is

930 164 39
                                    

and we can deny it as much as we want
but in time, our feelings will show





"Askara, kalau misalnya aku suka kamu gimana? "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Askara, kalau misalnya aku suka kamu gimana? "

Perempuan yang rambutnya dikepang dua itu bertanya polos. Tangan mungilnya mengelus- elus helai rambut anak lelaki yang sedang setengah tidur di atas pahanya ini.

"Gak mungkin lah, Al! Kita kan, udah janji buat sahabatan aja sampe tua. Lagian, aku juga suka sama orang lain, bukan kamu. Kamu itu terlalu jelek! "

Askara Hyunjin tiba- tiba beranjak lalu menjulurkan lidah kepada perempuan netra coklat susu itu didepannya. Alisha Hyunjin hanya mencebik sebal lalu meluncurkan cubitan bertubi- tubi kepada sahabat lelakinya itu.

"Awas ya, kalau nanti Askara sampe suka sama aku? Entar aku cubit tapi lebih keras dari yang tadi! "

Keduanyapun saling berkejaran di kamar bernuansa biru milik Askara, diiringi gelak tawa masing- masing. Tanpa kedua anak sekolah dasar itu tahu, bahwa Tuhan mendengar percakapan kecil mereka dan memutuskan untuk menjadikannya nyata.

————————————————







"AS. KA. RA! Ngapain nyelonong masuk lewat balkon, hah? Aku lagi belajar buat ulangan Sosiologi besok, tahu! "

Sang penyusup hanya menyengir tak bersalah lalu menggosok- gosokan kedua tangan karena udara dingin yang sempat ia cicipi dari luar. Alisha menatapnya dengan khawatir, lalu berkata sambil berpura- pura tidak acuh.

"Ehm, tuh kan kamu kedinginan. Nih pake jaket aku aja. "

Ia berkata seraya melemparkan jaket berwarna navy miliknya kearah pemuda 17 tahun itu. Askara merenggut lalu dengan terpaksa memakai jaket yang ukurannya kekecilan untuknya.
Alisha yang merasa lucu melihat sahabatnya itu memakai jaket kekecilan tertawa kecil.

"Eh Al, tahu gak? Si Radinka nerima ajakan gue buat jalan besok, yuhu! Ntar lo kasih rekomendasi kafe yang dia suka ke gue, ya? "

Askara terus bercerita panjang lebar dengan muka berseri- seri kepada Alisha Hyunjin yang sekarang sedang menata hatinya.
Ia memaksakan senyum lalu berusaha untuk terlihat bersemangat juga.

Ya, betapa pedih rasanya mendengar orang yang kau sukai bercerita tentang perempuan lain, kan?

"Siap deh! Ya udah, hush sana, aku pengen belajaaar! "

Setelah Askara berhasil keluar dari kamarnya karena ia habis- habisan mengusirnya, dalam diam perempuan mungil itu menghapus tangisan kecil di sudut matanya dan tersenyum pahit.

"Baguslah, dia lebih cocok sama Radinka, kok. Remember the promise we made, right Aksara? "

dan dalam keheningan yang mencekat di kamar biru Askara pula, lelaki jangkung itu menatap nanar kearah jendela kamar perempuan yang ia sayangi itu.

"Baguslah dia kelihatan baik- baik saja. Of course I still remember our promise, Alisha. "

————————————————

Cause sooner or later
We'll wonder why we gave up
the truth is, everyone knows









"Askara, aku udah searching nih, kafe- kafe lucu buat date kamu sama Radinka hari ini. Coba liat, yang ini—"

Alisha Hyunjin terus mengoceh sambil menunjuk- nunjuk ponselnya kepada Askara. Mata bulatnya menatap layar dan beribu- ribu kali bibirnya melontarkan kata- kata 'lucu' dan 'gemes banget astagaaa. "

Askara menghela napas melihat perempuan berbalut dress abu ini. Sejujurnya, ia hanya bercanda ketika mengatakan itu dan Alisha benar- benar mengadakan riset demi dirinya dan Radinka.

"Al, coba liat aku bentar, deh. "

Perkataan Alisha terputus ketika akhirnya Askara membuka suara. Alisha mengalihkan pandangannya dari layar ponsel menuju wajah Askara dengan bingung.

"Eh? "

Askara menatap netra kecoklatan milik Alisha yang sejak dari dulu ia sukai. Hatinya terus menerus memberontak ketika ia terus berulang kali berkata pada dirinya bahwa ia tak mungkin menyukai tetangga masa kecilnya ini. Mungkin, inilah saatnya. Ketika otaknya mengalah dan membiarkan hati bodohnya mengambil alih. Mengatakan 3 patah kata yang menghancurkan 10 tahun hubungan pertemanannya bersama seorang Alisha Hyunjin.














"Gue suka lo. "

Pupil mata Alisha melebar ketika gelombang suara itu sampai di telinganya. Hatinyapun tak kuasa tiba- tiba berdetak kencang akan pengakuan lelaki dihadapannya ini. Lelaki yang sudah lama ia taruh hatinya sejak ia masih seorang anak sekolah dasar yang polos.

"Aku... Askara, kamu ingat sama perjanjian kita, kan? "

Bibirnya bergetar ketika mengucap seuntai kalimat tersebut. Meski begitu, Alisha masih ingat alasan mengapa ia terus menahan dirinya agar tidak menyukai Askara. That little vow on his blue room.

Wajah Askara menggelap, lalu nada bicaranya meninggi. Ia sudah masa bodoh dengan perjanjian anak sd itu, hatinya sudah terisi oleh sosok perempuan dengan rambut hitam sepunggung di hadapannya.

"Itu pas kita masih sd, Al. We've grown up now! C'mon, gue tahu lo juga suka sama gue, kan? "

Kedua bola mata milik Alisha Hyunjin bergerak- gerak cemas, urung menatap netra Askara yang dipenuhi dengan kemarahan.

"Enggak... Aku gak suka sama kamu, Askara. "

Rahang tegas Askara mengeras dan tangannya mengepal. Ia makin merasa kesal terhadap perempuan dihadapannya ini. Apa susahnya untuk berkata jujur, sih? Soal perjanjian konyol itu; Alisha masih memikirkannya? Apakah ia bodoh?

Askara menghela napas lalu menenangkan diri. "Kenapa gue malah marah? Apa salah Alisha? " begitu yang ada di pikirannya. Tangannya terulur untuk mengenggam tangan Alisha yang bergetar.

"Jangan bohong, Alisha. Aku bisa chat Radinka bahwa kencannya gak jadi terus kita ke kafe yang udah kamu pilih. Gimana? "

Alisha hanya bungkam.Tangis yang ia tahan sedari tadi akhirnya tumpah, diawali dengan isakan kecil yang lama- lama membesar. Sengatan listrik ketika tangannya digenggam oleh Askara itu masih ada, tentu saja. Tapi sungguh, di dalam hatinya ia tahu ini salah. Ia tidak mau menyakiti perasaan Radinka dan melanggar perjanjian mereka.

"Gak bisa, Askara. Radinka sahabat aku. Mending kamu sekarang jemput dia dan jangan pernah kontak aku lagi. Kita... lebih baik saling melupakan. "

Sungguh konyol, bukan? Alisha sendiri merasa tersakiti ketika mendengar kata- kata yang ia lontarkan dari mulutnya sendiri. Askara menatap perempuan itu tidak percaya, lalu melepas genggamannya dan beranjak dengan emosi yang bercampur aduk.

"Kalau gitu mau kamu, ya udah. "

Kakinya melangkah menuju arah pintu. Alisha menatap nanar punggung lelaki itu dan berusaha untuk tersenyum tegar.

Ini yang terbaik untuk kita berdua, kamu harus senang Alisha, gumamnya dalam hati.

yours truly. -2hyunjin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang