Krystal pov.
Seperti ada yang memanggilku. Tunggu, aku mengenal suara itu. Daren!
Bukankah dia tak akan sekolah hari ini? Dia membohongiku? Kurasa dia bukan orang yang seperti itu.Mungkin karena aku selalu dekat dengannya bagaikan perangko yang selalu melekat pada kertas yang ingin dikirimkan pada seseorang yang sedang ia rindukan. Mungkin.
Aku terus berjalan tanpa menghiraukan suara itu. Ya aku rasa itu hanya angan yang selewat untuk ku saja.
Semalam ia mengatakan padaku,dia tak akan masuk sekolah karena ia akan mengikuti olimpiade matematika. Pintar sekali bukan dia? Bangga sekali diriku mempunyai kekasih yang sepintar itu.
Eh. Bukan karena ia pintar lalu aku memanfaatkan.Tidak,bukan seperti itu. Pemikiran kalian jauh sekali.
"Krystal!! "
Sekarang suara itu berada di sampingku. Tepat sebelahku.
Darren?? Kenapa dia ada disini? Lalu kenapa nafasnya terengah-engah?"Kamu tuh yaa,udah di panggil beberapa kali kenapa ga nengok-nengok sih?"
"Daren?kenapa kamu ada disini? Kalau ngomong jangan gitu dong, nafasnya atur dulu Darren. Eh Bukannya..."
"Saya gajadi ikut olimpiade itu"
"Loh? Kenapa? Kamu ga mengundurkan diri atau gagal kan?" Dahiku mengernyit setelah mendengar kalau Daren tak jadi ikut olimpiade itu.
"Olimpiade nya di undur jadi hari Rabu,Karena ada salah satu siswa yang tidak bisa mengikuti Olimpiade itu,Aneh ya padahal menurut saya kenapa dia ga di diskualifikasi aja."
Terlihat muka yang sedikit kecewa pada Daren saat ini. Aku tau, ia sudah berusaha keras belajar sungguh-sungguh,sampai jam tidurnya saja menjadi korban.
"Jangan sedih gitu dong,semua kan ada di keputusan juri. Kita cuma bisa berdoa,apalagi aku. Aku cuma bisa berdoa, biar kamu menang"
"Makasih ya,kalau saya menang. Itu berarti berkat kamu, yang sudah mendoakan saya" ucap Darren.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Daren. Singkat,tapi membuatku senang.
..Ohiya kamu mau kemana?" lanjut Darren.
"Oh.. ehm ini, aku mau ke kantin. Tadi aku ditinggalin sama Karleen,gara-gara dia mau ketemuan gitu di kantin"
"Yaudah ayo sama saya ke kantinnya"
Ia tersenyum. Senyum yang selalu membuatku ikut tersenyum juga. Entahlah kenapa. Bibirku seperti mengikuti ketika ia tersenyum. Sangat manis.
Tak ada perbincangan diantara kami saat menuju ke kantin. Banyak pasang mata yang melihat kami,setiap kali kami melewati wanita wanita di lorong. Tatapan mereka seperti ingin menerkam ku hidup-hidup. Bagaimana tidak. Darren yang memiliki alis mata tebal,hidung mancung,rambut badai,bulumata lentik,mata tajam,badan tegap,tinggi yang sekitar 175 dan yang pasti berotot. Tak mungkin ada satu orang pun yang tak menyukainya.
Adik kelas maupun kakak kelas, pasti ada saja yang menyukainya. Mungkin hampir semua kaum hawa menyukainya.
Aku yang kini berada di belakangnya, menatap punggung Darren.
Betapa beruntungnya aku memilikinya. Lelaki yang tak pernah melirik wanita manapun selain orang yang ia cintai.
-------
Sampai sudah di kantin.
"Rame banget Dar" Mataku menyapu seisi kantin.
Kantin di sekolah ku memang seramai ini ketika istirahat. Makanya,setiap ke kantin, orang-orang selalu berlomba untuk berada di kantin setepat waktu. Agar mendapatkan tempat duduk yang mereka inginkan.
Seramai ini,aku dan Darren mau duduk dimana?
"Duduk disana aja yu,kebetulan ada yang baru selesai makan tuh" kata Darren
Lega sekali ketika ada meja yang akan kosong. Jadi aku tak berlama lama lagi untuk berdiri.
Darren pun menyuruhku untuk duduk, sementara ia,memesan makanan untuk aku dan dirinya sendiri. Ia selalu tau makanan kesukaan ku saat jam istirahat itu apa. Bahkan dia tau makanan apa yang selalu membuatku menjadi bentolbentol merah.
Dan saat itu pun, aku dilarang keras untuk memakannya lagi.
Aku pernah makan makanan itu diam-diam, tanpa sepengetahuan Darren. Keesokan harinya, benar saja badan ku dipenuhi bentolbentol merah. Hari itu, aku langsung menggunakan Hoodie yang menurutku kebesaran di badan kecilku ini. Maksudku, biar Darren tak menyadari kalau aku makan makanan itu lagi.
Sampai setutup apapun badanku,tak tau ia punya indra keenam atau bahkan ke tujuh? . Tetap saja ketahuan. Dan beberapa hari, ia tak mau berbicara denganku. Setiap kali aku mengajaknya mengobrol, ia selalu menghindar. Dan saat itu juga, aku tak akan pernah makan makanan itu lagi. Aku sudah berjanji. Demi kebaikanku,demi Darren juga.
Tak lama Darren datang membawa 1 mangkok mie ayam, 1 mangkok bakso,dan 2 jus mangga kesukaanku dan Darren.
Darren pun meletakkan baki nya di atas meja. Hampir saja aku mengambil bakso,Darren menahannya.
Aku alergi dengan bakso.
Kalau kalian kaget, aku pun begitu. Entah dari kapan aku alergi bakso.
Menurutku,Alergi bakso itu menyusahkan. Sangat sangat menyusahkan. Ketika yang lain memakan dengan enaknya bakso itu,aku ketika memakannya pasti merasa ragu dan takut.
Bakso itu enak. Kenapa sampai Se-alergi itu diriku kepada bakso:(
"Kamu mau ngapain? Kan udah janji sama saya"
"Lagian darren, kamu ngapain sih beli bakso. Bikin orang ngiler aja"
"Kan udah saya beliin mie ayam,kesukaan kamu juga kan?"
"Ya tapi kan, kalau makan mie ayam terus ga pake bakso ga nikmat Darren"
" Yaudah nih saya kasih kuah nya aja" ia pun memberi kuah baksonya setengah kepadaku.
" Darren, kamu ngeselin ya. Aku mau baksonya, bukan malah kuahnya"
"Udah makan aja,emang kamu mau? Saya puasa bicara sama kamu selama 4hari?"
" ya ga gitu juga dar"
"yaudah ayo cepet makan,bentar lagi bel masuk sayang"
"iyabawel"-OoO-
KAMU SEDANG MEMBACA
Krystal
أدب المراهقينKamu adalah jawaban dari segala pertanyaan. Kamu adalah tujuan dari jauhnya perjalanan. Dan kamu adalah definisi dari sebuah kebahagiaan :) ~Krystal