Mereka

18 4 0
                                    

Sudah hampir sebulan Giska bersekolah, ia amat bahagia karena berteman dengan Kelvin, Catelyn, dan George tentunya.

Mereka semakin akrab dan sering ke kantin bersama-sama. Kadang Giska dan Kelvin seperti nyamuk dalam hubungan Catelyn dan George.

"Kalian liat-liat dong di sini kan ada gue sama Giska, masa kalian berdua mesra-mesraan gitu sih" ucap Kelvin

"Yaelah lo, makanya pacarin tuh Giska, diangguring mulu" jawab George sambil tertawa

"Apaan sih, biasa aja deh" sahutku dengan enteng, karena aku nggk ada perasaan apa-apa sama Kelvin.

"Udah ah, lo pada kapan makan? Ngomong mulu" sahut Catelyn sambil menyantap mie ayam pesanannya.

~~~~~~~~
                            
Saat Giska ingin bangkit dari tempat duduknya, tiba-tiba Kelvin menghentikannya.

"Gis, pulang bareng gue ya?" tanya Kelvin

"Tumben lo, tapi gue dijemput sama ma-" ucapanku terhenti ketika handphone ku begetar.

"Yaudah gue bareng lo deh" sahutku karena mamah bilang dia sibuk dan bilang kalo aku pulang naik angkot aja.

"Yuk" ajak Kelvin sambil memegang tanganku.

Kesambet apaan nih orang  ucapku dalam hati dan tetap berjalan mengikutinya.

~~~~~

"Thanks ya udah nganterin" ucapku setelah turun dari motor Kelvin

"Yaelah, nanti juga biasa kok" sahutnya sambil tersenyum pada ku.

"Biasa? Emang lo tukang ojek gue?" balasku dengan tawa yang nggk bisa ditahan lagi

"Mungkin lebih dari itu, yaudahlah gue pulang dulu ya"

"Ok, take care" ucapku sambil melambaikan tangan pada Kelvin.

~~~~~~

Giska PoV

Aku harap masa SMA ini dapat kulalui dengan bahagia. Dengan adanya mereka hari-hariku sampai saat ini baik-baik saja bahkan sangat baik.

Catelyn dan George mereka sahabatku yang sangat romantis, jika bukan aku yang berada disisi mereka pasti orang tersebut akan cemburu banget liat kemesraan mereka.

Tapi, Kelvin? Hmm pria ini sahabat yang sangat baik. Pertama dia mengajakku duduk di sampingnya, kedua dia yang mengajakku berkenalan dengan Catelyn dan George, ketiga akhirnya aku terbiasa makan di kantin, keempat dia teman pertama yang mengantarku pulang.

Seperti biasa jam sudah menunjukan angka tujuh lewat sepuluh. Aku melihat kearah meja belajarku dan mulai berjalan kearahnya.

Sudah waktunya mengerjakan PR Matematika, ya aku semangat mengerjakan PR ini karena kuanggap mudah.  Sejujurnya ketika SMP aku sangat tidak menyukai pelajaran ini

~~~~~~~

Setelah mandi, makan dan bersiap-siap kebiasaanku sebelum berangkat sekolah adalah membuka pagar rumah.

Tentunya karena tidak ada pembantu di rumah kami. Aku dan mamah harus berbagi tugas dan saling membantu.

" Loh, kok kamu ada disini?" tanyaku heran melihatnya

"Kan aku udah bilang, nanti juga biasa" jawab pria ini

"Tapi aku diantar sama mamah" balasku

"Izin aja apa susahnya sih, sama gue juga nggk bakal di culik juga kok" balasnya

"Ih, lo mah ngeyel. Yaudah tunggu bentar"  jawabku lagi sambil berjalan ke dalam rumah.

Setelah minta izin sama mamah, akhirnya pagi itu aku berangkat bersamanya. Sama siapa lagi, ya sama Kelvin.

"Loh kok kalian barengan sih, cie kalian jadia ya?" tanya Catelyn yang kebetulan bertemu kami di parkir motor sekolah.

"Ngawur ih kamu mah, Kelvin aja nih yang rajin jemput gue" jawabku sambik melepas helm yang ku gunakan.

"Oh, kirain" dengan raut wajah yang masih nggk percaya

"Udah, jalan gih, kalian mau disini terus?" saut Kelvin sambil berjalan mendahului aku dan Catelyn

"Iya, ni jalan" sahutku dan Catelyn berbarengan.

~~~~~~

Semua berjalan baik-baik saja hingga jam istirahat pun tiba.

"Eh, kalian duluan ke kantin nanti gue nyusul" ucapku sambil berlari meninggalkan Kelvin, Giska, dan George.

Setelah selesai dengan urusanku dari toilet, aku pun berjalan menuju kantin. Aku sengaja berjalan melewati taman sekolah yang sepi agar lebuh ceoat sampai.

Tapi langkahku terhenti setelah melihat kejadian itu. Ya, aku melihat sepasang kekasih yang sedang bercumbu di balik pohon itu.

Dengan cepat aku berlari agar tidak ketahuan dan berharap mereka tidak melihatku tadi. Aku langsung ke kantin dan bertemu sahabat-sahabatku.

Untungnya kami selalu makan di kantin yang sama, jadi aku langsung tahu mereka dimana.

"Lo kenapa Gis? Kok pucat gitu?" pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan Kelvin padaku.

"Eng-enggk kok, gue lapar aja kok makanya pucat" sahutku dengan terbata-bata

"Yakin, yaudah lo minum deh. Udah gue pesenin es teh buat lo" ucap Kelvin lagi.

"Thanks" sahutku singkat langsung meminum segelas es teh tersebut.

"Kesambet setan apa lo di toilet Gis gis, sampe segitunya" ucap Catelyn mengejekku  yang kuabaikan saja.

Makasih ya udah baca ceritaku yang absurt gini, saran kalian dibutuhkan ya dan semangatin terus ya😁

It's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang