Valerie menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya. Seperti biasanya, semakin siang pekerjaan Valerie semakin berat. Valerie mendesah pelan begitu melihat tumpukan pesanan di meja depan. Hari ini adalah hari ketiganya bekerja di sini.
"Oke, Val, Semangat!!" desisnya.
Valerie mengambil tumpukan pesanan itu lalu menyerahkannya kepada Aaron.
"Banyak sekali, huh?" Aaron menggelengkan kepalanya.
"Iya, tapi kita harusnya senang. Pasti bos akan memberikan tips pada kita, nanti." Valerie terkekeh kemudian meninggalkan tumpukan pesanan di meja khusus.
"Bos datang."
"Wah dia tampan sekali, tapi sayang, dia tidak pernah tersenyum sedikit pun."
"Apa dia sudah menikah?"
Valerie mengabaikan para rekan kerjanya yang mulai berbisik. Valerie pekerja baru di sini dan dia belum pernah bertemu bosnya secara langsung.
"Kau!"
Valerie terus mengelap piring dan gelas tanpa mempedulikan seseorang yang berdiri di belakangnya.
"Hei, kau tuli?"
Valerie mendongak kemudian menoleh, "saya?"
Alanzo berdecak kesal, "tentu saja dirimu. Kemarilah pekerja baru!"
Valerie meletakkan lap di atas meja kemudian mencuci tangannya.
"Anda siapa?" tanya Valerie polos.
Damn! Valerie benar-benar keterlaluan, bahkan dia tidak mengenali bosnya sendiri.
"Kau tidak tahu siapa aku?" tanya Alanzo lalu tersenyum sinis. Para pekerja lainnya merasa was-was, senyum sinis itu merupakan pertanda buruk.
Dengan polosnya Valerie menggeleng lalu menjawab, "tidak."
Alanzo merasa gemas, aku suka gadis polos seperti ini, batinnya.
"Ikutlah ke ruanganku!"
Alanzo berjalan terlebih dahulu diekori Valerie yang terlihat kebingungan. Beberapa kali dia menoleh ke belakang, rekan-rekannya menatapnya cemas.
"Duduk!"
Valerie mengangguk kemudian duduk berhadapan dengan Alanzo tapi dihalangi oleh meja besar.
"Berapa lama kau bekerja di sini?"
"Tiga hari."
"Ah, baru tiga hari, ya? Apa kau tahu peraturan di sini?" Alanzo menaikkan alisnya.
"Peraturan apa? Aaron hanya memberitahu bahwa saya harus berangkat pagi."
"Itu saja?"
Valerie mengangguk.
"Kau harus mengisi data dirimu lebih dahulu, ah, siapa namamu?" Alanzo memberikan selembar kertas kosong kepada Valerie.
"Valerie, Valerie Benedict."
"Benedict?" tanya Alanzo sembari menyodorkan sebuah bolpoin.
"Ya, kenapa?"
"Ah, tidak, sepertinya aku tidak asing dengan nama itu." Alanzo menatap tajam Valerie yang sedang asik menulis.
"Jangan lupa nomor ponselmu!"
Valerie melirik Alanzo sekilas kemudian kembali menulis. Sebenarnya dia ingin bertanya untuk apa Alanzo meminta nomor ponselnya, tapi dia urungkan karena dia yakin Alanzo adalah tipe orang yang tidak suka dibantah.
"Isi dengan benar, Valerie." bisik Alanzo yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.
"Tolong menjauh sedikit, saya--" ucapan Valerie terpotong. Keringat dinginnya mulai meluncur bebas. Valerie sangat tidak nyaman berada dalam posisi intim seperti ini.
"Apa kau pernah berciuman?" tatapan mata Alanzo terpaku pada bibir merah muda alami Valerie.
"Hah? Belum."
"Tidakkah kau penasaran bagaimana rasanya?" Alanzo berusaha memancing Valerie.
Valerie terdiam, dia belum pernah berciuman, bahkan dia belum kehilangan ciuman pertamanya.
"Teman-temanku berkata bahwa berciuman sangat menyenangkan,"
"Dan nikmat." lanjut Valerie.
Alanzo membasahi bibirnya, "aku akan mengajarimu cara berciuman yang baik."
Valerie menelan ludah ketika Alanzo mendekatkan wajahnya. Dan ketika bibir Alanzo mendarat di atas bibirnya, Valerie mencengkram lengan Alanzo kuat.
"Buka mulutmu, sayang!"
Valerie mengangguk kemudian membuka mulutnya, lidah Alanzo langsung menerobos masuk dengan lancang. Valerie sungguh tidak bisa mengimbangi gerakan lincah lidah Alanzo di dalam sana.
"Emmhhh." desah Valerie ketika Alanzo meremas bokongnya. Mereka dalam posisi berdiri sekarang. Lutut Valerie lemas, untung saja Alanzo menopang tubuh Valerie dengan cara memeluknya.
Alanzo menurunkan kecupannya ke leher jenjang Valerie yang putih mulus tanpa cela.
"Jangan!" desis Valerie ketika Alanzo menurunkan kecupan ke dadanya yang masih tertutup seragamnya.
Suara lantang Bruno Mars membuat Alanzo berdecak kesal karena harus menghentikan kegiatannya, padahal dia sudah on.
Alanzo menyuruh Valerie pergi sebelum dia menerima panggilan masuk.
Alanzo bersumpah di dalam hati, akan menuntut Bruno Mars jika dia mengganggu kesenangannya lain kali.
🔥🔥🔥
To be continue....
Alanzo Mendez
Valerie Benedict
12 Juni 2018
11.12
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild
RomanceWARNING!! MATURE CONTENT!! 21+ **** Valerie Benedict, seorang perempuan biasa yang berhasil menarik perhatian dua pria sekaligus. Bosnya, Alanzo Mendez, dan juga Albert, pria yang tak sengaja ditemuinya. **** ©2018