prolog

42 5 7
                                    

Semilir angin menerpa wajah mungil seorang gadis, yang sudah satu jam lalu duduk seperti menunggu seseorang. Apa benar? Kemungkinan besar iya. Dilihat dari gelagatnya yang menoleh ke kanan ke kiri, mencari seseorang sambil terus melirik jam tangannya.

Gadis itu tampak menghela nafas sambil mengusap wajahnya, lelah. Baju yang menampakkan lengan mulusnya sudah mulai kusut karena dibawa bergerak. Dandanannya sudah mulai luntur karena terlalu banyak mengusap wajah. Badannya mulai kedinginan terkena angin petang. Begitu pun langit, sudah mulai menggelap mendekati bulan. Tetapi, yang ditunggu belum juga nampak.

Gadis itu meringis dalam hati. Ia sudah menelepon orang itu yang diakhiri oleh suara operator. Menginfokan bahwa nomor si empunya tidak aktif.

Tidak ada pilihan lain, langit yang sudah menggelap menjadi alasan untuk pulang. Juga ibunya yang sudah menyuruhnya pulang. Ia tidak tahu bahwa anaknya belum bertemu orang itu.

"Ternyata kamu sama saja dengan pria lainnya, cuma bisa berkata tanpa bisa membuktikan."

Ia melangkah menjauh dari tempat sia-sia itu. Menoleh sebentar ke belakang hanya sekedar memastikkan bahwa seseorang itu benar-benar tidak datang. Ia menghembuskan nafas, benar, tidak akan datang.

Semuanya kepalsuan.


A/n: 

cerita fiksi pertama aku! ini udah ada ide dari lama sih, cuma ya baru berani terjun sekarang. selamat menikmati cerita!!!


                                                                                                                                                    glad regards, SYAINA

HANDS UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang