K-T Q-A 188 Tanah Garuda

52 3 2
                                    

K-T Q-A 1.8.8 "Tanah Garuda"
Bumiku, semakin tak ada lagi tempat untuk ku tersenyum, puing istana megah yang biasa jadi tempat untuk ku sembunyi dari dunia yang penuh hina, penuh dengan darah-darah para sahabat yang sama-sama dengan ku berjuang untuk mati dicincang, diracun, ribuan lainya disiksa dengan jutaan cara keji para penjajah, tak ada bedanya seperti tikus diladang-ladang para pujangga. Dan aku adalah orang yang masih hidup untuk tatap adanya sebuah "garuda" INDONESIA.
Tapi bidadari hatiku, sang istri yang sangat-sangat kusayangi, didalam puing istanah megah itu, dia telah menduakan ku, dia selingkuh dengan sahabat dekat ku, seorang sahabat yang sama-sama berjuang dengan ku melawan penjajah GARUDA Ku INDONESIA.
Hmmm,,,
Itu tadi adalah sepenggal kisahnyata seorang pejuang pada saat Indonesia ini masih dijajah bangsa asing, dan tentunya kita belum mendapatkan inti dari kemerdekaan, yaa gimana mau tercapai inti dari kemerdekaan, yang memerdekkannya itu siapa yang bikin aturan-aturannya siapa, "ha ha Negara lelucon", begitu bangsa asing terdenar menyapa bangsa ku. Belum atau sudah merdeka, itu anda yang merasakan bukan, jadi anda sendiri yang tau jawabannya!.
Sekarang tahun 2093, tahun yang hayalan ini entah kapan akan padam dan hilang....!!! Mungkin karna saya tidak ingin satu makam dengan para tikus, saya masih ingin tetap hidup sampai nanti, sampai kudapati tanah yang pas untuk tubuh ini,, ha ha, 
Dulu waktu masih tahun 2016, orang-orang masih tau apa itu Garuda, orang-orang masih kenal persis makanan apa kesukaan Garuda, mangkanya tikus tidak banyak berani keluar dari sarangnya, kalaupun sudah sembungi-sembunyi, tetap saja sang Garuda dengan sigap, menerkam dan membunuh tikus-tikus yang ada, dibumi ku. "Indonesia".
Namun sekarang ditahun 2093 ini, diruang pertemuan terbesar dinegri ku ini, tak adalagi sang garuda, tak ada lagi lambang yang diperjuangkan oleh jutaan leluhur pada masa perjuangan, dan lambing garuda yang megah, kuat, dan tampa kompromi pada musuh, sekarang telah diganti dengan lambing tikus yang memakai mahkota. Lambing tikus itu teramat besar, dan patung tikus itu dipampang megah menggantikan lambang garuda ku, yang dulu dijaga penuh darah, amarah, dendam yang membara, selalu ingin berlari memburu detak jantung musuh untuk harus terhenti berdetak, seperti larva gunung berapi yang meluncur mengejar kaki gunung yang bergemuruh meneriakkan bahwa itu adalah daerah kekuasaannya.
Dengan asap panas gunung berapi saja, orang-orang sudah jadi bangkai dan musnah, apalagi kena larvanyakan, hmm,,, dan seperti itulah para pejuang melawan para penjajah, hidup mereka terasa bahagia mendengar semboyan-semboyan untuk menjemput kemerdekaan dari pada menerima sekarung emas dengan kerjaan hanya berhianat. Dan saya sangat ingin ada di waktu itu... berjuang dengan orang-orang berjiwa garuda!!! Begitu indah... tentunya... 
Kini masa itu tak banyak lagi orang yang peduli, ruang pertemuan yang dulu dicipta untuk orang-orang yang berjiwa Garuda!!! Sekarang tinggallah bocah-bocah yang berjiwa tikus...
lambangnya saja "Tikus Bermahkota".
Cinta yang membara didalam gulungan hitam arus air, bersama pusaran tinggi arah angin, dia sering tersenyum diatas hamparan birunya samutra, hingga tak ku kenali jalan pulang, karna ku telah berada dibalik sayapnya, Garuda "Indonesia".
Kini perjalanan ku, kembali menuju ketempat nan kotor itu, dan entahlah, saya masih berharap pada mereka, yang saya rasa bisa membersihkannya. 
Hmmm.... semua ini, kemarahan ini, bukan dari sejarah, atau dari cerita-cerita bangsa asing yang tidak saya kenal penulisnya.
yappp..... , memang ribetlah kalau masalah yang satu ini, ,
Semua ini berwal dari, sepasang mata yang dibalut oleh wajahnya yang mempesona,
Tatapannya entah, saya selalu lupa berada di mana, sedang apa, disaat sepasang mata itu menatap tajam dalam dua mata ini, dan dengan wajahnya yang tersenyum tipis setelah mengucapkan selamat pagi diujung daun telinga ku,
haduuuuhhhh,,,, shooooookkkkk,,,,
rasanya itu SEMPURNA.
Nama pemilik dua mata indah itu Qessya Sriayu,
Saya kenal Qessya, waktu itu saya dan dirinya sama-sama liburan dipulau, didekat ibukota provinsi saya disumatra bagian barat.
Waktu itu tanggal 25 bulan ke 3 ditahun 2090, uniksih, ketika itu sudah malam ke tiga saya dipulau, dan karna perjanjian saya sama kedua sahabat saya itu, malam ke tiga itu adalah giliran saya yang mencari kayu bakar, untuk membuat api unggun didekat tenda, tempat saya dan teman-teman menikmati hidup dipulau, maklumlah anak kuliahan, ngak punya banyak uwang untuk sewa pondok-pondok penginapan, ho ho ho.. ,
indah dan tampak megah panorama alam dari sang pencipta bagi manusia yang mau berkelana tentunya, dan karna keindahannya, dari kemah dikaki bukit yang tidak begitu tinggi, saya berpikir pasti jauh lebih molek kalau dilihat dari atas bukit pulau ini, dan setibanya saya di atas bukit yang tidak begitu tinggi, ternyata waaaawwwww,
keindahannya itu mempesona , dilangit jutaan kelap-kelip bintang dan lembut cahaya bulan menyapa, sehingga membuat saya terkaget melihat seorang wanita berambut panjang sedang asik sendiri mencoret-coret kertas putih dengan pensil hitamnya.
Saya terpaku dengan gerakan pensilnya yang bergerak cepat, mencoret-coret kertas putih itu menjadi sebuah lukisan, atau gambar pemandangan yang mirip setelah saya ikuti arah mata wanita itu memandang, tanpa saya sadari tubuh ini sudah berdiri disebelah wanita itu, mungkin "refflek" setelah saya lihat lukisan dan ikuti arah tatapan wanita itu, saya Cuma bilang "Waaawww",, namun tiba-tiba saja wanita itu berbalik badan dengan cepat, dan kepalan tangan dan kaki wanita itu tak pernah berhenti melayang-layang kearah tubuh ini, tapi sepertinya lebih banyak melayang menutu wajah ini,, 
Sial,, kayak bangunin singa bobok saja, , tapi karna sedikit-sedikit saya belajar juga ilmu bela diri asli Minang Kabau, yaitu Silek, atau silat atau apalah namanya itu,, xi xi xi,  nama perguruan silat saya "Alang Bangkah" apa ada yang satu perguruan dengan ku???
Ho ho ho  
Setelah saya rasa wanita itu capek dan lelah atau bosan mengarahkan kepalan tangan dan untayan kakinya kewajah dan tubuh ini, karna saya belum juga bisa di lumpuhkannya, hingga saat pukulan terahirnya!, saya juga sudah capeksih, tangan rasanya sudah memar-memar ditinju dan ditendang, yang entah sudah berapa kali banyaknya, saya hanya tutup mata dan,
PEEEEWWWWwww.......  (mungkin anda punya suara faforit anda sendiri?)
Kepalan tangannya tepat mendarat diwajah ini, namun dugaan saya benar,  , dia sudah lelah, pukulannya tersebut membuat saya yang sudah oleng kebelakang ditabrak, lembutsih  tabrakannya, mungkin dia oleng kedepan, yappp, saya terjatuh namun dia ikutan terjatuh tepat wajahnya di depan wajah ini. Tapi, matanya itu hingga membuat saya tidak tau sudah berapa lama saya tertidur dan mimpi begitu indah didalamnya, Apalagi sesekali saya lihat wajahnya yang agak tembem yaa, namun sangat passs atau serasi banget sama dua matanya yang menjadikannya sempurna, Sampai-sampai hembusan nafasnya yang sesak, seakan-akan aku jadi lelaki hebat yang bisa menahlukan dunia,,, mungkin se isi bumi, atau segalanya, ha ha ha   
Setelah sesak nafas karna kelelahanya mulai agak menghilang, dengan perlahan tangan kanannya mulai bergerak menghampiri wajah ini,
Haduuuhhh,,,,,
Mampusnih kayaknya, mau digebukin sampai babak belur, shoooookkkk 
Karna ketakutan saya itu, saya spontan bilang,
"aku Cuma cari kayu bakar kok, itu tenda ku dibawah!!! Kelihatan kok dari sini, maff ya ngagetin dan blea-blea-blea".
Belum selesai saya bicara, dengan suaranya yang lembut dia memutus perkataan ku dengan berucap;
"suuuuuuuttttt, itu kamu mimisan,,,,! "
Sambit tangan kanannya terasa menyentuh begitu lembut dipori-pori kulit wajah ini, dan saya pun bilang,
"aku ngak apa kok, Cuma perut!, rasanya sudah panas, hihi!!"
Ini nih, yang membuat saya penasaran, saya digampar, ngak tau deh kenapa?, mungkin karna saya bilang panasnya sambil ketawa, tapi ngak ketawa-ketawa juga sih, cuma senyum dan bilang hihi,,  
Setelah saya digampar, dia berdiri setelah duduk sampai membuat hangat sih perut ini. Xi xi xi,, 
Tiba-tiba tangan kananya mengulur kearah ku dan dengan manjanya dia mengenalkan namanya pada ku, yang kalau dituliskan berbentuk;
"pangil saja aku Qessya!"
Setelah saya berdiri, sayapun menyebutkan nama ku padanya, sambil ceritakan kenapa saya sampai naik kepuncak bukit ini cuma untuk cari kayu bakar, dan terkagum melihat dirinya sedang melukis beberapa saat yang lalu. Namun, baru juga saya dan Qessya duduk dikursi kayu tempat Qessya melukis tadi, tiba-tiba suara kedua teman saya mulai bergemuruh menyebut nama ku. tapi tiba-tiba malah dua orang wanita yang datang, ternyata Qessya kepulau ini bersama ke dua temannya, tidak begitu lama setelah kedua wanita itu datang, kedua teman saya pun datang menghampiri dan mereka bilang,
"Hmmm,,,, kayu,,, Hmmm,,, kayu"
Dengan wajah menyindir,,, iri kali ya,,, wa ha ha , dan spontan saya pun bilang
"kita bikin api unggun disini malam ini!",," OK"
Maklumlah, teman saya yang dua ini, kalau lihat cewek-cewek cantik bisanya Cuma bilang "OK"
Hingga setelah Qessya bersama teman-temannya terlihat berunding dan ahirnya Qessya bersama ke dua temannya juga sepakat kalau malam ini kita gabung dipuncak ini bikin tenda, api unggun dan lain-lain, karna Qessya bikin tenda dibagian utara lereng bukit ini dan saya diarah selatan dari lereng bukit yang tidak begitu tinggi, jadi tidak begitu repotlah teman-teman saya, dan teman-teman Qessya memindahkan tenda dan peralatan-peralatan untuk liburan dipulau ini. Sewaktu saya dan Qessya kembali dari mencari kayu bakar, teman-teman saya dan teman-teman Qessya juga sudah terlihat hampir selesai memasang tenda dan pasang itu tempat masak dan kelihatannya hanya menunggu kayu bakar yang saya dan Qessya bawa,, xi xi xi 
Ketika api unggun membuat tubuh terasa hangat suasana terasa semakin mewah, karna kebersamaan yang bertambah, Qessya dan kedua temannya bersama ke dua teman saya pun terlihat sangat-sangan bersemangat menikmati nada demi nada dari bunyi gitar yang tertata dengan baik, dan suara-suara polos yang terstuktur dengan lembut yang banyak orang bilang itu namanya "bernyanyi" ,atau "ma-eboh", ataupun "ma-ma-kak" kalau bahasa orang kampung ku,  sambit tertawa lepas, bebas, menikmati sangat istimewanyanya kehidupan dipulai atas bukit yang tidak begitu tinggi ini.
Membawa setangkai ikan yang sudah masak dibakar, Qessya berjalan kearah kursi tempat dia melukiskan keindahan dipulau ini, dan saya pun berjalan menghampiri, hingga duduk dikursi yang sama disebelahnya, saya lupa pertanyaan pertama saya itu apa padanya, untuk tau lebih jauh tentang dirinya, mungkin karna saya hanya lihat wajahnya yang Hmmm,,,, wawww lah,,,,,, 
Qessya terdengar menjelaskan kalau dia melukis ini, hanyalah untuk tugas ahir dalam penyelesayan S1 kuliahnya, Qessya pun menjelaskan helai demi helai lembaran kertas putih yang sudah dilukisnya, yang sangat menarik sih untuk dilihat, yaaaa gimana ngak menarik coba, dikuliyahkan 8 semester, ngelukisnya, xi xi xi 
Qessya balik bertanya tentang diriku, hingga saya juga bilang kalau saya kepulau ini liburanlah, ngapain lagikan?,  sambil cari inspirasi buat puisi-puisi sastra untuk jadi kumpulan puisi, agar bisa diwisuda ahir tahun ini,,, xi xi xi 
Spontan Qessya pandai tersenyum padaku, mugkin tampang saya, agak kusut, kacau, Qessya pikir saya anak gelandangan kali ya, ho ho ho,  setelah Qessya dengar kalau saya kuliah dan bikin tugas ahir untuk diwisuda S1 tahun ini, Qessya mulai menatap ku saat kubicara, dan rasanya itu kayak kopi arabik,,, xi xi xi 
Namun wajahnya semakin terlihat menatap ku dengan heran atau penasaran disaat semakin saya jelaskan saya tingal dikota mana, dan diyayasan mana saya kuliah, hingga pas jam 12 malam lewat sedikit sangatlah, saya dan Qessya sama-sama keheranan, gimana ngak heran coba, saya dan Qessya besar dan tingal dikota yang sama, banyak yang bilang kota saya itu kota biru, tapi menurut saya, Payakumbuh adalah kota yang istimewa, namun entah karna apa!, mungkin karna semuanya, 
Tapi saya masih terheran, kenapa baru sekarang saya bertemu Qessya, haduuuuhhh, tapi memang dari SMP, SMA, dan kuliah, saya dan Qessya tidak pernah satu sekolahan atau satu campus, tapi sekolah saya dari SMP, SMA, Dan kuliah sekarang, selalu dekat dengan sekolah yang dimana dia sekolah dahulu, dan kuliah sekarang, dan tentunya jalan yang sering Qessya lalui di kota Payakumbuh adalah jalan yang sering juga saya lalui, mungkin pulai ini pulau jodoh kaliya,, xi xi xi 
Dawai mainan tangan-tangan polos yang tak berbentuk, namun air membawa lembah untuk ikut bernyanyi, tipuan asap yang seperti pelangi hingga dengan perlahan mewarnai kaki bukit, namun murai-murai masih berkicau seakan taktau cahaya pantulan langit didasar air risaunya lembah, yang seketika bisa menikam mereka.
Sesekali saya dan Qessya saling bertatapan dan dia tertawa, sayapun ikut tertawa melihat wajahnya yang semakin membuat ku terpesona, terpesona dan makin terpesona olehnya... Hingga nyanyian-nyanyian para sahabat telah mulai semakin menipis mungkin karna jam sudah pukul 02:48 pagi, salah seorang teman saya bilang, "cintaaa oh cintaaa, sepasang insan yang tak mengenal waktu oleh cinta", dan dengan tawaan kecil dia masuk kedalam tenda, saya dan Qessya hanya lihat teman saya itu ngoceh apaan lah itu bocah,, xi xi xi, , taklama berselang bicara saya dan Qessya kembali masalah bintang yang terlihat sangat banyak memenuhi langit, dan rencananya, yaaa, Qessya baru akan tikur kalau saya dan dirinya sudah bisa melihat bintang jatuh dilangit, atau meteor lewat diluar angkasa yang memiliki sinar, saya tidak tau persis itu namanya apa, namun orang banyak yang bilang namanya bintang jatuh, aneh sih namanya, saya yakin benda itu pasti bukan bintang jatuh namanya,  
03:15 sepertinya ada bintang jatuh sih, yaaaaaa, Qessya pun melihat bintang jatuh tersebut, hingga membuat Qessya tersenyum, dan memperlihatkan senyumannya kefokus tatapan ku, namun dengan perlahan dia bisikkan dengan suaranya yang lembut, "kayaknya masih banyak bintang jatuh deh, buat ditunggu".
"Yeeeeeeeeeiiii", nya terucap dalam hati saja kayaknya, xi xi xi 
Saya dan Qessya kembali duduk dan bersandar kesandaran kursi kayu tersebut, yang memiliki kemiringan 118 derjat,  ,namun baru juga lima menit berlalu, saya lihat wajah wanita cantik itu tersenyumsih, namun setelah saya lihat lagi dengan perlahan, dia masih tersenyum padahal dia sudah tertidur, dan saya bisa melihat dengan dekat raut wajahnya, sesekali dia meronta kedinginan dalam mimpinya, hingga jaket yang saya pakai, terpaksa terlepas dan jadi selimut buat dirinya,  ,namun pensil itu amat sangat mengoda, hingga bisa saya tulis puisi terahir, untuk kumpulan puisi yang saya beri judul kumpulan puisi "jejak petir" buat tugas ahir S1 saya,
Lukisan bunga dari embun
"Diujung daratan ini bunga pernah kutemui
Suiter biru buatan asing kesayangan ku
Yang berani lebih dulu memeluk tubuhmu yang menggigil
bersama dinginnya pulau ini
bara api itu sesekali menertawai ku
namun bintang yang jatuh seakan
membimbing ku untuk menuju
jalan pulang
bukan kertas putih yang didalamnya
merona bunga dari embun, dan
tentu saja bukan dari gempalan tangan
beserta untayan kaki itu
tapi sepasang mata indah
yang sekarang ada disamping ku
sesekali aku memeluknya dalam fiksi
karna sudah sangat merindu."

Sang Pandeka (Merantau/mamantau)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang