Vote nya dulu Chagi.:*
Gak boleh pelit-pelit.:)
Vote itu gak susah kok.:) tinggal pencet bintang di sebelah kiri bagian bawah layar.:) apalagi kalau kalian komen, rasanya tuh seneng baget. Intinya....
Dukungan kalian, sumber semangatku.;)*
*
*Teriknya sinar matahari yang menembus tirai nampaknya mengganggu tidur nyenyak seseorang . Tampak sekali ia tak nyaman dengan posisi tidurnya. Sofa itu terlalu pendek untuk tubuh tingginya. Merasa semakin tak nyaman Tubuhnya menggeliat kecil, merasakan silau mentari tepat di manik matanya.
'Dughh'
"Aww."
Ringisnya sembari memegang lututnya yang terbentur pinggiran meja. Matanya yang belum sepenuhnya terbuka kini terbuka lebar, mengusap-usap lututnya yang terasa nyeri. Matanya menelisik ruangan yang tampak asing di matanya. Ini seperti bukan kamarnya.
'Ini? Ahh benar ! Aku sepertinya tertidur disini. Di rumah jiyeon."
"Eoh ? Anda sudah bangun?."
Sehun tersentak. Dengan sigap ia segera duduk dan menoleh ke arah asal suara. Disana bibi song sudah terlihat rapi dengan pakaian maidnya.
"E..eoh nde. Selamat pagi Ahjumma."
Bibi song tersenyum kecil,menoleh ke arah sehun dengan tangannya yang masih sibuk mengelap debu perabotan rumah.
"Nde,selamat pagi."
Sehun ikut tersenyum sekilas. Kemudian bergegas beranjak ke kamar mandi. Di dalam sana sehun mencuci wajahnya kemudian menatap bayangan dirinya di cermin.
Semalam jiyeon tak menyuruhnya pulang. Menyadari hal itu senyuman tipis tersungging di bibirnya
'Awal yang baik oh Sehun'..
.
.Jiyeon menuruni anak tangga perlahan. Matanya kelirik ke arah sofa yang telah kosong. Hanya tersisa bantal dan selimut yang sudah terlipat rapi disana.
'Kemana perginya.?'Matanya bergerak memandang sekeliling. Mencari sosok yang mungkin masih ada di dalam rumahnya. Merasa tak mendapat apa yang ia cari jiyeon menghembuskan napas pelan.
'Mungkin ia sudah pulang.'"Kau mencariku?"
Jiyeon yang kaget membalikkan tubuhnya. Matanya langsung bertemu dengan pandangan Sehun. Pria sungguh terlihat keren dengan rambut setengah basahnya itu. Namun jiyeon sungguh pandai dalam mengendalikan ekspresinya. Mungkin kalau gadis lain, sudah berteriak heboh atau paling tidak terpaku dengan mulut yang menganga lebar. Ini sungguh tidak berlebihan. Sehun terlihat berkali-kali lebih tampan dan segar di pagi hari seperti ini. Namun Jiyeon tetap dengan raut datarnya. Ia tidak membalas pertanyaan sehun. Hanya memandangnya beberapa saat, kemudian menghela napasnya pelan.
"Pulanglah."
"Nde?"
Raut wajah sehun sontak berubah. Ia diusir? Padahal baru saja ia merasa senang. Namun, sepertinya jiyeon memang mencari saat yang tepat untuk mengusirnya.
"Kau bisa pulang. Diluar hujannya--"
"Sarapannya sudah siap. Jadi sarapan dulu bagaimana?"
Bibi song menyergah ucapan jiyeon. Ia tahu bila jiyeon enggan bila sehun berlama-lama di rumah ini. Tapi akan terlihat tidak sopan bukan bila sehun disuruh pulang begitu saja. Bagaimanapun juga sehunlah yang sudah mengantar jiyeon dengan selamat sampai rumah walaupun dengan keadaan basah kuyup.
"Tapi-"
"Gamsahamnida Ahjumma."
Sehun menyunggingkan senyum tipisnya. Bibi song melihatnya pun ikut tersenyum, Kemudian membawa sehun menuju ruang makan. Sedangkan jiyeon yang melihat itu hanya menggela napas.
Ia bingung dengan keadaan ini. Jujur, ia merasa tak nyaman berlama-lama ada didekat sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ever
Fanfiction"mengapa kau terasa begitu jauh? Padahal kau begitu nyata tepat di hadapanku.... Mendekatlah, berjuanglah bersamaku.Dengan begitu, aku tak akan memikirkan apapun lagi. cukup dengan senyumanmu untuk semangatku, Bahagiaku adalah dirimu."-Oh Sehun . . ...