•Jakarta•

55 4 0
                                    

Canggung.

Tapi setidaknya Daniar bersyukur masih ada suara radio butut yang menemani rintik hujan di luar kantor. Dia terjebak hujan malam ini, yang lebih parah ia terjebak rasa canggung dengan pria di sampingnya. Daniar melirik pria itu sebentar, ia sedang sibuk merapikan peralatan syuting tadi. Oh, atau lebih tepatnya pura-pura sibuk.

"Kata anak-anak kamu mau pulang kampung, Ni?" Daniar agak terperangah ketika pria itu menangkap basah ia yang sedang curi-curi pandang.

"Hm, iya nih. Rencananya besok lusa, kalau kamu, Dit?"

"Aku ke Medan habis lebaran ajalah, bareng sama yang lain"

"O gitu"

Kemudian canggung lagi. Daniar cuma menggaruk tengkuknya sambil berpikir "mau bahas apa lagi sama Radit?". Sebenarnya dia bukan tipe cewek yang gengsi ngajak ngobrol cowok duluan. Tapi kali ini beda, Daniar sedang bersama Radit. Teman satu divisi nya yang selalu langganan jadi partner reporter-kameramen sejak awal masuk kantor. Harusnya tidak canggung sih, tapi teman-temannya yang dengan reseknya bilang Radit ada rasa sama Daniar. Jadilah begini, Daniar sudah cukup tua untuk gampang baper. Tapi sebagai perempuan dia masih menunggu kode. Sudahlah, Daniar malas menebak isi hati Radit. Pria itu selalu spontan, jalan pikirannya selalu tak tertebak.

"Mikirin apa, Ni?"

"Mikirin kamu, beneran suka sama aku engga?"

"..."

Eh, ngomong apa tadi? Haduh

"Ma--maksudku lagi mikirin nanti ke Semarang naik apaan. Iya! Gitu maksudku" jawab Daniar cepat. Bisa mati memerah ia.

"Oh gitu ya, kirain apa" Radit juga ikut canggung. Dia menoleh ke jendela kantor demi menghalau gugup. Kupingnya masih normal kok, dia dengar tadi Daniar bilang apa.

"Hujannya udah reda, nih. Aku mau pulang" Daniar buru-buru berdiri sebelum jantungnya semakin menggila.

"Naik apa?"

"Ojek online, aku udah order tadi" jawab Daniar cepat. "Duluan ya, Dit!" Teriaknya kemudian sambil berlalu di balik pintu kaca ruang editing.

Tanpa Daniar tahu, Radit tidak langsung pulang malam itu. Ia sedang perang dengan pikirannya. Ingatannya menjelajahi ucapan Rio beberapa hari lalu di kedai kopi dekat kantor.

"Apa sih yang kurang dari Niar? Dia reporter yang udah engga abal-abal lagi lho, Dit. Cakep juga tuh anak, dan lagi dia tetep berjilbab. Lo nunggu apa lagi? Niar banyak yang ngantri" jelas Rio dengan senyum lebarnya.

Dalam hati Radit membenarkan ucapan Rio sore itu. Anak-anak editing juga banyak yang bilang "Niar nungguin elo, Dit". Tapi Radit enggan gegabah, baginya segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Ah! Tapi Radit pun egois, ia juga tak rela jika Niar akhirnya dekat dengan pria lain. Seperti kata Rio, Niar banyak yang ngantri. Alamak!

"Belum pulang, Dit?" suara dari pintu ruang editing membuyarkan pikiran Radit. Mbak Kumala ternyata, presenter siaran berita tengah malam. Sepertinya dia juga baru selesai live.

"Eh, belum Mbak. Habis liputan tadi, ada kebakaran" jawab Radit sungkan.

"Oh, barengan sama Niar tadi ya berarti?" tanya perempuan itu lagi.

Radit hanya mengangguk. Nama itu lagi, hanya mendengar namanya saja membuat hati Radit seperti di gelitiki sesuatu.

"Yaudah aku pulang dulu ya," pamit Mbak Kumala "kamu buruan pulang, jangan mikirin Niar terus" ejeknya sebelum benar-benar pergi.

Deg

Tuh 'kan? Hampir semua orang tahu hubungan tak kasat matanya dengan Daniar. Bahkan Mbak Kumala yang notabene tidak pernah nangkring lama-lama di backstage bisa tahu. Alamak! Kalau gini makin sering pula Radit di desak orang-orang buat melamar Daniar.

Bukan ia tak suka Daniar. Tapi Radit merasa seperti-- tidak seimbang. Radit sadar diri, Daniar terlalu terang, jauh membumbung tinggi dibandingkan dia yang bukan apa-apa. Dilema "memantaskan diri" itu lebih rumit.

To Be Continue~

Setelah lama hibernasi dari dunia orange, jadi gak yakin bakal ada yang baca ini😂
Tapi semoga ada lah ya yang sekedar mampir dan iseng-iseng baca. Mumpung Ramadhan sedekah vote gih, biar berkah(ngarep).

Oh iya, selamat menjalankan ibadah puasa buat yang menjalankan🙏.
Semoga masih belum ada buka sampai maghrib nanti😂.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rama, Dan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang