The Girl Who Never Remembered: Jun

231 26 1
                                    

Seventeen's Wen Junhui

Blackpink's Kim Jisoo

Warning: Penulis tidak mengambil keuntungan apapun dalam pembuatan fanfiction, ini hanyalah demi kepuasan diri semata.

Jun: Sebuah permulaan
onebili_1

Pagi ini rasanya sangat biasa meskipun hari ini termasuk dalam daftar hari istimewa. Bukan karena ada sebuah perayaan nasional ataupun fenomena alam. Hanya segelintir dari hari yang akan menjadi kenagan dalam hidupku.

Hari ini tepatnya adalah hari pertamaku sebagai siswa menengah atas, dan itu berarti aku menuju masa kedewasaan. Tubuhku yang tinggi menjulang terkadang disalah artikan bahwa aku sudah dewasa, tapi nyatanya tidak. Kedua orantuaku terkadang menegurku karena aku terlampau pendiam.

Jujur saja, aku bukanlah  tipikal orang yang dengan gampang mengekspresikan emosi dengan perkataan. Aku lebih memilih diam ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginanku, atau mungkin ada sikap yang tidak sesuai denganku.

Meskipun banyak orang yang mendekatiku, mencoba berteman denganku, aku hanya akan merespon jika aku mengenal mereka lebih lama. Dan sepertinya akan membutuhkan waktu yang lama bagiku untuk mendapatkan teman di sekolah ini.

Aku berjalan melewati koridor dengan santainya. Beberapa siswa memperhatikan diriku yang berjalan melewati mereka. Beruntungnya aku menempelkan earphone tak bersuara ke telinga, jadi tidak ada satupun yang memulai pembicaraan denganku. Tubuhku kadang terbentur dengan para siswa yang entah kenapa berlarian di sepanjang koridor.

"Junhui"

Seseorang memanggil diriku dengan lantang membuatku langsung membalikkan badan. Pria yang tidak lebih tinggi dariku berlari mendekat. Senyumnya merekah setiap saat meski aku jarang sekali membalas senyuman itu.

"Sudah kuduga, lagi-lagi kau bersiasat." Ucapnya sambil menarik earphoneku.

Dia Minghao, pria yang sejak kecil hingga sebesar ini menjadi temanku. Bukan karena aku dan dia satu pikiran, tapi karena kami terbiasa satu sama lain. Waktu-waktu yang kami lewati bersama menimbulkan kenangan yang selalu kami ingat. Seperti earphone tak bersuara misalnya. Minghao tahu jika aku benci interaksi jika sudah memakai earphone, teman kecil ku ini selalu tahu jika aku tidak benar-benar sedang mendengarkan musik.

"Menyingkirlah" usirku

Aku mendorongnya pelan dan melanjutkan perjalanan yang tidak aku ketahui tujuannya. Aku hanya mengikuti kemana kakiku melangkah.

"Hey, memangnya kau tahu harus kemana?"

Minghao mengikuti diriku berjalan, sesekali dia akan melakukan hal yang sangat membuatku risih. Saat kami melihat gerombolan anak baru seperti kami memenuhi mading, Minghao dengan antusiasnya menarikku kedalamnya.

"Nanti, tunggu semuanya pergi." Ucapku sambil menghempaskan tarikannya.

"Ayolah.., apa kau tidak penasaran? Bagaimana jika kita tidak satu kelas?"

"Itu yang aku harapkan."

Minghao menyeringai mendengar jawabanku yang terlewat kejam. Tangannya kini mengunci leherku dan menyeretku kedalam gerombolan penuh sesak.

"Permisi, tolong beri jalan, aku sedang bersama pangeran."

Jika saja aku lebih kuat darinya, aku bisa melepaskan diri dan menyumpal mulutnya. Bodohnya aku yang tidak sekuat dirinya dalam hal fisik.
Aku cukup terheran ketika para siswa baru benar-benar memberi jalan untuk kami. Beberapa gadis justru berteriak tak jelas saat kami lewat.
Di depan mading aku langsung melepaskan diri. Merapikan pakaianku yang lusuh karena perlakuan Minghao.

"Sial, ini seperti dugaanmu."

Ini pertama kalinya aku mendengar Minghao yang kesal. Aku mengalihkan pengelihatanku pada dinding mading yang tertutup kertas. Aku menelisik dimana namaku terpampang, dan aku merasa bahagia karena dugaanku benar adanya. Aku tidak satu kelas dengan Minghao.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Girl Who Never Remembered Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang