Adira

13 3 9
                                    

Aku yang terluka saat dia menceritakan tentang wanita yang dia sukai, tentang pacarnya yang cantik, manis, dan manja. atau tentang dia yang baru putus sudah mendapatkan gebetan baru.

Aku yang bahagia saat dia khwatir padaku, saat dia menolongku, dan saat dia perhatian padaku.

Aku yang menyukainya dalam diam.

Aku Adira Azzahra, yang mencintai Aldrich Kenzie Alharon di balik topeng persahabatan kami.

-------------------------------------------------

"Woi Ra!!!" Adira dikagetkan oleh teriakan Aldri yang datang menghampirinya. Ia dengan cepat menutup buku bersampul artis k-pop didepannya lalu meletakannya dilaci meja.

"Apa-apaan sih, lo?" lantaran kaget bercampur kesal Adira melempar folpen yang sejak tadi ia gunakan untuk menulis. Lemparan Adira sukses mengenai jidat Aldri.

"Sakit Ra," Aldri meringis pelan lalu mengusap jidat yang diyakininya telah memerah "lagian, lo ngapain ngelamun sendirian disini?"tanya Ardhi lalu memutar bangku dihadapanya untuk ia duduki.

"Lagi semedi." Adira menjawab dengan cuek.

"Ati-ati Kesambet, gue pernah dengar kalo setan disini doyannya sama cewek maskulin, kaya lo gini. Nanti kalau lo benaran kesambet yang ada otak lo makin beleng" ucap Ardhi disusul tawa puasnya

Adira mendengus, "Setan mana yang berani sama ADIRA"

"Oh iya, gue lupa lo kan ratunya setan"

Adira mendelik tak suka, "dan lo, rajanya setan" kata Adira tak mau kalah. Enak aja hanya dirinya yang dikatakan setan, Aldri kan pasangannya, kalau dirinya ratu berarti Aldri rajanya. Benar bukan.

"Ganteng gini dibilang raja setan, kalau lo sih, cocok jadi ratunya setan, jeleknya mirip"

Adira memanyunkan bibirnya. Ia membuang pandangan kesembarang arah, tak mau menatap kearah cowok menjengkelkan bernama Ardhi itu.

"Hahaha, enggak usah cemberut gitu, nanti makin jelek'' tawa Ardhi makin puas.

"Rese banget jadi cowok. ngapain lo kesini? bikin mood gue hancur aja."

"Jangan marah dong, gue kesini mau ngajakin lo pulang bareng"

"Lo ngajak gue?" tanya Adira tak yakin. Tumben. Setahunya minggu lalu Aldri menembak seorang cewek, itu tandanya ia masih memiliki seorang pacar. Lalu untuk apa dia mengajak Adira pulang.

"Ya iyalah, siapa lagi kalau bukan lo?"

"Cewek lo mana?"

"Udah gua putusin" jawab Aldri cuek, "kebanyakan nanya lo, keburu sore nih" Aldri menarik tangan Adira menuju parkiran sekolah.

💞💞💞

Keadaan parkiran tak jauh beda dengan kelasnya. Sunyi. Sudah tak ada satupun kendaraan yang terparkir, kecuali motor Aldri tentunya. Entah sudah berapa lama bel pulang berdering sehingga membuat tempat yang harusnya menampung banyak kendaraan ini menjadi kosong.

"Al, seberapa lama tadi gue mendekam di kelas sampe nggak dengar bel pulang?"

Mendengar pertanyaan Adira, tak lantas membuat Aldri segera menjawab. Ia mengambil helm yang ikat diujung jok lalu menarik kepala Adira, bermaksud memakaikannya.

Adira yang sama sekali tak siap, membulatkan mata terkejut. Jaraknya dengan Aldri yang tak lebih dari 10 cm berhasil mengacaukan kerja jantungnya. Wajahnya sudah memanas. Tinggi badan Aldri yang tak terlalu jauh dari Adira membuat hembusan nafas cowok playboy itu menerpa wajahnya, Adira menahan nafas sesaat lalu memperhatikan lekat sosok sahabatnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADIRA (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang