Bab 1 : Sengsaranya penjara

214 11 0
                                    

Hari ini hari Minggu, tanggal 5 Juni 2018. Aku duduk di kursi dalam penjara. Melihat beberapa polisi yang ada di depan ruanganku. Mereka menjagaku, agar aku tidak bisa kabur. Aku sudah sangat sering mencoba kabur, tapi nyatanya polisi jumlahnya lebih banyak daripada diriku yang kecil ini.
Aku sempat berpikir, sungguh tidak adil jika hanya aku saja yang dijaga oleh belasan polisi. Sedangkan tahanan yang lain tidak dijaga oleh satupun polisi. Dan aku mengira bahwa mereka bodoh, kenapa mereka pasrah dan tidak mencoba untuk kabur, toh tidak ada polisi yang melihatnya. Apalagi mereka bisa kabur lewat saluran cuci baju.

Hidupku disini sangatlah membosankan. Aku dilihati terus oleh belasan polisi yang bergantian jaga oleh temannya. Aku merasa seperti bayi saja jika dijaga oleh pembantunya.

Hari ini juga, aku berniat untuk menengok dunia luar, sudah 5 tahun aku dipenjara. Sudah 5 tahun juga aku terus menerus dikurung dan menatap belasan polisi yang terus menerus menjagaku. Aku sudah memikirkan beberapa trik agar aku bisa kabur dari sini. Dan aku tidak akan segan segan untuk mencari mangsa ku lagi.

Trikku adalah, waktu jam makan siang, aku akan ijin ke toilet. Kemudian aku memanjat dan memecahkan kaca toilet yang menunjuk ke jalan keluar. Aku juga akan lari sekencang kencangnya dan berusaha agar tidak tertangkap.

Aku tinggal menunggu waktu. Sebentar lagi, pukul 12.00 pas, aku dan yang lain akan menuju ruang makan untuk makan. Biasanya, jika aku bosan (toh aku selalu bosan), aku akan mengisengi tahanan lainnya yang berada di sebelah kanan kiriku, atau polisi yang sedang menjagaku dengan melempari mereka baju kotorku. Cara itu membuatku tertawa terbahak bahak, karena mereka pasti menunjukkan sikap marah dan benci padaku. Aku tidak peduli sebanyak apapun orang brnci padaku, yang penting aku senang.

Lonceng berbunyi. Pintu kami semua terbuka. Kami disuruh ke meja makan secepatnya, kalau tidak cepat maka pintu akan tertutup dan kami terperangkap, tidak bisa keluar untuk makan.

Aku berlari cepat menuju ke meja makan. Untuk melakukan aksi ini, aku tidak perlu banyak membawa barang. Hanya butuh nyali saja. Sebelum menuju toilet, aku makan banyak sekali makanan dulu untuk mengisi perut. Sekaligus, untuk menjadi perpisahanku pada penjara ini.

Suasana sekarang sangat ramai, aku tidak tahu apa yang mereka perbincangkan. Aku tidak suka bergaul dengan mereka, hanya suka iseng. Banyak tahanan yang tidak menyukaiku dan aku pernah mendengarnya langsung mereka mengomongiku. Tapi aku baik baik saja dan tidak peduli. Aku hanya berbincang dengan mereka jika ada perlunya saja. Tapi, jarang sekali aku perlu sesuatu, hanya 1 yang aku mau, yaitu kabur dari neraka ini.

Aku sudah merasa sangat kenyang, aku mengambil segelas air putih dan meminumnya. Aku duduk kembali, memperhatikan suasana di sekelilingku. Mereka semua masih asyik berbincang, bahkan para polisi pun. Aku merasa sangat beruntung dengan keadaan yang terjadi sekarang ini. Aku mencari sesuatu yang dapat membantuku untuk memecahkan kaca di toilet nanti dengan cepat.

Aku memandangi meja makan yang tua dan terbuat dari kayu. Kayunya sangat mengenaskan karena sudah jelek bentuknya. Aku berpikir,kalau aku mengambil beberapa kayu yang sudah keropos untuk membantuju, tidak apa kan??

Aku pura pura tidur, mataku terpejam. Tapi tanganku berusaha untuk meraih kayu yang agak besar.

Aku berhasil menemukannya!! Aku memasukkannya ke dalam bajuku karena aku tidak memiliki kantong. Aku berusaha untuk berjalan santai seperti tidak terjadi apa apa. Aku menuju toilet, memanjat dindingnya dan memikirkan cara untuk cepat keluar dari situ. Aku menaiki bak mandi yang cukup besar. Mengambil bongkahan kayu dari kantongku dan menghitung sampai tiga dalam hati, 1...2....3

Dan kupecahkan kacanya....

Cinta Seorang PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang