Anak?

164 19 3
                                    

Yoo Kihyun sesungguhnya sama sekali tidak memiliki minat untuk melanjutkan keturunan ㅡbahkan meski dia menikah pun. Alasannya hanya satu, ia benci anak-anak.

Mungkin betul adanya kalau Kihyun punya sisi keibuan; ia pandai dalam mengurusi kegiatan rumah tangga dan galak pada adik-adiknya.

Namun ia benar-benar memberikan pengecualian untuk anak. Ia sama sekali tidak ingin berurusan dengan itu. Ia berasumsi kalau mereka sangat merepotkan, menjijikkan, dan berisik.

Lagipula dirinya juga baru saja legal setahun lalu, bukan berarti dirinya harus siap mengurus anak dan segala keperluannya. Namun masalahnya ada pada ibunya yang memintanya.

"ibu harap kamu bisa mengasuh anak dari mendiang teman ibu yang kemarin kecelakaan. hitung-hitung persiapan untuk beberapa tahun kedepan."

Tidak segan ia kerap menolak apa kata ibunya, sebab beliau sebetulnya tidak setua itu hanya untuk mengasuh anak yang tahun depan akan lulus sekolah dasar.

"Jiyeon sudah menginjak usia remaja, bu. Lagipula, apa dia tidak punya saudara?"

Sayangnya, beliau hanya menggeleng sambil masih tersenyum berharap.

"Paling tidak kalau kamu sama sekali tidak minat mengurus anak kecil, ia kan sudah besar. Ibu pikir itu bukan masalah besar. Cukup tambahkan setengah porsi lagi dalam masakanmu, ia tak makan banyak. Kamu juga tahu, ibu ini sibuk."

Ya mau bagaimanapun, Kihyun tidak ingin jadi anak yang durhaka, tentu saja. Ia tahu betul apa sibuk yang ibunya maksud. Manakala ayahnya sibuk pergi ke luar kota, ibunya pun setia menemani.

"Oh, bu, kan Kihyun akhir-akhir ini mulai sibuk, bagaimana kalau Changkyun dan Hyunjung membantuku?"

"Baiklah. Changkyun membantumu, belum untuk Hyunjung. Kasihan anak gadis ibu yang satu itu, kamu tidak ingat, ia baru saja patah hati karena Hoseok menolaknya?"

Kihyun sudah merutuk kesal dalam hati. Apa harus, Kihyun patah hati agar menarik simpati beliau?

"Baiklah, apa tugas Changkyun?"

"Antar-jemput Jiyeon. Selebihnya adalah tanggung jawabmu. Ibu tidak mau tahu, ini perintah!"

Astaga, Kihyun ingin mati rasanya.

_______

Jiyeon hadir dalam hidup Kihyun sejak dua jam lalu, dan Kihyun tidak merasakan perubahan yang berarti. Sama sekali tidak ada.

Hening sangat mendominasi. Apalagi, Kihyun hanya berdua di rumah. Changkyun dan Hyunjung masih sekolah, sedang ibunya entah kemana.

"Aah, Kihyun...appa?"

Kihyun tidak menyahut. Hanya mendelik sebentar, lalu kembali sibuk dengan urusan dapurnya, sembari menunggu apa yang hendak dikatakan Jiyeon.

"Ugh, aku tidak nyaman memanggilmu appa. Oppa saja boleh tidak?"

"Ya sesungguhnya aku juga tidak ingin punya anak. Oh, kamu bisa masak?"

Jiyeon mengangguk, gadis itu segera menempati dirinya disisi Kihyun, memandangi bahan-bahan yang akan dimasak Kihyun.

"Mau aku bantu apa?"

Kihyun menggeleng, "Untuk sekarang belum ada. Duduk saja di sana, aku akan memanggilmu nanti."

Lagi-lagi Jiyeon mengangguk, menuruti perintah Kihyun untuk duduk di meja makan.

"Oppa, apa kamu akan memperlakukanku sebagai adik? Atau anak? Kurasa Ny. Yoo sangat ingin kamu merawat anak?"

Kihyun rasanya ingin meledak sekarang juga. Jiyeon lumayan cerewet; ukuran bocah seumurannya memang selalu ingin tahu. Tapi seingatnya, baik dirinya, Changkyun, maupun Hyunjung, tidak ada satupun yang seberisik ini.

"Menurutmu bagaimana?"

Jiyeon berpikir sejenak. Tangannya menjadi tumpuan dagunya, sambil jarinya mengetuk bibir.

"Sejujurnya aku tidak ingin memanggilmu appa, karena memang aku tidak ingin. Oppa terlalu muda. Jadi ya, bisakah aku jadi anak bungsu Ny. Yoo? Bukan cucunya?"

"Terserahmu lah."

Lalu keadaan kembali hening, entah mau sampai kapan. Bukannya sudah dibilang, Kihyun tidak menyukai bocah?

끝•

ini mengecewakan kan? ikr. aku cuma gabut, makanya sering update. tapi aku gaada ide bagus, yagitu lah.

mungkin besok-besok aku bakal remake dari ff meanie ku di ffn ehehe:)

short! | y.kh + k.jyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang