[1] Stage - Luke Hemmings

52 3 2
                                    

Luke mulai membuka matanya. Sinar matahari pagi menusuk matanya secara perlahan. Ia beranjak dari kasur, berjalan ke balkon bertujuan menghirup udara segar.

Ternyata Sydney tak berubah dari 3 tahun yang lalu, batin luke.

Ia mulai memandangi langit Sydney pagi yang cerah itu. Kemudian, ia teringat seseorang. Seseorang yang berhasil mengisi hatinya 3 tahun lalu. Luke berpikir, apa yang ia lakukan sekarang? Apa ia masih ada di Sydney?.

Penyesalan dalam benak Luke yang ia pendam 3 tahun lamanya itu mulai tumbuh kembali. Ia sangat menyesal, meninggalkan gadis itu tanpa alasan yang pasti 3 tahun lalu. Waktu berjalan cepat bukan.

"Hei luke! Good morning bro!" Sapa seorang lelaki berambut hitam dan berhidung besar layaknya jambu itu.

Luke menoleh lalu memberi senyumnya. "Good morning too calum"

Calum mengangguk, ia berjalan dan berdiri di balkon tepatnya di sebelah luke. Ia meneguk air putih yang ia bawa itu. "Bagaimana?"

Luke menoleh, lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Bagaimana apanya?

Calum memutar bola matanya kesal, "Jangan pura-pura tidak tau kau Hemmings!"

Luke hanya membalasnya dengan kekehan, lalu kembali menatap langit Sydney yang cerah itu. Ia bisa melihat senyum manis gadis yang ia tinggal 3 tahun yang lalu. "Aku tak tau, aku tak mendengar kabar apapun tentangnya 3 tahun ini cal. Aku juga tak tau apakah dia masih tinggal disini atau tidak" luke menghela napasnya kasar.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Berjuanglah untuk konser malam ini, mungkin ia akan datang" ucap calum lalu pergi dari hadapan luke.

Luke mendongakkan kepalanya lagi. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia benar-benar berharap bahwa gadis itu akan datang malam ini. Dan Luke akan mencoba meminta maaf, lalu berusaha untuk membenarkan hubungan mereka kembali. Semoga saja.

Dari sisi lain, tampak seorang gadis cantik bermata biru sedang sibuk dengan tugasnya. Kepalanya terasa sangat penat, sesekali ia memijat pelipisnya itu untuk menghilangkan sedikit rasa pusingnya. "Ah benar! Jawabannya 10" ujar gadis itu lalu menuliskan jawaban tersebut di bukunya.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan yang masuk. Tertera nama Selena pada layar ponselnya. Dengan cepat ia langsung menekan tombol hijau disana.

"Hei barbara! Apakah kau mau ikut denganku nanti malam?" Ucap selena darisana.

Gadis bernama barbara itu mengernyitkan dahinya, ia tak tau ada apa dengan nanti malam. "Memang nanti malam ada apa?"

Selena membuang napasnya kasar, "5sos akan konser disini, maukah kau ikut denganku? Ayolah" rengek selena.

Barbara sempat tertegun. Ia bahkan tak tau bahwa 5sos akan konser nanti malam disini. Karena barbara sangat tak suka berpergian, jadi ia tak tau apa-apa diluar sana. "Uhm...aku tak tau"

"Apa kau tidak rindu pada si pirang Hemmings?" Ucap Selena. Sontak barbara menelan ludahnya kasar.

Nama itu lagi, batin barbara.

"Aku tidak tau, nanti aku kabari" Barbara langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia merebahkan tubuh dikasur. Memandang langit-langit kamarnya yang berwarna biru cerah seperti langit Sydney kali ini dan juga warna mata luke.

Luke lagi. Ia kembali mengingat lelaki itu. Lelaki yang meninggalkannya tanpa alasan 3 tahun lalu, sungguh waktu berjalan sangat cepat. Siapa tau 3 tahun barbara itu berisi kehampaan tanpa belahan hatinya?.

Barbara mencoba untuk berpikir matang-matang apakah ia yakin untuk pergi ke konser itu, menemui luke. Apakah ia bersedia melihat luke kembali. Apakah ia juga siap menerima resiko yang harus ia tanggung jika bertemu dengan luke.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMAGINES // One Shot(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang