Kalau suka, kejarlah.
🍄🍄🍄
Dipa menepuk bahu Tobias dari belakang.
“Anjing, ngagetin aja lo!” umpat Tobias dengan muka kesal.
Dipa tertawa ngakak. Sama sekali tidak terpengaruh dengan umpatan Tobias yang benar-benar kasar. Toh umpatan kasar di kalangan teman-temannya sudah biasa dan membudaya. Ibaratnya enggak ada umpatan kasar dalam sehari itu mukjijat.
“Tailah, lo ngapain sih nepuk-nepuk bahu gue segala. Tau gue lagi ada misi!” Tobias masih kesal. Dia ingin sekali menggampar muka Dipa yang terlihat santai dan justru menertawakannya.
“Cemen lo, suka sama anak orang bukannya dideketin malah diuntit kaya penjahat aja!” ledek Dipa sambil terkekeh.
Tobias mukanya sudah merah padam menahan kesal dan amarah. Tobias memang sedang menyukai cewek semester dua di kampusnya. Adik tingkat yang kebetulan waktu OSPEK dipandu oleh Tobias.
“Tai! Kaya dirinya enggak cemen aja. Siapa coba yang nglepas gitu aja hanya karena takut sama bokapnya?” kali ini Tobias yang menyindir Dipa dengan telak.
Cowok itu terdiam kaku di tempatnya. Tobias tersenyum miring merasa menang bisa membalas ledekan temannya. Tapi sepertinya kali ini sudah keterlaluan. Tobias melirik Dipa yang kini bermuka datar.
Sepertinya benar-benar marah.“Berisik, gue bukannya takut tapi menghormati!”
Tobias menarik nafas lega setidaknya kalau Dipa masih mau berbicara, perkataannya tidak benar-benar menyinggung cowok itu.
Dipa melangkah ke samping kiri Tobias dan duduk di sebelahnya.
“Itu yang namanya Clara?” tanya Dipa sambil memandang seorang cewek yang tengah duduk di kursi taman mengobrol bersama dengan temannya.
“Hm.”Tobias menggumam.
“Kalau suka, kerjarlah. Kalau lo main sembunyi gini mana dia tahu kalau lo suka,”kata Dipa tanpa ada maksud untuk menyindir.
Kali ini cowok itu serius memberikan saran kepada sahabatnya. Dipa paham bagaimana bingungnya Tobias untuk memulai mendekati cewek. Tobias ini anaknya enggak bisa basa basi, to the point dan itu mungkin yang Tobias takutkan. Terlalu to the point-kan bisa bikin cewek ilfil.
“Enggak segampang itu Dip,”kata Tobias dengan nada lesu. Dip singkatan dari Dipa, panggilan untuk Dipa karena para temannya malas memanggil namanya yang terlalu panjang.
Dipa mengerutkan keningnya.
Apanya yang susah sih? tinggal deketin aja.
“Clara udah ada pacar. Enggak mungkinkan gue terang-terangan deketin dia yang udah puya cowok?”
Anjay!
“Anjir, jadi lo suka sama cewek orang Tob?” tanya Dipa dengan spontan.
“Brengsek! kalau gue bisa milih juga gue enggak mau.”
Dipa menggaruk pelipisnya. Jadi di sini masalahnya cukup complicated juga sih. Kalau udah ada cowoknya ya mau bagaimana lagi, seharusnya Tobias menyerah saja. Sebrengsek-brengseknya cowok, harusnya masih punya harga diri juga untuk enggak mendekati cewek orang.
“Go ahead, moving on. Kaya cewek cuma Clara aja.” Dipa berujar dengan ringan tanpa beban.
Tobias menatap Dipa tajam, “lo kalau ngomong pake saringan dong. Ngaca gih!” Tobias berseru jengkel.
Dipa kena skakmat again. Dia menggerutu sendiri di tempat. Iya dia nyadar kalau dia Cuma bisa ceramah tanpa bisa lakuin. Masalahnya dia juga punya masalah yang lebih complicated, andai penghalang hubungan Dipa hanya cowok lain dan bukan seseorang yang berjasa untuknya dia pasti enggak akan ngalah begitu aja.
“Udah lah, kita barengan move on aja. Gimana kalau ke Kamuda buat makan siang sekaligus ngecengin cewek?” tawar Dipa sambil menaik turunkan alisnya. Dia kemudian merangkul Tobias yang langsung di tepisnya dengan Risih.
“Jijik banget sumpah, enggak cocok lo bujuk gue pake gaya kemayu gitu!” Tobias berdiri menjauh darinya.
Dipa tidak merasa jijik sama sekali. Cowok itu malah tertawa ngakak.
Akhirnya mereka pergi juga ke Kamuda.Sampai Kamuda, bangku kosong udah enggak ada lagi. Semuanya full, kebanyakan diisi sama orang pacaran yang kalau mau gabung, Dipa menolak menatah-mentah. Males banget, belum lagi kalau si cewek malah lirik-lirik dia, bukannya jadi makan malah jadi berantem sama cowoknya.
Tapi sebenernya enggak susah buat nyari bangku yang mau nampung dirinya dan Tobias. Sejak masuk Kamuda saja para cewek-cewek udah meliriknya penuh minat. Dipa sampai jengah karena merasa tubuhnya secara tak kasat mata sudah menjadi makanan para mata cewek-cewek itu.
Anjir, ini cewek pada gatel semua apa gimana ngelihatin gue kaya makanan fresh cooking aja!
Dipa mengedarkan matanya dan gotcha, dia melihat dua orang cewek yang anteng aja duduk di bangku sebelah kanan enggak grasak grusuk ngomongin dia kaya cewek lain. Dipa pikir akan lebih mudah dan jauh lebih aman kalau dia bergbung dengan cewek-cewek itu.
“Tob, kesana aja yuk?” ajak Dipa sambil melangkah mendekati dua cewek tadi. Semakin dekat dengan bangku itu, Dipa semakin menajamkan penglihatannya.
Dari samping tubuhnya Dipa serasa mengenal salah satu cewek di sana. Rambut panjang setengah bahunya engga mungkin Dipa lupain begitu aja. Dia masih ingat dengan cewek yang dia tabrak saat seminar beberapa hari yang lalu itu. Mana mungkin bisa lupa, kalau first impression dia sama cewek itu aja udah semenarik itu?
Enggak salah lagi, semakin dekat, Dipa semakin yakin dengan orangnya.
Maka mulutnya tidak bisa untuk tidak memanggil nama cewek itu, “Sekar Kumala?”
“Ya?”
See, cewek itu langsung memalingkan wajahnya. Begitu tatapan diantara mereka beradu, Dipa langsung menyunggingkan senyum miringnya, berbeda dengan Kumala yang bola matanya nyaris melompat keluar.
Anijirrlah, matanya kalau melotot gitu kok enggak serem sih, kok malah tambah lucu?
Dipa membeo di dalam hatinya, dia menahan tawa geli yang ingin keluar.
“Lo?” dia berujar kaget.
Aduh duh kok lihatin gue kaya lagi lihat setan aja, padahal udah ganteng gini.
“Hi, enggak nyangka ketemu di sini,”kata Dipa berbasa basi.
Aslinya dia pengen banget nyengir, ataupun ketawa kalau inget gimana reaksinya Kumala tadi begitu menatapnya.
“Iya, sial banget sih nasib gue,”kata dia berujar lirih, tapi telinga Dipa masih bisa mendengarnya.
Dia terkekeh, baru kali ini ada cewek yang nyesel ketemu dia. Biasanya sih girang dan jingkrak kesenengen. Ini kok ada cewek kaya gini, apa pesona Dipa sudah mulai luntur?
“Hi, lo ketua BEM yang kemaren ngisi seminarkan?” tanya cewek di sebelah Kumala pada Dipa .
Dipa menatapnya lalu menganguk. Cewek itu menatapnya dengan binar yang tidak ada dimata Kumala.
Oh i see, pesona gue masih oke. Tuh cewek palig cuma gimik aja, prestige-nya pasti gede.
“Ayu Anggya, panggil aja Ayu.” Ayu mengulurkan sebelah tangannya pada Dipa.
“Adipati Mahendra, panggil aja Dipa.”
Kemudian Ayu juga berkenalan dengan Tobias begitu juga dengan Kumala.
Dan Dipa merengut kesal saat sebelah tanganya yang mengulur ke depan Mala, di lewati cewek itu begitu saja tanpa lirikan.
Sial!
Saat mata mereka bertatapan, cewek itu langsung melengos.
Sial! Sama gue judes banget, giliran kenalan sama Tobias aja tadi senyum ramah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Maladipa
General FictionDipa merupakan cogan kampus, ketua BEM Univ Muda yang terkenal. Bukan Dipa kalau tingkahnya enggak begajulan. Weiiitttsss, jangan salah sangka. Dipa bukan sesosok playboy ganteng dengan tabiat gonta ganti pacar. Dipa adalah sesosok pemuda yang mampu...