04

290 36 4
                                    

Kyungsoo.


[From: Chanyeol
Subject: Tugas

Hei, kau sudah dua hari tidak masuk dan kita ada tugas kelompok biologi. Aku ke rumahmu ya?]

Aku segera bangkit dari posisiku, kaget membaca pesan yang baru dikirim Chanyeol. Tidak, Chanyeol tidak boleh ke sini. Dengan cepat aku membalas pesannya, kurasa itu adalah rekor membalas sms tercepat bagiku. Biasanya pesan seseorang akan kubalas paling cepat dua jam kemudian.

[To: Chanyeol
Subject: Re: Tugas

Tidak di rumahmu saja?]

Baru beberapa detik aku bernafas lega, pesan Chanyeol kembali datang dan kali ini berhasil membuatku berhenti bernafas, kurasa.

[From: Chanyeol
Subject: Re: Re: Tugas

Terlalu jauh, aku sudah di depan rumahmu]

Aku berjalan secepat mungkin menuju jendela untuk mengintip. Benar saja, Chanyeol sudah ada di depan pagar rumahku. Sial, sial, sial.

Mungkin baru kali ini aku kelabakan untuk mengganti baju lengan pendek dengan sweater dan celana panjang. Kubereskan kamar dengan cepat, menyembunyikan silet dari jangkauan Chanyeol. Segera aku berjalan cepat menuruni tangga, dapat kurasakan jantungku berdegup dengan cepat. Kalau aku memiliki keluarga yang normal, aku tidak akan setakut ini menerima teman di rumah.

"Ah, Chanyeol-ssi?"

Aku bisa mendengar suara ibu, kebetulan beliau sedang di luar untuk membersihkan salju yang menghalang jalan masuk rumah kami. Aku berjalan pelan di lorong, melewati ruang TV tempat pria tua itu biasa menghabiskan waktunya. Dilihat dari gelapnya ruangan dan layar TV yang menyala tanpa ada pergerakan sedikit pun, kurasa pria itu sedang tertidur.

"Kyungsoonya ada, bibi?" tanya Chanyeol dengan nada ceria. 

Aku bisa membayangkan wajahnya yang sedang tersenyum sambil menampilkan deretan gigi putihnya. Butuh beberapa waktu bagi ibu untuk menjawab, "Ada, tunggu sebentar akan bibi panggilkan."

Normalnya ibu-ibu di daerah kami akan langsung memanggil anaknya yang berada di dalam rumah, tapi ibuku tidak. Aku dan ibu sama-sama tahu alasannya. Tentu, agar pria tua itu tidak terbangun.

Ibu cukup terkejut saat menemukan aku sudah berdiri di balik pintu sejak tadi. Kami berpandangan beberapa saat. "Aku tahu, Bu. Kami ada tugas sekolah."

"Apa ... ayahmu masih tidur?" tanya ibu sambil melirik ke arah ruang TV. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Ibu menghela nafasnya lega lalu menepuk punggungku pelan.

"Ajak temanmu dari pintu samping saja lalu langsung ke kamar ... kamarmu sudah rapi kan?"

"Sudah, Bu," jawabku sambil tersenyum tipis lalu berjalan keluar.

Sudah dua hari aku tidak keluar rumah dan hanya berdiam diri di dalam kamar. Hanya melihat cahaya matahari dari sela-sela jendela. Kali ini untuk pertamanya aku merasakan sinar tersebut, disambut dengan senyum cerah dari Chanyeol.

Kurasa jika diibaratkan kata, Chanyeol adalah terang, matahari, cahaya, segala sesuatu yang positif ada padanya sedangkan aku adalah gelap, kekelaman dan semua energi negatif yang ada.

"Hai, Kyung!" sapanya ceria. Wajah Chanyeol terlihat memerah dan aku dapat melihat uap nafasnya, kurasa karena kedinginan atau dia habis berlari ke sini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Breathe No More | CHANSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang