Warning! Typo's
Happy reading!^^
-----------------------------------------------------
Pagi hari itu, pada kediaman keluarga Park. Di warnai dengan aksi saling membujuk.
Sang ayah yang membujuk anak bungsunya untuk segera pergi ke sekolah.
Sang ibu yang juga membujuk anak bungsunya untuk mau sekolah.
Sang kakak yang terus mengomel akan terlambat.
Dan sang pelaku utama, si anak bungsu yang masih menangis tidak mau sekolah.
Bukan tanpa alasan sang anak bungsu tidak mau sekolah.
Ia, pada hari ini akan mulai bersekolah di sekolah dasar.
Ia rasa, jam bermainnya akan sangat terenggut jika bersekolah sd. Ia tidak mau, ia masih ingin terus bermain.
Awalnya, Mark tetangganya bercerita bahwa menjadi murid sekolah dasar akan diberi tugas yang sangat banyak oleh gurunya. Belum lagi gurunya galak. Dan pakaian harus selalu rapi. Tidak boleh ada noda sedikitpun.
Park Jihoon -si anak bungsu- kembali menggeleng ketika bayangan tugas menumpuk, guru yang galak dan pakaian yang harus selalu rapih melintas.
Pertama, ia sangat tidak suka mengerjakan pekerjaan rumah. Saat masih taman kanak-kanak saja Jihoon jarang mengerjakan tugas dari gurunya.
Kedua, Jihoon tidak pernah dimarahi. Ia selalu disayang dan diperhatikan. Bagaimana mungkin ia akan sanggup bila dimarahi oleh gurunya nanti.
Ketiga, Jihoon sangat aktif. Ia sangat suka berlari-lari, berkeringat, bermain di tempat yang kotor. Bagaimana mungkin ia menjaga pakaiannya agar selalu bersih.
Jihoon kembali menangis.
"Aku tidak mau sekolah!" ucapnya final.
Sang bunda kembali mengelus dada.
"Sayang, dengarkan bunda. Bunda ingin kamu pintar. Agar bisa melindungi bunda di masa depan seperti ayahmu. Agar kau bisa melindungi dirimu sendiri. Bunda sayang kamu nak. Kamu akan bisa bermain sepulang sekolah. Bunda akan mengarimu mengerjakan tugas. Bunda akan mencuci pakaianmu jika kotor. Dan bunda akan mengarimu menjadi anak yang baik agar tidak dimarahi guru. Jadi sekarang-" Sang bunda menjeda kalimatnya dan menghembuskan nafas perlahan.
"Mau sekolah ya? Kasian ayah dan kakamu menunggu. Mereka bisa terlambat dan dimarahi."
Jihoon kecil melihat raut wajah bundanya yang terlihat lelah dan sedih. Tentu saja raut wajah bundanya yang seperti itu adalah kelemahan terbesarnya.
"B-baiklah bunda -" Jihoon mengelap ingusnya.
"Aku akan pergi ke sekolah."
Bunda mengelus pelan surai hitam anaknya.
"Pintar, sekarang pakai sepatumu dan segera naik ke mobil."
~~~
Dan disinilah Jihoon sekarang.
Mematung di depan koridor dan melihat anak-anak yang berlarian.
Ia tidak punya teman.
Seorang guru menepuk pudaknya.
"Dimana kelasmu nak? kenapa diam saja?"
Jihoon meneguk salivanya. Bayangan guru galak melintas.
"A-aku ke..las mm,, 1-1"
Sang guru tersenyum hangat.
"Biar ibu antarkan ke kelasmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Korea The Series : School Lies [Jihoon x Yoojung]
FanficAwas baper. Ini fanfiction. Bagi yang gasuka tolong jangan dibaca.