Tau gak katanya Raja jadian lho sama Sisi!
Tau gue juga, lagi kayaknya mereka emang cocok deh.
Cocok banget gila! Pangeran sekolah sama putri sekolah. Apasih yang kurang!
Benar lo! Daripada sama si cupu itu. Kasian gue sama Raja nya, pasti dia tertekan banget sama si cupu.
Yahh gimana gak tertekan. Orang dia aja cupu kok!!
Hahahaha...
Suara tawa menggema sepanjang koridor. Tak ayal banyak pula orang yang semakin gencar melemparkan cibiran-cibiran khas mereka.
Sedangkan perempuan yang menjadi bahan cibiran hanya bisa berjalan sambil menunduk. Sungguh, ia sangat malu sekarang ini. Ia juga sangat kesal dengan cibiran yang dilemparkan mereka. Tapi ia bisa apa?
Ia hanya bisa meratapi nasibnya. Apapun rintangan yang ia hadapi ia takkan menyesal telah mengambil keputusan itu. Karena baginya semua keputusan pasti punya resiko di baliknya.
Huft..
Sudah berulang kali ia menghembuskan nafas, gusar. Ia harus menahan emosinya. Karena jika ia pakai otot, ia yakin mereka pasti akan tambah mencelanya.
"Sabar ya, Rai." Ara mengusap bahu Raina, berharap usaha yang ia lakukan dapat membuat sahabatnya, Raina menjadi tenang. Ia memang tidak tau pasti bagaimana perasaan Raina sekarang. Tapi ia tau bahwa sahabatnya ini sedang bersedih.
Raina mendongakkan kepalanya menghadap Ara. Sebelum ia mengangguk "Iya, makasih Ra."
Beruntungnya ia mendapat teman seperti Ara, yang pengertian dan selalu ada di sampingnya.
Mereka berjalan menuju perpustakaan, dengan Raina yang masih menunduk dan memegang beberapa buku. Ara sendiri daristadi sudah mulai melayangkan tatapan membunuh pada murid lain sepanjang jalan yang membicarakan Raina.
Dan lagi, beberapa dari mereka mulai mencibir kelakuan Ara sebagai tindakan yang tidak sopan. Ara sendiri tak menggubris pernyataan mereka. Lagipula memangnya siapa yang tidak sopan disini.
Orang yang membela temannya kah?
Atau
Orang yang mencibir orang lain tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?
Ara yakin semua orang mengetahui jawabannya. Maka itu ia sama sekali tak sungkan untuk melotot pada mereka semua. Ara bahkan bisa saja mengikat mulut mereka semua dengan tali sepatunya.
Tapi ia takkan melakukan itu di depan Raina. Ia takut nanti malah ia yang akan menjadi sasaran empuk ceramah Rai. So, maybe ia akan menyimpan ide itu nanti.
Raina bersyukur sebentar lagi mereka akan sampai di perpustakaan. Hanya tinggal melewati belokan koridor di ujung sana.
Kupingnya sendiri sudah sangat panas mendengar cibiran mereka. Hatinya bahkan sudah mulai retak sedikit demi sedikit. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja untuk menghancurkan hatinya.
Tapi lagi- lagi sepertinya Tuhan tidak memihak kepadanya. Tepat saat di ujung belokan koridor ia melihat sesuatu yang ia hindari saat ini.
Sungguh, ia yakin bahwa sekarang hatinya benar-benar remuk dan hancur tak bersisa.
Jarak mereka memang lumayan jauh. Tapi tetap saja ia merasa tubuhnya luluh lantah seperti jely. Ia bahkan sudah ingin jatuh saat Ara menggenggam jari tangannya dan membisikkan sesuatu di telinganya.
"Kuatkan hati dan jiwamu Rai. Jangan menyerah! Jika kamu menyerah di sini. Maka ia yang akan pertama kali senang saat melihatmu. Aku yakin kamu pasti bisa! Tunjukkan semangatmu! Tunjukkan keberanianmu! Jika kamu jatuh sekarang, maka usahamu akan sia-sia Rai! Aku yakin kamu pasti bisa. Lafalkan mantramu Rai! Lafalkan!"
Kalimat Ara tadi bagai puisi yang menyejukkan hati Rai.
Ara benar jika ia menyerah sekarang, maka usahanya akan sia-sia. Ia benar!
Jarak mereka sudah saling berdekatan, dengan segera Ara melafalkan sebuah mantra di dalam hatinya. Menutup matanya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa!
Rai membuka matanya dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah...
Oh tuhan!, nikmat mana yang engkau dustakan. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa sang pacar tersayang sedang menggandeng pacar barunya.
Dua kalimat yang sangat cocok dengan pemandangan di depannya yaitu, SANGAT ROMANTIS.
Bahkan terdengar beberapa siulan dan kalimat yang sangat sangat sangat membuat hatinya panas. Ia sendiri bahkan yang sudah berpacaran lama belum pernah di perlakukan seperti itu oleh Raja. Tapi ini, mereka bahkan baru resmi berpacaran beberapa jam lalu dan sudah melakukan hal yang belum pernah di rasakannya.
Rasanya nafasnya sangat sesak melihatnya. Ia ingin sekali menangis, sebelum ia ingat bahwa ia tidak boleh menyerah. Ia harus bisa melewati ini. Karena mungkin masih banyak kejutan lain yang menunggunya.
Tapi lagi-lagi pertahanannya hampir runtuh mendengar suara yang kembali terngiang di telinganya.
Ya ampun!! Mereka berdua cocok banget ya? Beda banget sama si upik abu. Yang satu ganteng dan yang satunya lagi cantik. Kurang apa coba?
Keliatan banget kali bedanya. Kalo Raja jalan berdua sama si upik itu. Serasa pembantu sama majikanlah.
Hahaha.. Pembantu mah terlalu bagus buat si upik abu jelek, yang pantas itu pemulung..
Lagi, lagi, dan lagi. Suara itu kembali berdengung di telinganya. Sampai Rai sendiri tidak sadar bahwa sekarang sang pacar dan pacar barunya sudah melewatinya dan Ara tanpa ada satu kalimat yang muncul dari pacarnya seperti yang ia harapkan.
Padahal ia berharap kata maaf dari pacarnya dan menjelaskan segala yang terjadi hari ini. Ia berharap dan terlalu berharap, hingga tak sadar bahwa itu hanya harapan semu.
***
Yuhuuuu akhirnya part ini selesai juga..
Alhamdulillah....
Jangan lupa vote and comen ya readers. Thanks yang udah menghargai karya saya.. 😄😄

KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart
De TodoDiabaikan saat bersama itu sakit. Tapi lebih sakit saat kamu di abaikan tepat di hadapan KEKASIH dari PACAR-MU sendiri. Saat melihat mereka bersama, menghabiskan waktu dengan canda, berbeda saat bersamamu. Saat kamu tahu ia hanya datang bila butuh...