"Dek, ternyata patah hati itu emang beneran gak enak ya."
"Hah?"
"Enggak jadi."
"Seriusan, Kak onyed patah hati?"
"Mana ada monyet yang bisa patah hati, Dek."
"Ada."
"Mana?"
"Ini, Kakak?"
Terbuang sudah semua waktu berharga Jonathan. Seharusnya tadi dia tidak usah bercerita pada adiknya. Seserius dan sejelas apapun ia bercerita pada Ashila, solusinya pasti tidak akan ketemu.
"Tapi beneran, Kak. Cerita aja."
Cerita gak ya.. Nanti diketawain lagi, duh. Jonathan membenarkan posisi duduknya, ia meletakkan sendok dan garpu di atas piring. Ashila yang melihat Kakaknya melakukan hal serupa. Asik, waktunya cerita nih.
"Kakak diputusin lagi, Dek."
"Tuh kan, bodo sih."
"Kok ngatain?"
"Aku udah bilang kan, Kak. Jangan balikan lagi sama dia."
"Tapi kakak sayang, Dek."
"Iya, sayang. Tapi dianya gimana coba sama Kakak? Emang dianya sayang? Jangan bego dong, Kak. Jangan kayak Adek, masa Adik Kakak mau sama-sama bego?"
Jo mengambil jeda sejenak, "Terus, gimana?"
"Kalo udah tau kayak gini jangan di ulangin lagi. Hidup itu terlalu singkat untuk basa-basi yang nggak ada artinya. Lepasin, lupain, dan cari yang lain. Paham?"
"Adiknya Kakak udah gede." Jonathan mengusap-usap kepala Ashila, Ashila mengangguk.
Ashila sangat tidak menyangka, kakaknya yang kelihatan cuek ini ternyata lebih menyedihkan daripada dirinya. Genap dua tahun Jo memperjuangkan satu perempuan yang sama. Menurut Ashila, tidak ada satupun alasan Jo yang masuk di akal. Kan kakak sayang, katanya.
"Btw, Kak. Aku kira cowok doang loh yang jahat, ternyata engga ya?"
"Enggak, Dek. Diluar sana banyak cewek yang gak punya hati."
Loh, aku dong? Ashila menggelengkan kepalanya. Aku punya hati kok, tapi sudah tidak tau bagaimana cara kerjanya.
"Hmm, Kak. Ini hari Selasa kan, ya?"
"Iya. Kenapa, Dek?"
"Kakak gak ngampus gara-gara itu?"
"Ya enggak lah, emang libur kok. Kalender banyak tapi gak diliat, tempel di jidat mau?"
"Enggak."
Ashila mendengar suara klakson motor yang tidak asing dari luar. Jim?
"Kak, kayaknya ada Jim didepan."
"Kok tau? Telepatian?"
"Apaan, itu kedengeran klaksonnya."
"Kamu bukain, Dek. Kakak malu masih berantakan."
"Aku mulu."
Derum motor Jim semakin terdengar jelas ketika Ashila tiba beberapa senti di depan pagar. Gak salah ternyata, emang dia.
"Kenapa?"
"Pagernya gak akan dibukain dulu?"
"Engga, kamu gak bawa martabak."
![](https://img.wattpad.com/cover/151228736-288-k654263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Trauma
أدب المراهقينBukan cerita putri dan pangeran yang selalu berakhir dengan bahagia. Ini cuma cerita sederhana aku sama kamu. Entah lah, aku enggak terlalu peduli bagaimana akhirnya.