Part 12

2.2K 184 32
                                    

Semakin erat kau menggenggam pasir, maka semakin banyak pula pasir yang akan jatuh kembali ke tempatnya.


Happy Reading

AUTHOR POV

Sena sedang mondar mandir di dalam kamarnya untuk menunggu sang suami yang belum juga pulang. Padahal jam suka menunjukkan bahwa makan malam akan dimulai.

"Chan, kau dimana? Kenapa belum pulang?"

Tok. Tok.  Tok.

Pikiran Sena buyar seketika saat seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Dengan segera dirinya langsung membuka pintu kamarnya.

"Nyonya, makan malam su--"

"Bibi Han, apa Chanyeol sudah pulang?" tanya Sena cepat.

Perkataan bibi Han terputus saat Sena dengan segera menotong ucapan kepala pengurus rumah ini. Terlihat sekali dari kerutan di dahinya yang menandakan jika Nyonya mudanya sangat mengkhawatirkan kondisi Tuan mudanya itu. 

"M-maaf nyonya, tapi saya tidak melihat tuan muda hari ini. Sekali lagi saya minta maaf." sesal bibi Han.

Rasa khawatir, marah, kesal berkecamuk menjadi satu dalam hati Sena. Tapi bagaimanapun juga dirinya tidak berhak bibi Han yang dipikirnya tidak tau apa apa.

"Tidak apa apa, bi. Kalau begitu aku akan mencari Sera untuk makan malam." kata Sena seraya menepuk pundak bibi Han.

Selepas kepergian Sena dari hadapannya, bibi Han langsung diterpa rasa bersalah. Sejujurnya, dirinya tau bahwa tuan mudanya sudah datang sejak tiga puluh menit yang lalu dan langsung pergi menuju kamar Sera, tapi apa yang bisa ia lakukan saat Chanyeol mengancam akan memecatnya jika dirinya memberi tahu Sena akan hal ini?

Bibi Han bukan orang bodoh yant tidak tau apa apa dengan apa yang terjadi terhadap tuan mudanya. Belasan tahun dirinya mengabdi kepada Chanyeol membuat bibi Han tau selak beluk diri pada pria itu.

Tuan mudanya sedang bermain di belakang istrinya sendiri. Walaupun tidak memungkiri jika ia tau bahwa tuan mudanya masih mencintai mantan kekasihnya itu.

Dia hanya bisa dian dengan rasa bersalah yang mendera hatinya, karena disini tuannya adalah Chanyeol bukan Sena maupun Sera.

"Semoga saja tuan muda segera menentukan keputusannya. Agar nyonya Sena dan nona Sera tidak tersakiti satu sama lain." ujar bibi Han sebelum pergi dari kamar itu.

Di sisi lain, Sena yang masih merasa kecewa karena tidak mendapat kabar dari suaminya mencoba bersikap seperti biasanya. Berhenti tepat dihadapan pintu kamar sang adik dengan mencoba mengatur ekspresi wajah cantiknya.

Tok. Tok. Tok.

"Sera, ayo kita makan malam."

"..."

Tidak apa jawaban apa pun dari dalam sana. Saat mencoba untuk membuka pintu, tangannya melayang di udara. Dirinya merasa kurang sopan jika membuka pintu orang lain walaupun itu adiknya sendiri.

"Sayang, ayo kita makan malam."

"..."

Masih sama, tidak ada tanda tanda seseorang akan membuka pintu kamar ini. Dirundung rasa penasaran yang besar, dengan mengenyahkan rasa tidak sopannya Sena membuka pintu kamar Sera.

Forbidden Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang