Prolog

101 10 2
                                    

Berambut hitam lebat dan panjang,
Berkulit sawo matang,
Bermata coklat tua,
Berbadan pendek,
Ya, itulah aku, Alicia. Panggil saja Cia.

Saat ini aku sedang menduduki kelas 9. Masa-masa paling sulit yang pernah kualami sepanjang hidup.

Disinilah aku mulai mengerti apa arti cinta yang sebenarnya.
Disinilah aku mulai belajar apa pentingnya kesetiaan.
Dan, disinilah aku mulai memahami apa arti dari merelakan seseorang.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pagi itu, hari pertama aku memasuki kelas 9, dan seperti biasa, aku selalu datang terlalu awal dan kelas belum ada penghuni, jadi aku bebas untuk memilih duduk dimanapun. Aku pun memilih duduk di kursi bagian depan dekat jendela. Aku duduk dan terdiam meratapi keluar jendela sambil menunggu teman lain yang akan datang.

"Woyyyy, ngelamun melulu lo daritadi, diem diem bae, ngopi ngapa ngopi!" Terdengar suara Rani, sahabatku, yang membuat jantungku berhenti berdetak.

"Apaan sih lu, ga lucu bego! Ngagetin orang sembarangan, dasar cewe gila stress lu Ran!" Balasku dengan kasar.

"Hilihhh, dasar cewe PMS, galak amat lu ci pagi ini, kenapa sih? crita dong critaa." Sahut si Rani.

"Ran, gue mau tanya dan lo harus jawab dengan jujur ya, kalo sampai lu bohong, gue bakal musuhin lu selamanya, okey okey okey?" Jawabku yang malah balik bertanya.

"Iyee deh iyee, knapa sih emang kok kayaknya penting amat gituu?" jawab Rani.

"Jujur ya, sebenernya gue tuh kurang apa sih, gue cantik ga sih menurut lo? Knapa sih mesti sampe di kelas 9 ini gapernah ada satupun cowo yang naksir sama gue, sedangkan lo Ran, banyak cowo disana yang antri buat ngedapetin lo, tapi lo malah nolak semuanya, bodoh banget si lu." Tanyaku pada Rani.

"Ahahahaha, santai dong ci santaiii, gini ya gue jujur sama lu, lu tuh ya sebenernya manis, imut, dan sifat lo tuh unik, jodoh itu ga dateng karena liat fisik, jodoh itu dateng ketika lo sudah bener bener ditakdirin sama dia." Ucap si Rani.

Aku mengabaikan ucapannya, aku membuang muka dari tatapannya dan menatap ke arah luar jendela untuk menenangkan diri.

Tak terasa, waktu terus jalan, kelas tak terasa tiba-tiba sudah ramai sesaat dipenuhi banyak anak.

Kringgg kringgggg kringggg
Bel masuk kelas pun sudah berbunyi.

"Eh Ran, lu duduk di sebelah gue ya, kan ini masih awal masuk kelas, jadi duduknya kan belum diatur. Ya ya yaaa plisss.." pinta ku pada Rani.

"Iya dihh iya, dasar bayi pms, lagian kalau gue ga duduk sama lu, gue mau duduk sama siapa lagi coba, di kelas ini kaga ada temen deket gue." Jawabnya dengan sedikit kesal.

Terdengar langkah kaki yang berat dari arah depan pintu yang mengarah masuk kedalam kelas. Dari sini, tampak Pak Leo, yang akan menjadi wali kelas ku di kelas 9A ini sedang berjalan menuju ke arah meja guru.

Salah satu murid yang sekarang sedang menjabat sebagai ketua OSIS sebut saja Markus tiba-tiba memberi aba-aba untuk memberi salam kepada Pak Leo.
Kamipun sekelas memberi salam kepada beliau.

"Baiklah, selamat pagi juga anak-anak, di awal ini, saya akan mempersilahkan kalian untuk memperkenalkan diri kalian satu per satu di----." Omongan Pak Leo tiba-tiba terputus akibat seorang anak yang terlambat datang dan mengetuk pintu kelas. Rambutnya berantakan layaknya belum pernah disisiri, badannya tinggi banget parah, dan lumayan sih manis.

"P.. p.. pakk, maafkan saya terlambat, tadi ban motor saya bocor pak jadi harus ditambal, maaf pak, terimakasih." Kata seorang siswa yang datang terlambat tersebut.

MOVE ON !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang