya. "Toh, dia keluarga saya" pikir Alfred tiap pendapatnya berbeda, jika dia menolak dia harus ke mana?.

Salah satu hal yang paling dibenci Alfred adalah Thomas, ia adalah abangya sendiri. Kenapa? dia bukan benci karena abangnya sering mengganggunya, menindasnya, cuek, marah-marah, atau sebagainya. Alfred benci karena mereka terlihat persis di usianya sekarang ini, jika Alfred dan abangnya berdiri berdampingan akan sangat sulit membedakannya kecuali mendengar suaranya. Mengapa harus dibenci hanya karena terlihat mirip? Bukannya itu normal?. Normal... iya sih normal, cuman Alfred orangnya tidak mudah berkomunikasi dengan orang asing yang merupakan kebalikan abangnya. Sehingga orang lebih mengenal abangnya daripada dirinya, dan hal yang paling tak disukai Alfred ketika orang lain memanggilnya Thomas. Yup, orang lain menganggap Alfred itu abangnya, karena mereka sangat mirip, tinggi sama, muka sama, body sama, hanya suara dan pemikiran aja yang berbeda.

Balik lagi ke masalah jalan hidup yang saya maksud sebelumnya, semua keluarga Alfred alumni sekolah yang sama. Kecuali Alfred sendiri, ia sekolah berjauhan dengan rumah yang membuatnya jarang berkomunikasi dengan keluarganya. SMP dan SMA yang berbeda dari semua keluarganya pernah masuki, kenapa? karena ia lulus di sekolah unggulan. Tak ada yang keberatan dengan keputusannya itu, akan tetapi dia yang mengurus segalanya mulai dari berkas pembayaran tempat tinggal dll. orang tuanyanya hanya memberikan uang saja.

Kini Alfred sudah memasuki bangku perkuliahan dimana kampusnya berada jauh dari kediaman orang tuanya, yah walaupun dari dulu sekolahnya jauh dari rumahnya. Sekarang jauhnya berbeda, lebih jauh lagi cuman kali ini dia hidup bersama abangnya , soalnya ia juga masih kuliah.

_________________________

"Jangan lupa datang ke wisuda saya yah minggu depan" kata Thomas sambil mengenakan sepatunya, Alfred hanya membalasnya dengan deheman kecil sambil sibuk mengerjakan laporan di laptopnya. Usia mereka sebenarnya selisih 5 tahun, Alfred masih 16 tahun sedangkan Thomas sudah 21. Terus kok Alfred udah kuliah? Yah soalnya dia ikut progran akselerasi dua kali, makanya sekarang ia kuliah padahal masih muda.

Tak lama setelah Thomas ke kampus, Alfred pun sudah lengkap dengan segala perlengkapannya yang kini dalam perjalanan meniji kampus.

"Al, bantu kerja hasil laporan dong, masih bingung ama rumusnya" Hamdah datang sambil mengeluarkan lembaran kertas HVS yang berisi tulisan angka dan huruf-huruf. Hamdah adalah satu satunya orang yang paling akrab dengan Alfred, walaupun dia adalah orang paling tua di angkatannya. Ia tak pernah sekalipun merasa terancam dengannya, mengingat kampusnya sangat menjunjung tinggi senioritas.

Mereka sampai di kantin kampus dan berada di salah satu meja panjang yang sebenarnya muat untuk delapan orang, tetapi mereka berdua telah memenuhi meja itu. "Rumusnya sudah saya kasih di atas masing-masing kertas, sisanya kamu yang itung" kata Alfred sambil menunjukkan semuanya. Bertambah lagi perempuan yang bergabung di meja mereka Ataya, Winda, Kasma, dan Intan. Mereka teman segengnya Hamdah semua.

"Eh mingdep lab jam berapa yah? Soalnya mau datang ke wisudanya abang saya" tanya Al sambil memotong-motong gorengan yang dipesannya tadi. "10 mungkin" seseorang menyahut.

________________________________

Seminggu berlalu, hari wisuda Thomas sudah tiba. Sehabis lab kimia Al langsung bergegas melepas semua perlengkapan labnya, merapikannya di dalam tas kemudian berlari menuju tempat wisuda Thomas. Mengapa ia terburu-buru? Itu karena keluarga besarnya datang ke sana, setidaknya ia menyapa mereka. Seperti biasanya, Alfred di sana seolah-olah hanya angin. Tak ada yang memerhatiakannya, hanya tersenyum saat dipotret. Itu pun ia hanya melakukannya sekali, saat semua keluarganya bersama.

Setelah acara wisuda itu, Alfred langsung pulang ke kosnya soalnya besok ia presentasi sedangkan yang lainnya sibuk merayakan pesta di rumah. "Berada di sana sudah cukup buatku" gumam Alfred saat melihat foto keluarga yang tergantung di dinding kosnya itu.

__________________________

Tiga tahun berlalu, kini giliran Alfred yang wisuda. Lumayan cepat kan, pintar. Cuman itu satu-satunya hal yang menonjol darinya. "Mereka bakal datang kan?" Pikir Alfred, bulan lalu ia sudah mengabari orang tuanya bahwa ia bakal wisuda hari ini.

"Hahaha... Kalian beneran datang jauh jauh kemari" kata Alfred sambil melihat gerombolan teman kelas SMAnya. Mereka kuliah jauhan semua, relain beli tiket demi datang ke wisuda Alfred gimana tidak terharu dia.

Setahun telah lewat, sekarang Alfred sedang memandang foto wisudanya. Hanya ada Thomas dan dirinya di sana "Kapan yah terakhir kali foto sama papa mama?" gumam Alfred "Haruskah kutanya mereka buat foto bareng?" lanjutnya

"Haruskah kukatakan ke mereka?" Alfred sedang saat ini sedang duduk di kamar rumah sakit.

"Nanti aku mengganggunya, lagian belum tentu mereka datang" lanjutnya kemudian terlelap.

________________________________

Setahun berlalu, kini orang tua Alfred sedang berada di depan apartemen Alfred kemudian mengetuknya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita keluar dari apartemen itu.

"Alfrednya ada?" tanya mamah.

"Alfred?" Wanita itu bingung, "Saya sudah beli apartemen ini bulan lalu, mungkin yang dimaksud sudah pindah. Coba tanya bu apartemennya, ruangannya di bawah" kata wanita itu sambil menutup perlahan pintunya.

Mereka turun mendatangi bu apartemen tersebut, "Alfred dari apartemen 708 kapan pindah bu?" Tanya mamah pada bu apartemen.

"Kalian belum dapat kabar yah?" Jawab bu apartemen, "Alfred udah meninggal tiga bulan lalu, kena kanker otak" lanjutnya diikuti keheningan.

Bu apartemen membawa mereka ke makam Alfred "Dia orang paling ramah di apartemen, tiap malam ia membawakan saya makan saat ia pulang dari kerja" kata bu apartemen sambil berusaha membendung air matanya, "Saat itu, ia bilang tidak bakal pulang beberapa hari..." sayangnya tangisnya mulai tak terbendung lagi "...minggu depannya saya dapat kanar, kalo ia sudah tiada..." lanjutnya sambil memeluk nisannya.

"Ia tak pernah membicarakan keluarganya..." bu apartemen iu kemudian berdiri, menghapus air matanya. "...karena  itulah saya tidak mengabari kalian" bu apartemen meninggalkan mereka.

"Maafkan aku nak" ucap papah mamah dalam hati.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang