I

246 11 5
                                    

Typo bertebaran~

Maria memakan sarapannya dengan pelan. Ia sama sekali tidak memiliki selera untuk menghabiskan sarapannya. Kejadian kemarin menbuatnya terus kepikiran hingga sekarang.

"Lo kenapa Dek?" tanya Mario—kakak Maria.

"Gue gak apa-apa," ucap Maria yang tidak ingin membuat Mario cemas, karena Maria yakin ia bisa menyelesaikan masalah ini.

"Gue kenal sama lo, Dek. Gue tau lo gak kenapa-napa," ucap Mario setelah menghabiskan sarapannya, lalu menyedot susu stroberi yang ada di susu kotak melalui sedotannya.

Maria hanya menyengir lebar. "Gue dihukum bersihin toilet sekolah, Bang."

"Tumben, biasanya lo langsung kabur," ucap Mario.

"Ya kali, ini gurunya galak, Bang. Sampe diawasin segala," dustanya, yah white lies.

"Mampus deh lo," ledek Mario.

"Eh ngomong-ngomong, kok semalam Maple gak nyambut gue ya?" ucap Mario yang membuat Maria mengernyit heran.

Maria juga sadar bahwa dari kemarin Maple juga tidak menyambutnya. Tapi Maria hanya bersikap cuek dan hanya mengedikkan bahunya.

"Gak tau gue, mungkin udah dikasi makan sama Bi Mariam kali. Maple kan kalo udah makan kebiasaannya molor terus," ucap Maria santai, menyudahi acara sarapannya dengan meninum air putih.

"Lo berangkat sama siapa, Dek?" tanya Mario saat melihat Maria beranjak dari bangkunya.

"Sama Om-Om ojek online tercinta," ucap Maria dengan nada centilnya.

"Idih, lagak lo udah kayak mbak cabe-cabean di pengkolan. Sampah lo, Dek," ucap Mario.

"Gak apa-apa gue sampah, yang penting trashy but classy," ucap Maria sambil mengedipkan sebelah matanya pada Mario.

Mario beranjak dari bangkunya. Ia meraih kunci mobil dan menggandeng tangan Maria.

"Udah, lo berangkat ke sekolah bareng gue aja," ucapnya pada Maria.

"Tumben lo, Bang. Kepala lo kena bola basket apa gimana?" tanya Maria yang sudah mengetahui gelagat Mario.

"Gue kangen sama adek sendiri, masalah emang?" tanya Mario sambil merangkul pundak Maria.

"Bi, tolong beresin makanan di meja makan ya," ucap Mario setengah berteriak sebelum menutup pintu rumah.

"I-iya."

© Whitefuchsia ©

"Milan, buku lo ada di mana?" tanya Maria yang hendak mengumpulkan tugas kelompok yang mereka kerjakan kemarin.

"Oh, di dalam tas gue! Ambil aja, gue mau ke ruang rapat dulu. Ada rapat MPK buat bahas acara ulang tahun sekolah," ucap Milan sembari melenggang pergi.

Maria membuka tas Milan dan mengambil buku tugas milik Milan di dalamnya. Saat hendak keluar, Maria mendapati lelaki yang sama seerti hari kemarin yang menatapnya.

Lelaki itu masih menatapnya dengan tatapan yang sama seperti kemarin.

"Lo mau ngumpulin tugas?" tanyanya tiba-tiba.

"Eh?" Maria tersentak kaget.

"I-iya," lanjut Maria sambil memegang buku tugasnya dan buku tugas Milan dengan erat.

"Gue boleh nitip?"

"O-oh, bo-boleh kok," ucap Maria sambil berjalan mendekati lelaki itu.

"Lo sekelompok sama siapa?" lanjut Maria sambil menerima buku tugas yang disodorkan lelaki itu.

"Gue sendiri," ucapnya santai.

"O-oh, gak dapet kelompok?" tanya Maria, dalam hati Maria merutuki dirinya sendiri karena malah sibuk bertanya hal yang sama sekali tidak penting pada seorang lelaki yang tidak dikenalnya.

"Gue sendiri yang gak mau sekelompok sama orang," ucapnya.

"O-oh, kalo gitu gue ke ruang guru dulu ya," ucap Maria sambil berjalan cepat keluar kelas.

"Hmm," lelaki itu bergumam sambil menatap pintu ambang pintu kelas tempat Maria pergi tadi.

Di sisi lain, Maria nelangkahkan kakinya dengan sangat cepat. Saat itu, Maria sadar bahwa dia tidak sendiri. Maria menolehkan kepalanya ke belakang namun tidak mendapati apapun yang ada di belakangnya.

Maria pun mempercepat langkahnya. Dalam hati ia merapal semoga ia baik-baik saja. Karena pada saat itu koridor sekolah tengah sepi yang disebabkan banyak murid yang menghabiskan waktu istirahatnya di kantin.

TAP … TAP … TAP …

Pikiran Maria sudah semakin kalut. Ia memilih untuk berlari. Namun seseorang yang mengikutinya juga berlari.

TAP TAP TAP

Maria menghentikan langkahnya dengan nafas terengah-engah. Ia menolehkan kepalanya. Lalu menumpukan kedua tangannya di atas kedua lututnya.

"Shit!" Maria mengumpat dalam hati.

CKREK CKREK CKREK

Maria berusaha mencari asal suara jepretan kamera itu berasal. Namun ia sama sekali tidak menemukan sosok apapun yang mengikuti dirinya.

TUK

Sebuah gumpalan kertas yang sudah diremas mengenai kepala bagian belakang Maria. Dengan sangat penasaran, Maria mengambilnya dan mendapat sebuah pesan.

Gue sayang sama lo, YANG! Kalau lo gak bisa DIMILIKI gue, lebih baik lo mati, RIA!

Siapa orang yang memanggilnya Ria?

© Whitefuchsia ©

SsstttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang