a. one [in my dream]

728 91 41
                                    

Maaf malah menambah daftar hutang hehehehe

Selamat bulan Juni peeps💞
Inspirasi bikin ini; Bwikuk__ dengan anxiety nya yang ugh! Dan gimmeshu yang update snap WhatsApp tentang ini,

Berhubung cocok denganku yang kayaknya aku juga begini, so aku ga tau kenapa pengen nulis.

Ini kado kedua buat kakakku termesum *salah!!
Tersayang Jimsnoona

Ps; aku termasuk orang yang suka siksa orang 💞








...






Dengan pasang mata hazel yang kelam, ia menatap. Menatap sekeliling ruangan. Tidak. Ia tidak berfikir. Ia hanya menatap.

Pusing. Pandangannya berkunang-kunang . Berapa lama?



Berapa lama ia tertidur dilantai rumahnya?







.
.
.












"Jimin! Ini sudah jam berapa? Tidakkah kau mau bangun,heh?!"

Suara itu. Menggelegar . Terlalu memekakkan telinga. Tapi pusing. Ia tak bisa membuka mata. Baru satu jam yang lalu ia merangkak menaiki ranjangnya,berpindah tempat tidur dari marmer dingin menuju kasur keras.

Suara itu menggema. Lebih dekat dan lebih memekakkan.

Dugh dugh dugh

Tangan itu. Kasar sekali saat mengetuk pintu,

Bukan. Bukan mengetuk pintu. Itu merusak.

"Jimin!"

Ngilu. Didalam dadanya ada yang ngilu. Kini tangan itu beralih. Tidak lagi mengetuk pintu. Tapi menepuk barbar kaki kanannya. Jimin menggigit bibirnya. Ia membuka mata dengan susah payah.

Sosok itu didepannya. Dengan wajah pongah nan sombong. Dengan tatapan nyalang, tanpa senyum. Raut kesal dan benci. Ada juga gurat lelah. Tapi Jimin tidak peduli. Karena buktinya, orang itu juga tidak peduli.

Setelah memastikan Jimin membuka mata,ia pergi. Jauh. Menjauh dari kamar sempit milik Jimin.

Meninggalkan Park Jimin yang menatap langit-langit kamarnya sendu. Paginya tidak indah. Tidak pernah indah seperti pagi teman-temannya.



"Jimin!!"

Suara itu lagi. Tegas , berisi amarah , dan menyesakkan. Nadanya selalu tinggi. Jimin menggaruk kakinya lalu beranjak.

Bisa, ia bisa membalasnya. Ia bisa balas meninggikan suara. Ia bisa balas menggebrak pintu. Ia bisa balas menepuk kasar kaki orang itu.

Tapi Jimin diciptakan bukan untuk itu.


Melainkan;



Jimin diciptakan untuk rasa sakit dihidupnya.





.
.
.




Kakinya melangkah. Mengawang. Berasa tidak menapaki tanah. Ia menunduk meskipun jalannya cepat. Matahari belum mau keluar. Tandanya , masih fajar.

Ia melangkah. Menunduk. Membiarkan tetangga menatap tajam padanya.

Dingin, tapi tak ada yang peduli. Ia terus menunduk. Langkahnya kian cepat. Sesak. Dingin ini menyesakkan.





Alexithymia [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang