part 2 : Maaf, Rani.

84 5 6
                                    

Tapi, perasaan ga bisa dibohongi.
Gue..
Kayaknya udah terlanjur suka sama steve.
Maaf Ran.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Esok pagi,
Gue bangun lebih pagi entah kenapa, sesaat teringat ada janji bertemu dengan steve sepulang sekolah. Gue bergegas mandi, dan menggunakan seragam, menyisiri rambut dan berias wajah sedikit di depan kaca. Entah kenapa, sebelumnya gue gapernah dandan di depan kaca sampai selama ini, tapi kali ini gue bener bener lama berada di depan kaca, apa karena nanti gue mau ketemu sama steve ya.

Gue segera berangkat. Sesampai di sekolah pagi itu, kebetulan gue berpapasan dengan Steve. Tepat saat berpapasan dengan Steve, tidak jauh dari posisi gue sekarang ada Rani yang sedang nunggu gue seperti biasanya.

Gue berusaha berjalan lebih cepat sambil pura pura tidak melihat Steve agar tidak dicegat oleh Steve dan dicurigai oleh Rani. Tapi, terlambat!

"Ci," panggil Steve.

"E..e..ee, gue lagi ada urusan penting nih, gue mau duluan ke kelas," jawabku sambil berjalan menjauhi Steve berusaha menghindarinya.

"Ciii, gue cuma mau ingetin ntar pulang sekolah jangan lupa ya!" Teriak steve dari jauh.

Gue berusaha mebgabaikan Steve supaya tidak dicurigai oleh Rani yang dari sana sedang ngawasi gue.

"Pagi Ci, lo tadi ngomong apa sama Steve? Kok kayaknya seru gitu ya,"  tanya Rani secara tiba-tiba.

"Oh.. anu, tadi dia cuma tanya ke gue hari ini ada Pr atau gak,"  bujukku pada Rani.

"Oalah, gue pikir kenapa, hehe," jawab Rani.

Shit shit shittt, kenapa gue bisa sekejam ini sih sama sahabat sendiri. Gue udah bohong ke Rani berapa kaliii. Dan gue saat ini sudah mengkhianati Rani. Dasar! Bodoh! Bodoh! Gue bener bener bodoh! Tapi ini semua sudah terlanjur. Yasudah, gue jalani aja. Tapi syukurlah, selama pelajaran berlangsung Steven dan gue gak ada apa-apa, jadi si Rani nggak curiga.

Sepulang sekolah, seperti biasa, gue anterin Rani ke depan gerbang untuk nunggu dijemput. Tapi gue inget janji gue sama Steve.

"Hmm, eh Ran, hari ini sori ya gue gabisa nungguin lo sampai dijemput, gue kayaknya kebelet boker nih udah gak kuat, udah diujung, hehe, maaf ya,"   bujukku pada Rani. Huh lagi lagi gue bohong sama Rani. Brapa banyak dosa gue hari ini!

"Hmm yaudah lah, gapapa," jawab Rani dengan ekspresi yang sedikit kesal.

Gue langsung bergegas berlari menuju perpustakaan untuk bertemu dengan Steve. Dan, yashh, dari luar perpustakaan, sudah tampak Steve yang duduk di salah satu bangku perpustakaan sedang membaca buku.

"Hai?" Sapa ku pada Steve.

"Haii cii! Gue pikir lo gabakal dateng, hehe, sini duduk di samping gue," balasnya.

Karena sebelumnya gue gapernah sedekat ini sama Steve, maka dari itu gue nolak buat duduk di sampingnya, gue lebih milih duduk di depannya berhadapan.

"Ehm, enggak deh, gue duduk didepan lu aja biar lebih enak ngajari kamu, hehe," jawabku.

"Yaudah deh terserah kamu aja," jawab steve.

Gue pun menarik  kursi di depannya dan berusaha mencari posisi nyaman untuk duduk. Oh my God, rasanya canggung banget ketika duduk berhadapan sama dia. Tiba-tiba si Steve membuka pembicaraan.

"Hm, ci? Gue boleh tanya gak?" Tanya steve tiba-tiba. Jantung gue mendadak berdetak dengan cepat.

"Hm iya tanya ajaa," jawabku sambil gugup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOVE ON !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang