Aku tidak pernah berpikir bahwa dia akan kembali setelah pergi
-Alfath Janerro Swidden-
~
Alfath’s home, April 2017
“Mom.. I miss you so much” ujar Alfath setelah mendengar suara Clarissa ditelfon. Hampir 1 bulan Alfath di Indonesia. Semua berjalan lancar. Untung saja. Karena disini Alfath akan lebih mementingkan sekolahnya agar kejadian lampau tak terulang lagi.Ibunya terkekeh pelan “Me too, Bee. Apa yang kau lakukan sekarang?”
“Hanya melakukan ini dan itu. Aku bosan. Aku ingin kembali ke Jerman”
“Kasihan sekali putraku satu ini. Kau lalui saja dulu. Sampai kau lulus nanti. Dan berdoalah agar daddymu memaafkan kesalahanmu dan membawamu kemari lagi”
“Yeahh.. You right, Mom. Aku akan mengerjakan tugasku hari ini dan besok. Dan aku akan mulai sibuk dengan tugas lainnya.” keluh Alfath kepada ibunya
“Semangat, Bee” sahut Clarissa kemudian menutup sambungan telfon. Alfath hanya menghela napas panjang dan berpikir kapan ini berakhir. Dia ingin cepat kembali ke Jerman.
Ting..
Suara pesan masuk ke ponsel Alfath. Ketika hendak membukanya, Lesli -Nenek Alfath memanggilnya untuk makan malam. Akhirnya Alfath mengurungkan niat untuk membuka pesan tersebut. Sebenarnya ia penasaran siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.
‘Apa Jennie? Mustahil’ pikir Alfath sekali lagi. Lebih baik ia bergegas menuju meja makan karena tak mungkin ia membuat kakek dan neneknya menunggunya lebih lama lagi untuk makan malam.
~
Nanda’s home, April 2018
“Nan.. Ajarin gue dong. Lagian kenapa harus ada ipa sih? Harusnya tuh kalo masuk ips ya harusnya yang dipelajarin cuma sejarah, geografi cem itulah” keluh Reina.
“Eh Rei.. Idup lo tuh kebanyakan mengeluh tau kagak? Kayak kagak pernah bersyukur. Untung lo masih hidup” sengit Nanda. Hanna hanya melihat mereka dengan terkekeh kecil. Dia hanya sedang malas bercanda karena sekarang adalah waktu untuk belajar, bukan bercanda.
Reina yang mungkin mulai bosan dengan kegiatan malam ini membuka handphone miliknya. Dia membuka laman instagram miliknya. Dan tiba-tiba dia menjerit. Hanna hanya melihat datar ke arahnya.
“Aaa.. Raga punya gebetan baru.. Huwee”
Nanda dan Hanna menatapnya seakan tak percaya bahwa mereka memiliki teman seberlebihan dia. “Raga? Siapa dia?” tanya Hanna.
“Itu loh Han.. Yang pernah nembak lo waktu itu. Inget gak? Yang kapten tim basket itu loh” sahut Nanda. Hanna hanya ber-oh ria.
“Kenapa Raga tega banget sih sama gue?? Huwee” tangisan alay Reina sangat memekakkan telinga. “Nandul.. Gue pinjem headset lo dong. Telinga gue bisa pecah dengerin dia nangis” selat Hanna cepat. Nanda memberikan headset berwarna pink kepada Hanna dan langsung Hanna pakai karena sudah tak tahan jika berlama-lama mendengarkan Reina seperti itu.
“Padahal aku tuh udah suka sama dia dari tahun lalu. Dan dia tau itu. Tapi kenapa masih nyari lain sih. Kenapa gak ama gue??” keluh Reina. Dan spontan Nanda dan Hanna memberikan jitakan dikepala Reina. “Sadar mbak.. Kalo dia gonta-ganti cewek mulu nyatanya dia gak baik buat lo. Andaikan gonta-ganti pacar menyebabkan kematian” seketika Nanda berubah menjadi devil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate
Teen FictionYang ingin kuberitahukan sekarang adalah cinta itu tak semanis chocolate -Yolhanna Aira Fahrezi-