Penjelasan

16 3 0
                                    

    Author POV

    Sunset di hari yang cerah memang benar benar indah. Tak ada satupun yang dapat menolak pesona yang diberikan oleh langit yang mulai berwarna kemerah merahan. Tak ada seorangpun yang dapat membantah kemolekan awan awan yang selalu setia menjadi penambah indahnya sunset kali ini. Tak ada yang dapat membantah betapa indahnya matahari yang mulai turun dengan tempo yang lambat.

    Semua orang seakan akan terbuai dengan pesona alam satu ini.

    Dibawah naungan langit yang sedang bersua dengan awan, terlihat 2 umat manusia yang sedang tenggelam dalam pikiran masing masing. Tak ada satupun diantara mereka yang memulai pembicaraan.

    Reina POV

   Aku sedang menatap indahnya senja, sambil berfikir bagaimana, jika saja aku berada disini bersama Kevin?

   Apa apaan aku ini? Mengingat kekonyolanku yang menentang pendirianku sendiri hanya untuk mendapatkan perhatian dari dirinya, akupun hanya bisa mengulum senyum. Aku merasa bahagia.

    Kejadian langka seperti ini juga pernah aku alami. Bersama seseorang. Seseorang yang memperkenalkanku pada parasaan yang bernama cinta. Yang mengajarkanku apa arti cinta sesungguhnya. Seseorang yang mengajarkanku betapa bahagianya dapat dicintai dan mencintai. Seseorang yang mengajarkanku betapa indahnya cinta itu. Dan pada saat yang bersamaan, dia juga yang mengajarkanku betapa pentingnya kepercayaan dan kejujuran dalam menjalin hubungan.

      Dia. Seseorang yang meninggalkanku dengan alasan yang membuatku ingin berhenti mencintai pria manapun.

     Dia. Seseorang yang membuatku kehilangan warna dalam hidupku.

    Dia. Seseorang yang membuatku kehabisan air mata, bahkan untuk kematian seseorangpun aku merasa susah untuk mengeluarkan bulir bulir air mata.

    Dia. Seseorang yang membuatku kikir untuk memberikan senyumanku pada makhluk yang bernama lelaki.

    Dia. Seseorang yang membuatku kehilangan kepercayaan untuk memberikan hatiku kepada para lelaki.

    Dia. Seseorang yang telah membuatku lupa tentang arti cinta yang sesungguhnya.

    Ahh..

    Jika mengingatnya, rasanya aku ingiiin sekali menangis. Tapi apa dayaku? Jatah air mataku sudah dia ambil. Dia kan yang membuatku tak bisa lagi menangis?

     Jika kalian bertanya padaku apakah aku membencinya? Jawabannya TIDAK. Aku tak pernah bisa membencinya. Tidak akan pernah. Karena memang dia tak kan pernah pantas untuk dibenci. Akulah yang harusnya dibenci. Akulah penjahatnya. Bukan dia. Satu satunya kesalahannya adalah BERBOHONG padaku. Seandainya saja.. seandainya saja dia tak pernah berbohong padaku.. mungkin sekarang aku sedang duduk bersamanya. Bukan bersama Sheila.

"Reina!" Tiba tiba Sheila berteriak sehingga membuatku langsung kembali ke alam bawah sadarku.

"Ck. Aku belum tuli Sheila." Kataku sambil memegang telingaku yang berdengung.

"Kau ini. Aku dari tadi berbicara denganmu. Tapi kau tak mendengarkannya. Apa yang sedang kau pikirkan huh?"

"Tidak ada. Memangnya kau berbicara tentang apa tadi?" Tanyaku yang sedang mengalihkan pembicaraan.

"Lupakanlah. Aku ingin bertanya saja."

"Apa?"

"Kenapa tadi saat di ESR kau mengatakan semua itu?"

"Mengatakan apa?" Kataku. Sebenarnya aku tahu pembicaraan ini menjurus kemana. Tapi aku sedang malas membicarakannya.

"Ck. Kau ini..  Itu.. perkataanmu saat rapat bersama guru dan staf ESR. Kau berkata sedikit.. sombong mungkin?" Kata Sheila dan merendahkan suaranya saat mengatakan kata katanya yang terakhir.

My Story With HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang