Prolog

21 1 3
                                    

Pagi itu, mentari bersinar terang, menerabas jendela kamar, menyilaukan mata. Doni yang baru saja bangun tidur langsung mengambil hp-nya, mengecek ada WA atau pesan yang masuk tidak, namun ia lupa kalau semalam paketannya habis,  dan ia lupa membelinya.

"Sial...  Hoaamm.. ", ucapnya sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.

" Ah tenang.. Paling Pak Banu bolehin tethering lagi... ".

Ya, inilah kebiasaan Doni, suka numpang wi-fi orang, alias tethering.

Dan tetangga sebelah kamarnya, yaitu Pak Banu adalah seorang karyawan di salah satu tower sinyal di kawasan situ. Ia sudah berangkat kerja sejak pagi hari, kamarnya ditinggalkan dengan keadaan tidak terkunci, jadi siapa saja bisa masuk kesana. Dan yang paling sering adalah Doni...

Namun kebiasaannya berubah, semenjak Pak Banu meninggal karena kesetrum aliran listrik dan membuatnya terjatuh, hingga meninggal.

Kamarnya tak ada yang menyewa lagi, mungkin takut. Antena wi-fi miliknya pun ditinggal disitu. Tak ada keluarga yang menjenguknya, entahlah.

Namun, dibalik kesenangan Dino mendapat Wi-Fi gratis, setiap ia masuk ke kamar situ, bulu kuduknya selalu berdiri, dan tercium bau bunga melati dengan kuat. Padahal sudah dua bulan semenjak kematian Pak Banu, kamar itu tak pernah diurus lagi.

"Kok aku tambah merinding ya... ",ucap Dino sambil mengelus lehernya,merinding..

"Dino... Dino... Kamu kok pakai Wi-Fi ku terus sih... ",tiba- tiba muncul suara misterius dari luar kamar, namun jelas. Dino yang mendengar itu langsung melarikan diri sekencang- kencangnya.

Lalu.....

To be continue...

No SignalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang