#2

5.1K 361 11
                                    

Mentari telah meredup tenggelam diujung langit yang mulai menghitam, Malam telah datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mentari telah meredup tenggelam diujung langit yang mulai menghitam, Malam telah datang. Di dalam kamar yang diterangi cahaya lampu aku sesekali mengecek handphone yang tergeletak diujung ranjangku.

"Huft"

Sudah genap 3 minggu Jimin tidak menelfonku, bahkan tidak memberi kabar padaku.

'Apa dia sedang sibuk?'

Setelah kali ke 5 aku mengecek handphone berulang kali, akhirnya kubulatkan tekad untuk menelfonnya, aku pikir itu tidak akan mengganggunya karna bagaimanapun ini panggilan telfonku yang pertama setelah 3 minggu padanya.

(Suara sambungan telfon)

Diangkat!

"Yeoboseyo (halo)" Ucapku gugup.

"Dugusaeyo? (Siapa?)" Ucap seseorang di sebrang telfon.

"Eh?"

'Sesuatu sangat menyakitkan tepat di jantungku, Sesak, rasanya udara lenyap seketika'

"Dugu saeyo? (Siapa?)" Tanyanya lagi dengan nada sedikit tidak sabar.

Aku yakin ini suara Jimin, mana mungkin aku salah orang, tapi kenapa dia tidak mengetahuiku.

"Ji-Jimin-ah?" Ucapku lagi, antara gugup, dan kecewa.

"Aku tanya ini siapa?" Ucapnya tegas.

Tes.

Aku tidak bisa menahannya lagi, air mataku mengalir tanpa persetujuanku, membasahi pipiku tanpa dia sadari.

"Jangan-jangan... Jii kyon?" Tanyanya menebak-nebak.

Aku terdiam sebentar, mengatur nafas dan mulai menjawabnya "Iya, ini aku Jii"

"Ah mianhae chagi (maaaf sayang) , aku tidak tau itu kau" Ucapnya dengan nada bersalah.

"A-ahahaha gwenchana (tidak apa - apa), aku mengerti" Jawabku dengan nada yang dibuat-buat.

'Bohong... lagi-lagi aku berbohong..'

"Gomawo (terima kasih) telah mengerti, kenapa kau menelfonku?" Tanyanya.

"Ahh, aku hanya-"

"Jimin-ah! Palli! (Cepat) Kita harus pergi!" Aku ingat betul, itu suara Taehyung. Jimin harus segera pergi, tapi kemana?

"Arraseo! mianhae chagi (aku mengerti! Maaf sayang) , aku harus pergi, neo gwenchana? (Kau tidak apa-apa?) " Tanyanya khawatir.

"Oh? Na gwenchana (Aku tidak apa-apa), hwaiting (semangat) Jimin-ah!" Seruku sesaat sebelum sambungan terputus.

Aku tidak peduli apa dia dengar atau tidak, yang pasti dia tidak akan pernah tau jika kini pipiku telah basah dengan air mata. Tiba-tiba aku penasaran, berapa banyak kebohongan yang kukatakan demi menjaga perasaanmu, tapi aku ragu, kau akan mengatakan satu kebohongan untuk menjaga perasaanku.

S T I L L [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang