1.1 Help and Save

1.2K 141 5
                                    

Warning: Messy Writing, OOC, Typo, lil bit YAOI

.

.

.

Doyoung tidak terlalu mengerti. Mungkin karena dia terlalu lelah dengan jadwal comeback mereka yang padat, mungkin juga karena merindukan keluarganya, atau karena stres yang menumpuk. Saat dia berbaring lelah di ranjang dorm sambil memikirkan begitu banyak kejadian dalam satu hari dan mengevaluasi dirinya demi performbesok, bola matanya terlalu berair dengan berat aneh di tenggorokannya.

Kemudian dia sadar bahwa matanya mendesak untuk mengeluarkan air mata, dan rasa aneh di tenggorokannya berlomba-lomba mengeluarkan isak.

Doyoung mengerjabkan matanya bingung. Kenapa dia ingin menangis? Memangnya ada kejadian apa di hari ini yang membuatnya sedih? Tapi pertanyaan itu belum membuahkan jawaban seberapa kerasnya Doyoung berpikir. Pikirannya terus berputar seperti roda aus yang dipaksa berputar sementara air matanya mulai menitik.

Ibunya pernah bilang, tidak apa bagi pria untuk menangis karena pria juga manusia. Mereka punya emosi yang jika ditekan tidak akan baik, lagipula menangis sesekali tak ada salahnya. Mungkin karena didikan itu atau fakta Doyoung perasa, dia cukup mudah menangis.

Dan Doyoung benar-benar melakukannya, dia menangis sambil memeluk guling di hadapannya. Doyoung menekan wajahnya sendiri ke bantal untuk meredam isaknya sehingga orang yang melihatnya akan berpikir di tertidur, kalau mengecualikan fakta punggungnya bergetar. Entah keberuntungan macam apa di hari ini, untung Ten masih perform di MuBank sementara Mark latihan dengan NCT Dream. Setidaknya takkan ada yang memergokinya menangis.

"Hyung?"

Doyoung tersentak. Walau teman sekamarnya tidak ada, tapi masih ada orang di dorm dan orang yang mendatanginya malah bukan sosok yang ingin dia temui. Jung Jaehyun.

"Hyung, tadi kuketuk tapi tak ada jawaban. Maaf, aku langsung masuk."

Bahkan nada bersalah sangat kentara dalam suaranya, membuat Doyoung makin membenci dirinya sendiri. Dan kenapa bunyi pintu dibuka tidak dia dengar sama sekali? Doyoung berusaha menjernihkan suaranya, lalu bertanya. "Ada apa, Jaehyun-ah?"

Jaehyun hanya terdiam. Sejujurnya dengan posisi Doyoung yang membelakangi Jaehyun, dia tak tahu apa yang Jaehyun pikirkan. Hening agak lama sebelum akhirnya Jaehyun menjawab. "Tidak jadi, hyung. Bisa menunggu besok kok, selamat malam." Lalu terdengar langkah kaki dan suara pintu dibuka-ditutup.

Seakan diberi beban lainnya, Doyoung kembali menangis. Tenggorokannya terasa sakit karena menahan isak tangis, itu tidak baik karena dia butuh tenggorokannya tetap fit. Mereka masih dalam minggu promosi. Tapi Doyoung sadar bahwa dia sudah mencapai batasnya, entah apa yang membebaninya, hal itu mulai membunuh Doyoung diam-diam.

Dan selama dia tak tahu akarnya, pelampiasan seperti ini diperlukan. Lalu besoknya dia akan kembali menjadi Doyoung yang biasa, Doyoung yang selalu bertengkar dengan siapa saja, memastikan performa vokal NCT tetap bagus, dan menjadi peran 'ibu' bagi NCT Dream.

Seolah memberinya sedikit kenyamanan, tiba-tiba sepasang tangan memeluknya erat. Terlampau erat sampai Doyoung merasa mati rasa, dia tahu siapa yang memeluknya seperti itu tapi tak mungkin. "Jaehyun?" Bahkan suaranya sangat pecah dan menyedihkan.

Jaehyun membawa tubuh kurus itu ke dalam pelukannya, walau posisi Doyoung membelakangi Jaehyun kini Doyoung tahu apa yang Jaehyun pikirkan. Jaehyun tetap peka dan selalu menunggunya dengan kedua tangan terbentang lebar. "Menangis saja, hyung. Meraung kalau perlu, hyung membutuhkannya," kata Jaehyun yang seolah melepas sedikit beban Doyoung.

Seiring tangisnya yang menguat, Jaehyun dengan setia mengelus kedua tangan Doyoung. Walau tinggi mereka tak berbeda jauh, Doyoung tetap merasa sangat kecil apalagi dalam keadaan seperti ini. Jaehyun yang identik dengan peran adik kecil yang polos, kini menjadi pria yang mampu menjadi sandaran Doyoung.

Mungkin karena sudah puas atau karena sudah lelah, Doyoung perlahan menjadi tenang. Jaehyun masih melingkupinya dengan kedua tangan kekar di pinggangnya, punggung Doyoung menempel erat dengan dada Jaehyun yang sudah terbentuk apik.

Posisi mereka sebenarnya sangat romantis, tapi tak ada satu pun di antara mereka yang berpikiran sampai ke sana. Fokus Doyoung adalah menenangkan pikirannya, sementara fokus Jaehyun menganalisis kemungkinan Doyoung bisa begitu rapuh malam ini.

.

.

.

TBC

Ini ff canon pertama yg Panda buat, dan dari alurnya tentu saja angst :) Enjoy~

Regular-IrregularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang