20 - Braver

4.8K 554 22
                                    

Cameron's POV
Aku berlari mencari anak tangga, tidak ada lagi karena kupikir aku sudah berada dilantai paling atas hotel ini. Aku berlarian kesegala arah mencari Jack sambil terus menyerukan namanya.

Lalu aku menemukan tangga besi kecil. Tanpa pikir panjang, aku langsung menaikinya. Tangga itu mengarah pada sebuah pintu besi, dan aku menendang nya, dan melewati pintu itu.

Dan aku berdiri dibagian paling atas bangunan hotel ini, atap. Aku berlari ketika melihat Will yang menyekap Ernest dilehernya, "Ernest!" teriak ku.

Will, berdiri di bagian paling ujung bangunan seolah akan menjatuhkan diri membawa anaknya terbang ke lain tempat. Dan yang kutakutkan, sebuah helikopter menjemput dan membawa Ernest pergi. Tapi itu cuma khayalan ku.

"a-ah," Will mengarahkan pistolnya pada Ernest yang tangan nya terikat. "Selangkah lagi, aku tekan pelatuknya."

Aku berhenti melangkah sambil terus mengarahkan pistol pada Will yang berjarak 20 langkah dihadapan ku. Ernest, tidak terlihat takut tapi marah. Dia menatap marah ayahnya, lalu menggeleng kearah ku seolah menyuruhku pergi saja.

"Kau tidak berhak menyakitinya, pak tua" kata ku, "Dia milik ku!"

Will cuma terkekeh memandang ku dengan pandangan remeh, Lalu aku berkata "Apa guna nya kau membuat nya tersiksa? apa guna nya dia hidup kalau kau bahkan tidak memberinya cinta ?!"

"Mungkin dunia tau apa yang kita lakukan," Balas nya menggeram. "Tapi hanya tuhan yang tahu alasan nya!"

Will tertawa menggelikan, seolah mendengar lelucon baru. "Dia anak ku, nak. Aku bisa lakukan apa saja padanya,"

"Dia bukan anak mu, Will." ketika aku baru saja ingin menyelesaikan perkataan ku, seseorang datang dari belakang lalu berdiri di kanan ku yang berjarak 8 langkah lebih depan. Itu pria gondrong tadi. Mengarahkan pistol nya pada ku.

"Kau bunuh aku, aku akan membunuh Ernest, Bratt akan membunuh mu," Kata Will penuh kemenangan dan tawa "Nah, Bratt hanya sisa kau seorang! Selamat, ya!"

Seorang lagi datang, dan berdiri di kiri ku sejajar dengan Bratt, aku menyerukan namanya "Jack, kenapa?" Dia menatap ku dingin dengan pistol nya yang mengarah kepada ku, seolah tidak mengenalku. "Jack, ya ampun aku ini teman mu. Kenapa kau bekerja pada orang jahat?"

Jack cuma diam. 2 pistol mengarah pada ku. ini tidak adil.

Aku mencoba mencari cara. Tidak ada cara. kalau aku bertingkah mereka tak segan akan membunuh ku. aku mendengar para polisi itu baru sampai dibawah. Will berteriak dari atas gedung, "Satu polisi saja mengganggu, Akan kubunuh kedua anak ini!"

Arti lain, polisi tidak bisa membantu ku.

Aku mengambil keputusan yang beresiko, aku mencoba merelakan hidup ku sekarang. Aku mengarahkan pistol ku sedikit ke kanan, lebih dekat dengan kepala Ernest. Paintball. Seperti paintball. hanya saja lebih serius.

Tanpa fikir panjang, aku menarik pelatuk ku dan peluru ku mengenai pistol Will yang lalu terjatuh bersamaan dengan Jack yang menembak tangan Bratt. Will jatuh me bawah bersama Ernest, Aku memandang Jack dan berseru sambil menyengir lebar "Kau menyelamatkan ku!"

Jack tidak membalas dan belari untuk mengambil pistol Bratt dan menendabg nya agar tidak bangkit lalu berlari ke ujung untuk mengecek Will, akh ikut berlari. Will jatuh ke kolam renang dilantai dasar hotel. Ernest, tidak bisa berenang.

"Jack, titip iPhone ku." aku melempar iPhone ku pada Jack.

Aku terjun kebawah.

"Cam!" seru Jack, aku benar-benar terjun dari lantai 6 sebuah hotel standar ini. Aku terjun masuk ke kolam renang yang kiranya sedalam 4 meter. Aku menendang wajah Will kuat-kuat, menarik Ernest dari genggaman nya dan berenang membawanya keluar dari kolam.

Ernest's POV

Rasanya, seperti dulu. Lagi-lagi Cameron menyelamatkan ku. Dia memeluk ku dan berenang dengan gerakan yang teratur di dalam air. Lalu kami sampai di permukaan. Tubuh ku melemah, mata ku seperti dihalangi selaput putih dan kepala ku pusing.

Cameron menggendong ku dengan kedua tangan nya, aku memeluk leher nya. Sambil terus berkedip untuk memperjelas pandangan ku yang mengarah ke kolam.

Setelah pandangan ku menjernih, Mata ku melebar dan jantung ku berdetak melihat ayah ku muncul di permukanaan dengan pistol mengarah kearah Cameron. Aku memberontak, "Lepaskan aku!"

"Er?Er? kenapa kau--"

Aku jatuh dari gendongan Cam, Ayah ku akan menarik pelatuk nya. Aku panik dan langsung berlari kebelakang Cameron, melindunginya.

Saat itu juga, aku tertembak.

***

Aku jatuh ke tanah, meringkuk menahan sakit. Aku mengigit lidah ku agar tidak berteriak. Darah terus mengalir dari paha kiri ku. Tangan kaku, kedua kaki ku membeku, mati rasa. Cameron menanggil-manggil nama ku berkali-kali dan mengatakan aku harus bertahan. Cameron menyelipkan kedua tangan nya dibawah punggung ku, dan mengangkat ku, aku mengerang karena tidak tahan sakit yang berpusat di paha kiri ku.

Cameron menggotong ku, Sekilas aku bisa melihat tubuh ayah ku mengapung dengan darah disekitarnya, diatas air. Tim medis mengambil tubuhnya, mata ayah ku masih terbuka, dia sekarat. Sama seperti ku.

Tim medis langsung menghampiri kami, membawa ku ke dalam ambulan. Pria yang di panggil 'Jack' oleh Cam, menghampiri kami. Dan mengatakan aku akan baik-baik saja.

Setelah itu, sepertinya aku tertidur.

-END PART 21-

Thanks readers! dont forget to vote and leave a comments below, dont shut ur mouth!<3

updated last chapter on wed morning

have a nice day!

Opposites [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang