I can delete your photo
Your text
Your number
But how do i delete
Your face
Your voice
And our memories?•••
Sakit.
Ini benar-benar menyakitkan. Bahkan rasa sakitnya tak mampu diungkapkan melalui kata-kata. Rasa sakit itu berhasil membuat tubuhnya terasa kebas, sulit untuk digerakkan meski mati-matian ia berusaha terbebas dari rasa nyeri ini. Kenapa? Apa yang terjadi padanya?
Lelaki itu mencengkram permukaan kaos bagian depan miliknya dengan sangat erat, meremasnya, berharap mampu mengurangi sesak di sana. Tapi, alih-alih merasa baik, kondisinya justru bertambah semakin buruk ketika sekelebat bayangan terngiang dalam benaknya. Bayangan yang membuat rasa sakitnya bertambah.
..sebuah pertengkaran hebat, dan tangisan berujung kepedihan.
Bayangan itu berjalan sangat cepat seperti video yang diputar dalam kecepatan dua kali lipat tanpa jeda. Mengambil alih seluruh kewarasannya hingga ia hanya bisa mengerang tertahan, merasa putus asa memegang kepalanya yang berdenyut menyakitkan seiring detik berjalan memori buruk yang tak pernah diharapkannya sama sekali terus bermunculan memenuhi isi kepalanya.
Beberapa kali lelaki itu bergerak brutal, mencengkram kuat sprai ranjang hingga tak berbentuk demi melampiaskan rasa sakit yang di alaminya.
Tepat saat ia berusaha menemukan kewarasannya yang hilang, detik selanjutnya tubuhnya membeku. Menelan saliva dengan susah payah ketika tanpa kesengajaan telinganya menangkap suara ganjil. Suara isakan rendah yang terdengar pilu, sekaligus memendam rasa putus asa. Sontak membuat rasa sesak yang telah ada semakin bertambah menyesakkan.
"-Sedikit.. sedikit saja, mengapa kau tidak pernah bisa peduli padaku?"
Kedua irisnya membelakak lebar, lensanya dengan bersusah payah langsung memandang sekitar mencari sumber suara tersebut berasal, berharap jika itu hanyalah halusinasinya sesaat.
Dan, ketika faktanya ia tak menemukan siapapun selain keberadaannya sendiri. Ia tertawa sinis. Cih. Bodoh. Rutuknya.
Entah berulang kali ia mengedarkan pandangan menelusuri seisi ruangan tak ada satupun jejak keberadaan orang lain berada di dalam apartemen miliknya ini. Tak seorang pun.
Namun, mengapa ia merasa seperti ada seseorang tengah berada di dalam rumahnya? Seperti, mengawasinya?
Apakah sekarang ia mulai berubah menjadi manusia kurang waras?
Lelaki itu kemudian terkekeh geli atas pemikiran bodohnya barusan. Tidak mungkin. Ia tahu itu. Barangkali mungkin telinganya hanya keliru dalam mendengar sesuatu. Ditambah dari awal kepalanya terasa pening, mungkin itu mengapa ia tidak mampu mencerna segalanya dengan baik.
"Apa kesalahanku?"
DEG.
"Kau membenciku?
Suara lirih itu lagi yang didengarnya. Sialan.
Sontak, ia mencengkram kasar surainya. Menggeleng-gelengkan kepalanya kesana kemari secara brutal berusaha mengusir suara itu dari isi kepalanya.
Tidak!
Tidak! Pergi dariku, sialan! Makinya. Berulang kali melontarkan kata kasar untuk kesekian kali entah ditujukan pada siapa.
"Jika aku pergi adalah keinginanmu. Aku akan melakukannya.."
Sial. Apa ini sebuah lelucon? Lantas mengapa suara itu seolah mampu mengerti jalan pikirannya?
"Kuharap kau bahagia."
"-selamat tinggal..."
Kedua tangannya kembali beralih menutup telinganya rapat, suara itu. Suara tangisan itu tak hilang. Malah semakin jelas terdengar dipendengarannya, jauh lebih buruk, siksaan itu semakin bertambah ketika ia mulai mendengar suara lain turut mengacau pikiran sehatnya.
"Ini semua salahmu!"
Lelaki itu menggeleng frustasi sebagai penolakan. Memang apa yang telah ia lakukan? Dia mendecih sinis.
"Kau yang menyebabkannya menjadi seperti itu, berengsek!"
Lagi, suara itu semakin menyudutkannya membuat kepalanya terasa penuh. Sial.
"Mengapa bukan kau saja yang enyah dari sini, hah!"
Mendengar kata tersebut sontak menyulut api emosi yang sempat tertahan. Dia sejenak tertawa miring sebelum seperdetik kemudian tubuh kurusnya bergerak kilat, menghancurkan barang apa saja yang mampu dijangkaunya secara brutal hingga benda tak bersalah itu menjadi sasaran kemarahannya.
PRANG!
"-sial. Itu bukan kesalahanku!"
Lelaki itu berteriak kalap, suaranya yang keras dan nyaring terdengar memecah keheningan.
"Bukan aku. Sungguh bukan aku yang melakukannya..." lirihnya terisak pilu. Suaranya bergetar, terdengar memohon. Beberapa kali kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, matanya waswas melihat sekitar, seolah menahan rasa takut jika seseorang akan muncul secara tiba-tiba.
Ia kembali menundukkkan kepala. Meringkuk lemah seraya memukul kepalanya sendiri seperti orang hilang kewarasan. Ia tak tau lagi harus bagaimana agar halusinasinya itu berhenti, berulang kali meneriaki kata tidak, pergi, menjauh, bukan salahku, tetap saja halusinasi itu bagai memutar cepat di depan matanya. Terasa meremas kuat jantungnya hingga membuatnya sulit untuk bernafas. Mulutnya terbuka, beberapa kali berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin.
Hingga tak mampu menahan kesedihan mendalam, tubuh lelaki itu ambruk membentur dinginnya lantai. Tubuhnya gemetar kalut. Sesaat dalam sisa kesadarannya yang mulai menipis, ia melihat siluet seseorang berdiri di hadapannya memberikan senyuman sendu yang mengiris hati. Seketika ia menggigit bibir bawah getir dengan napas tercekat. Matanya mengerjap kosong seraya berbisik rendah dengan nada putus asa.
"M-maaf.."
Sebelum kesadarannya kemudian terenggut dalam kegelapan. Diam-diam tanpa disadari, untuk pertama kalinya setetes cairan bening jatuh kala kedua mata itu terpejam sempurna. []
***
________________________
Di sekelilingnya semua terlihat gelap. Tak ada suara yang terdengar. Sunyi dan sepi. Ini semua pasti hanya mimpi, bukan?
Ya, ia sangat yakin itu.
Ini semua pasti hanyalah mimpi buruknya, karena setelah ia terbangun nanti semua pasti akan kembali seperti semula. Semua pasti akan kembali baik-baik saja...Ya. Kembali baik-baik saja...
.
.
..kau tak akan pergi jauh dariku bukan?
________________________
- COMING SOON-
MIN YOONGI & BAE SOOJI FANFICTION
STORY BY :
COURRIELYX.
.
SECRET MEMORIES
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Memories | myg-sz
FanficMin Yoongi. Pria yang selamat dari suatu kecelakaan namun tak bisa mengingat apapun sebelumnya. Saat dirinya tengah dilanda kebingungan, mencoba bertanya siapakah dirinya, ia bertemu dengan sosok gadis asing. Namun siapa sangka. Seiring waktu berjal...