Honesty

43 4 4
                                    


Cahaya mentari yang menyambutku setiap pagi telah tiba. Di hari yang biasa, waktu yang biasa, dan lingkungan yang biasa, tinggalah seorang anak laki-laki di rumah yang biasa pula, itulah aku. Aku adalah murid di SMA N 1 jakarta, yang sedang duduk di kelas 12. Namaku Angga Putra Sanjaya. Umurku sebentar lagi menginjak 18 tahun. Aku memiliki wajah yang tampan, pintar dalam bidang akademis, dan lumayan jago dalam olahraga. Semua hal itu yang cukup membuatku populer dikalangan gadis disekolah. Sementara kepopuleranku dikalangan anak laki-laki didapatkan dari kharismaku yang tajam dan pembawaan sifatku yang supel dan mudah bergaul. Aku sangat bersyukur memiliki itu semua, semua hal yang dapat aku jadikan senjata untuk menjalani kehidupan SMA ku. Tetapi, dibalik semua itu, aku memiliki sifat yang sangat ingin kuhilangkan, sifat yang terkadang mencampurkanku kedalam situasi yang merepotkan. Dan karena sifatku ini aku mendapat julukan disekolah, yaitu "Pangeran Ngibul". Ya, itulah sifat dari sisi gelap diriku yaitu berbohong. Dulu padahal sudah bagus mendapat julukan pangeran saja, eh tapi setelah kelas 10 semester 2 ditambah pakai kata ngibul segala. Sungguh menyedihakannya hidupku. Akan tetapi meskipun begitu, aku sangat menikmati masa-masa SMA ku ini. Semua peristiwa kocak, menyedihkan, dan menyenangkan yang terjadi selama ini, oh dan juga peristiwa magisnya, yang sekarang menjadikanku tokoh utama dalam kegiatan ekstrakulikuler theater. Semua peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan, terutama kekuatan magis itu. Ya benar kekuatan itu.

Semua itu berawal dari suatu pagi yang biasa. Kala itu aku bangun disambut oleh cahaya mentari yang indah " Uawwhh. Sudah pagi ternyata" gumamku sambil menguap. Segera ku bereskan tempat tidur, menelusuri tangga menuju lantai satu, dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri. "puput cepat selesaikan mandimu lalu bantu ibu!" Ucap ibuku dari dapur, "baik bu siap!" teriakku dengan penuh semangat. Oh iya, sebenarnya nama panggilanku itu Angga, akan tetapi entah kenapa ibuku lebih suka memanggilku puput, dan itu diambil dari nama tengahku putra, sungguh memalukan. Dirumah yang cukup besar ini aku hanya tinggal dengan ayah dan ibuku, dan aku merupakan anak tunggal.

Beberapa menit berlalu, aku langsung keluar dari kamar mandi dan menuju ke dapur. Seperti biasa aku disambut oleh senyuman manis ibuku. "Sudah selesai ya, tolong kamu tumis sayuran itu ya puput" ucap ibu dengan lembut, "Oke bu siap" jawabku. Bukannya sombong, tetapi sebenarnya aku ini masih memiliki satu kelebihan lagi yaitu memasak. Dengan keahlianku ini aku sering membantu ibuku memasak. "Huumm emang aku ini cowok yang sempurna ya hehe" gumamku sendiri. Setelah membantu ibu akupun menuju ke ruang makan. Seperti biasa ayah sudah menunggu disana sambil membaca koran paginya. "Wah hebat sekali kamu putra, bisa-bisa kamu cocok jadi ibu rumah tangga lo haha" ejek ayahku, " iyain aja deh haha" jawabku sambil tersenyum menanggapi candaannya. Segera kita sarapan pagi dan menyelesaikannya. Seperti biasa lagi, aku dihantar oleh ayahku menuju sekolah dengan mobil. Saat itu, aku baru duduk di kelas 10 semester 2, jadi umurku masih belum cukup untuk mengendarai kendaraan sendiri. "Yahh sudahlah tak apa" pikirku.

Lima menit kemudian aku sudah sampai disekolah, sekolahku ini cukup dekat dengan rumah jadi aku jarang terlambat ke sekolah. "Woi PANGERAN NGIBUL tunggu!" teriak seorang gadis sambil melambaikan tangan dari kejauhan. Sebenarnya gadis ini adalah teman sekelasku, bisa dibilang sahabat sih, karena kami kemana-mana selalu bersama. Dia memiliki wajah yang manis dan rambut panjang yang diurai indah, namanya Kayla. Kayla ini, memiliki sifat yang ceria, sedikit tomboy, dan takut sama serangga. Lucu deh pokoknya. "Iya iya buruan sini, dasar kura-kura dan jangan panggil aku begitu!" sahutku kesal. "Ehehe maap jangan marah dong angga" jawabnya sambil tersenyum dengan gaya memelasnya. Kamipun jalan bersama menuju ke kelas. Pada awalnya sih memang hanya Kayla yang tahu kalau aku pintar berbohong, tapi setelah kejadian itu tidak cuma satu sekolah, mungkin satu dunia tahu kalau aku ini benar pangeran ngibul. Haha.
Setibanya dikelas, aku segera duduk ditempat favoritku, dipaling belakang dekat jendela, tempat yang sempurna dimana guru tidak terlalu memperhatikanku saat sedang bengong menatap indahnya langit. "Wuahh, hari ini awannya lebih indah dari biasanya" ucapku dengan hati yang gembira. Tiba tiba, semua kegembiraanku dipatahkan begitu saja, saat seorang gadis menghampiriku dan mengagetkanku dengan sebuah pertanyaan. "Pangeran selamat pagi, gimana kamu udah hampir menyelesaikan dokumen untuk perpisahan besok belum?" Tanya gadis itu yang tidak lain adalah ketua kelas disini, Shinta. Baruku ingat kalau sebulan lalu aku diserahi oleh Shinta sebuah tugas membuat video untuk perpisahan kakak kelas 12. "Gimana ini?!! Aku benar-benar lupa akan hal itu, mana waktunya tinggal 3 minggu lagi?!" batinku. Aku tahu kalau kejujuran itu memang penting, tapi dengan berat hati akupun menjawab . . . "Haha sudah dong! Pokoknya perfect deh ketua" jawabku dengan percaya diri yang dibuat-buat. "Wah kamu memang benar-benar bisa diandalakan, terimakasih ya pangeran" katanya. "Waduh gimana ini?! Keluar juga deh akhirnya sindrom berbohongku ini. Andai saja aku bisa jujur menjawab kalau aku belum mengerjakan dan tidak mampu melakukannya sendiri. Yang begini nih yang membuatku dilibatkan ke situasi yang merepotkan. Yah sudahlah, tak apa" pikirku sambil menghela napas.
Belpun bebunyi, menandakan sekolah telah usai, akan tetapi bagiku ini menandakan berawalnya kehidupanku yang berantakan.
Aku berjalan pulang bersama Kayla seperti biasa. Dan kamipun berpisah dipertigaan jalan, "Aku duluan ya, Kay" ucapku sambil melambaikan tangan. "Iya, sampai jumpa Angga!" teriaknya sembil berlari meninggalkanku. Akupun meneruskan perjalanan sendirian, sambil memikirkan cara mengatasi masalah video itu. Melihat lagi selembar kertas tata cara mengerjakan video yang sebulan lalu diberikan Shinta. Tanganku mulai melemas saat melihat rentetan tulisan di selembaran itu. "Serumit dan sebanyak itukah?" pikirku sambil tersenyum kecut.
Angin bertiup cukup kencang, saat ku melewati jalanan sepi, dimana kanan dan kirinya hanya ada hutan gelap yang dibatasi rumput liar yang tinggi. Secara tiba-tiba, selembaran yang sedari tadi ku genggam itu menghilang. Ternyata kertas itu sudah tertiup angin dan terus melayang-layang. Dan entah kenapa tidak mau berhenti.

Tanpa kusadari, saat aku berhasil mendapatkan selembaran itu aku sudah berada di tengah hutan yang tak pernah ku datangi. "Sial, kok bisa-bisanya nyasar disini. Yahh sudahlah, pokoknya aku harus segera kembali ke rumah dan mengedit videonya" ucapku dengan sedikit terengah-engah. Akupun mencoba untuk mencari jalan pulang. Beberapa menit aku berjalan, tapi malah semakin nyasar. Yang ku temukan saat itu bukannya jalan raya tetapi sebuah danau kecil yang indah. Karena lelah berjalan, akupun istirahat dengan duduk di depan danau sambil memandangi bayanganku. "Aku berharap kalau aku bisa berkata jujur dan tidak berbohong" ceplosku secara tiba-tiba di depan danau indah itu. "Gampang kali ya kalau aku benar-benar bisa mengutarakan isi hatiku secara bebas?" pikirku. Setelah tersadar dari lamunanku yang tidak mungin itu, akupun langsung kembali mencari jalan pulang, dan untungnya aku bisa menapakan kaki dirumah dengan selamat.
Keesokan paginya, aku bergegas berangkat ke sekolah dengan melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Saat tiba di gerbang sekolah ada sesuatu yang tak biasa sedang terjadi. Disana banyak orang yang mengerumun, dan saat aku kesana ternyata ada cowok yang nembak seorang cewek. "Maukah kamu menjadi pacarku?!" Teriaknya. "Emang kamu ini siapa! Berani-beraninya nembak aku, kamu hanya blablablabla" ocehan gadis itu. Disinilah kejadian burukku pun dimulai. Entak kenapa secara spontan akupun berkata dengan volume yang cukup keras.
"Apa sih bagusnya gadis itu, cantiknya aja rata-rata, hidungnya juga rata, semuanya rata-rata, sok-sokan jual mahal" ceplosku. "Whattt the f***!! Apa sih yang aku katakan kok semua yang ada dipikiranku keluar dengan sendirinya?!" batinku cemas. Saat itu semua orang melihat ke arahku dengan tatapan terkejut, aku malu sekali, dan cewek itupun lari karena malu pula. Benar-benar kejadian yang ajaib. Pada saat itu juga aku mendapat julukan baru yaitu "Pangeran Blak-Blakan".
Dua minggu aku habiskan dengan sifat baruku ini, sering sekali aku merasa malu dibuatnya. Sifat jujur yang terang-terangan ini.
Pada saat minggu malamnya, aku berpikir "Jujur ya? Apa benar tak apa hidup dengan kejujuran yang aneh seperti ini?" Setelah berpikir cukup keras akupun menemukan sebuah jawaban yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Aku mengatakannya dengan memasang ekspresi seperti seseorang yang habis dapat pencerahan. "Kejujuran itu memang suatu hal yang sangat penting, akan tetapi kalau terlalu jujur akan sesuatu, kita mungkin saya akan mendapatkan sebuah masalah besar. Benarkan? Tentu saja benar!" Jawabku sendiri sambil membulatkan tekad. Aku dapat menyimpulkan seperti itu, karena selama 2 minggu ini memang, aku selalu kena masalah karena kejujuran yang blak-blakan ini. Walau sempat terpikir cukup menyenangkan mampu mengutarakan apa isi hatiku. Tapi akupun memutuskan untuk mengakhirinya.
Saat aku telah mengetahui penyebab sindrom kejujuran ini, akupun langsung menuju ke danau yang 2 minggu lalu aku temukan di hutan. Setibanya disana, akupun membatalkan permintaanku.

"Aku berharap dapat menjadi diriku yang sesungguhnya" harapku dengan tulus. Dan akhirnya jeng jeng jeng, akupun berubah menjadi "Pangeran Ngibul yang Jujur". "Mulai saat ini aku akan selalu berkata jujur dan berbohong bila hanya perlu dan jika aku ingin menyelamatkan diri hehe" batinku sambil berjalan pulang.
Hari senin paginya, dengan perasaan tegang aku membuka pintu dengan sedikit keras sampai terdengar bunyi "jebrakkk", perhatian seisi kelas tertuju padaku. Segera ku berdiri di depan kelas kalu berteriak sekuat tenaga "Teman-teman maaf aku belum menyelesaikan videonya!!!". Hening sesaat lalu "Apaaaa?!! Dasar PANGERAN NGIBUL!!!" jawab semuanya serempak dan akhirnya pun mereka tertawa karena sebenarnya mereka sudah tau akan hal itu. Dan pada akhirnyapun seluruh murid dikelasku membantuku mengerjakan video itu dalam waktu seminggu. Beruntungnya, itu dapat selesai dengan harmonis dan tanpa kericuhan. Haha. Setelah menyelesaikannya, kamipun menonton video itu bersama-sama dengan perasaan lega dan bahagia.
Satu minggu kemudian, video yang kami buat sudah diberikan ke panitia perpisahan, untunglah teman-temanku mau membantuku, semuanya jadi berlalu dengan mudah.
Saat itu jam pelajaran kosong, semua murid berada dikelas mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan tenang. Aku berpikir-pikir di bangku favoritku "Apa ada tempat untuk seseorang yang pandai berbohong sepertiku?". Tiba- tiba saja lamunanku terpotong, saat pintu dikelasku terbuka dengan cepat dan terlihat seorang gadis disana. Spontan seluruh isi kelaspun menatap ke arahnya. "Tolong, kami dari klub ekstrakurikuler theater membutuhkan satu orang untuk memerankan karakter pangeran disana!" teriak seorang gadis dari klub itu sambil terengah-engah. Seketika saja terlintas dipikiranku "Tentu, terntu saja ada tempat untukku. Yaitu . . . dunia akting! Yaa telah kuputuskan aku akan bergabung!" Pikirku dengan semangat yang sudah berbalik 180 derajat. Aku langsung berdiri dan berkata "Tolong, calonkan aku kak" dengan senyuman yang sangat puas akan pilihanku ini. Semua murid dikelas menatapku sambil tersenyum. Mungkin mereka berpikir kalau itu klub yang sangat cocok dengan pangeran ngibul sepertiku. Haha
Dan beginilah kisah seorang pangeran yang populer disekolahnya. Yang sekarang ini selalu menjadi tokoh utama dalam setiap cerita di pentas theater drama. Sebuah kekurangan yang dapat dijadikan senjata keduanya dalam menjalani kehidupan SMA.

HonestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang