Satu

16 1 0
                                    

Setiap manusia memiliki fase kehidupan masing-masing dimana fase tersebut memberikan pengalaman dan pelajaran yang tentunya sangat menentukan masa yang akan datang.

Seperti gadis bermata cokelat yang bernama Fahira Kurnia. Gadis pendiam tersebut tengah mengalami masa puber dimana merupakan masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Masa mencari jati diri sesungguhnya.

Selama belasan tahun kehidupannya, Fahira selalu melewatinya dengan lurus, selurus sifat dan sikapnya. Fahira tidak pernah melampaui garis batas yang dimilikinya.

Fahira terlalu nyaman dengan zonanya dan ia sama sekali tidak tertarik untuk keluar dari sana. Hidupnya datar, sedatar sifatnya. Dan juga tenang, setenang pembawaannya.

Fahira tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian, maka dari itu ia tidak berusaha untuk terlihat menonjol. Bukan dalam hal pelajaran tentu saja, karena pada kenyataannya Fahira selalu masuk ke dalam peringkat tiga besar di kelasnya. Fahira hanya tidak mau dan tidak suka membuat masalah yang hanya akan menjadikannya menjadi sorotan dan bahan perbincangan orang lain.

Fahira lebih menyukai menjadi seorang yang tak terlihat. Seorang pengamat di tempat yang tidak orang lain ketahui. Iya, Fahira memang seorang pengamat di balik sifat diamnya.

Namun semuanya berubah. Kehidupan tenangnya terusik karena seseorang. Wajah datarnya masih eksis, hanya saja matanya selalu menyorot gelisah dan resah. Seiring dengan perasaannya yang mengacau dan jantungnya yang berdegup kencang.

Semua masih normal saat Fahira naik kelas sebelas. Jurusan IPA yang ia pilih mengantarkannya ke dalam kelas XI IPA 2. Kelas yang sama dengan seorang laki-laki bernama Satrio Hadiputra. Laki-laki murah senyum dengan mata yang selalu berbinar.

Satrio merupakan anak yang aktif berorganisasi dan tergolong siswa berprestasi. Dari yang Fahira dengar, Satrio pernah menjuarai LCC Bahasa Inggris bersama siswa lain di tingkat provinsi. Tentu saja kemampuannya sudah tidak diragukan lagi.

Sifatnya yang mudah bergaul membuat Satrio memiliki banyak teman. Ia juga termasuk tipe cowok yang disukai banyak murid perempuan. Tampan, cerdas, ramah, mudah bergaul, dan menyenangkan. Untuk bagian terakhir Fahira tidak setuju. Karena dari segi pengamatannya, laki-laki yang jago bermain alat musik itu sedikit menyebalkan.

Satrio selalu memerintah temannya yang lain untuk melakukan sesuatu. Seperti misalnya, mengambil pulpen, menulis catatan, menyalin pe-er, dan lain sebagainya. Sebenarnya hal itu lumrah dilakukan oleh banyak murid. Hanya saja, bagi Fahira yang hidupnya terlalu teratur, menyuruh teman untuk melakukan semua itu sangat tidak sopan. Apalagi tidak diberi kata 'tolong'. Maksudnya, selama bisa mengerjakannya sendiri, kenapa harus minta orang lain menggantikan kita?

Namun di luar semua itu, Satrio bisa dibilang teman yang bisa diandalkan. Dia hampir selalu ada di saat teman-teman kelas membutuhkannya. Biasanya, jika ada acara yang digelar sekolah, entah itu classmeeting, even HUT sekolah, dan lainnya, Satrio selalu berada di lingkungan sekolah, membantu persiapan. Wajar sih, Satrio itu wakil ketua kelas.

Tidak ada masalah sejauh ini. Tetapi Fahira merasa ada perubahan pada Satrio. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang benar bahwa laki-laki itu sering memerhatikan dirinya.

Fahira tidak mau ge-er, tapi memang kenyataan kalau Satrio sering mencuri pandang ke arahnya. Fahira lupa sejak kapan, tapi seingatnya semua bermula saat Fahira dan Satrio berada di dalam kelompok yang sama, dalam praktikum Biologi.

Tidak ada aturan pembagian kelompok saat itu. Yang jelas, Satrio absen saat berlangsungnya pemilihan partner kelompok. Laki-laki itu tengah mengikuti rapat bersama pengurus OSIS beserta dewan guru di aula. Dan sialnya, Fahira tidak masuk sekolah di hari yang sama. Demam tinggi serta flu yang menyerangnya membuat tubuhnya lemas dan tidak sanggup untuk mengikuti pelajaran.

Baru keesokan harinya Karin, teman sebangkunya memberi tahu bahwa ia satu kelompok dengan Satrio.

"Kenapa?" Tanya Fahira dengan kerutan di keningnya.

"Maksudnya?" Sahut Karin bingung.

"Kenapa aku satu kelompok sama dia? Siapa yang bagi kelompoknya?"

"Oh. Untuk pembagian kelompok sih bebas. Semuanya langsung bentuk kelompok sendiri, sisanya ya tinggal kalian berdua."

Fahira mengerang kesal, "terus kenapa bukan kamu yang sekelompok sama aku?"

Karin menyengir. "Si Reza kan belum ada partnernya. Daripada nggak jelas nungguin Satrio, mending sama aku aja." Reza itu teman sebangku Satrio.

Fahira mendengus. Sudah lama ia mengetahui kalau Karin naksir dengan Reza. Dan selagi kesempatan ada di depan mata, mana mungkin gadis berpipi chubby itu menyia-nyiakan begitu saja?

"Sorry deh, Fa. Ntar aku traktir baksonya Bang Jalu deh."

"Kamu lagi nyogok nih ceritanya?"

Di tempatnya, Karin hanya cengengesan. "Lagian Satrio enak kok anaknya. Nggak ribet dan yang pasti cerdas mantap."

Fahira cemberut sementara Karin berbinar cerah apalagi melihat Reza melangkah masuk menuju mejanya.

"Modus doang kamu, Rin. Padahal niatnya emang mau deketin Reza."

Karin yang masih menatap Reza tertawa pelan mendengar gerutuan Fahira. "Yah, sambil menyelam minum air, Fa. Lagian kamu kayak nggak pernah jatuh cinta aja deh. Bawaannya kan pengen lihat si doi terus," katanya dengan alis yang dinaik turunkan membuat Fahira melengos.

"Emang enggak."

Tawa Karin semakin keras setelah menerima kejujuran Fahira. "Tenang aja, Fa. Aku yakin, bentar lagi kamu bakal ngerasain. Jangan lupa cerita ya siapa orang spesial yang bikin temenku yang pendiem ini jatuh cinta."

"Apaan deh. Udah ah, kantin yuk, laper nih." Fahira berdiri setelah merapikan rok seragamnya supaya tidak kusut.

"Aye, ma'am," sahut Karin.

"Nggak lupa kan mau traktir baksonya Bang Jalu."

Karin mendengus. "Sekarang banget nih nagihnya?"

Fahira mengedikkan bahu. "Mau kapan lagi? Daripada nanti-nanti, yang ada malah lupa."

"Fine. Ayoklah ke kantin." Karin setengah menyeret Fahira dengan lengannya menuju kantin. Menepati janjinya untuk mentraktir teman sebangkunya itu.

Tanpa keduanya sadari, bahwa cerita lain baru saja dimulai. Kisah lain baru saja tertulis dalam lembaran kehidupan masing-masing.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang