06.Fatamorgana

105 26 1
                                    

06.FATAMORGANA

"Aww !!!" Milka meringis kesakitan saat kakak kelasnya itu mendorong dirinya. dapat ia rasakan jika tangan sebelah kanannya berdarah, karna terkena paku yang menonjol disalah satu meja yang ada.

Gana yang melihat kejadian itu langsung melotot penuh amarah ke arah Medina.

"Lo apa apaan sih medina." kata Gana. Setelah itu ia membantu milka berdiri. Milka hanya meringis kesakitan saat ia mersakan ngilu di bagian kaki dan pergelangan tangan nya. Namun, milka sudah terbiasa dengan ini semua. Jadi, jika ia melawan pun, tidak akan ada yang membelanya.

"Ngapain lo masih disini. Pergi sana!" suruh Medina dengan membentak Milka. Milka pun menatap di sekelilingnya. Semua mata sedang tertuju padanya. Tak ada tatapan iba yang mereka berikan pada Milka. Dapat milka baca dari raut wajah mereka semua, jika orang orang yang berada disini sedang menahan tawanya.

"Lo yang harus nya pergi dari sini. Gue muak tau gak liat muka lo" kata gana yang berhasil menohok hati medina.

"kamu kok ngomong gitu sih? Aku kembali ke indonesia demi kamu Gana" jawab medina setengah kesal.

"Tapi gue gak pernah mengharapkan kehadiran lo." kata Gana dengan ekspresi datarnya.

"Ini semua gara-gara lo" medina mengatakan hal itu pada milka. Ia pun melayangkan tangannya diudara. Pertanda ia ingin menampar Milka di depan umum.

Namun, saat ia ingi melancarkan aksinya tersebut, sebuah tangan kekar berhasil menghentikannya.

"Mau lo apain lagi dia? " tanya gana, sambil mencengkram tangan medina.

" Apaansih. Lepasin, sakit tau gak " ujar medina.

"Pergi lo dari sini." Suruh Gana.

"Dia yang seharusnya pergi gana. Lo kok belain dia sih?" kesal medina bertambah menjadi berkali kali lipat saat Gana malah membela Milka.

"kalau lo gak mau pergi biar gue sama Milka yang pergi" ujar gana. Ia menyelipkan tangan kanannya pada pinggang ramping milik milka. Gana tahu, jika kedua tangan milka pasti sakit akibat insiden tersebut. Bahkan, dapat dilihat Gana jika tangan kanan gadis itu mengeluarkan darah.

" Ihhhhh" geram Medina sambil menghentak-hentakkan kakinya .

"hahhahaha" dapat medina dengar jika orang orang disana sedang menertawakan dirinya.

" DIAM LO SEMUA " katanya berteriak.

" lo lihat aja apa yang akan gue lakuin ke lo. Welcome to my life Milka " ujar medina dalam hati nya sambil tertawa sinis.

***

Gana mengiring Milka berjalan di area koridor sekolah dengan langkah yang tertatih tatih. Pasalnya bukan hanya tangan milka milka saja yang sakit. Tetapi kaki kirinya pun juga sedikit ngilu jika di gerakkan. Tidak bisa milka bayangkan, seberapa kerasnya Medina mendorong dirinya hingga ia bisa seperti ini.

Milka ingin sekali mengeluarkan air matanya saat ini. Namun, ia tahan. Ia tidak ingin di cap menjadi cewek cengeng. Milka menoleh ke samping kirinya. Gana sedang mengiringnya berjalan. Sebenarnya milka ingin berjalan sendirian saja. Tapi, sungguh ia merasa tidak sanggup.

" Kak Gana" panggil milka. Gana pun menoleh ke arah milka.

"Kelas aku udah lewat kak." kata milka pelan

"Saya tahu, kita ke UKS untuk mengobati luka kamu."

"Tapi kak---"

" Tidak ada tapi tapian. Bagaimana pun juga ini salah saya." ucap gana tegas.

Tinggal beberapa langkah lagi maka mereka berdua akan sampai di UKS.

Lagi dan lagi hal yang sama terjadi pada milka. Dapat didengarnya lagi bisikan bisikan nyinyir yang tertuju pada dirinya.

" ehh itu kak gana sama siapa?"

" tumben banget kak gana jalan sama cewek"

" beruntung banget tuh cewek bisa jalan sama kak gana"

" gue mau dong jadi ceweknya"

" ehh, bukannya itu cewek yang tadi pagi jalan sama kak satya ya? "

" ehh iya"

" gilak, keganjenan banget tuh cewek"

Masih banyak lagi nyinyiran yang milka dengar. Namun ia hanya menutup mata. Seolah olah ia ia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan oleh orang orang.

Ceklekkk

Gana membuka pintu ruang Unit Kesehatan Sekolah. Bau khas obat obatan langsung tercium disana. Gana masih menuntun Milka berjalan untuk memasuki UKS. Sampai akhirnya milka duduk di kursi yang telah disediakan.

" kamu tunggu disini. Saya mau nyari obat dulu."

" gak usah kak. Biar aku aja "

" memangnya kamu tahu dimana letak obatnya"

Milka hanya diam, pertanda ia tidak tahu. Dan gana pun berjalan ke arah rak obat. Milka hanya menatap ruangan itu dengan kagum. Ruangan ini sama seperti ruangan rumah sakit kelas VVIP.

Bankar yang cukup besar, tabung oksigen yang berdiiri dengan rapinya di samping bankar, serta masih banyak lagi. Dekorasi ruangan yang membuat Milka tambah berdecak kagum. Tidak seperti rumah sakit yang kebanyakan bercat putih.

Gana meraih tangan kanan Milka yang dilmuri darah. Ia membesihkan tangan mungil itu dengan kapas, dan memberinya sedikit alkohol. Biasanya, disaat cewek cewek meringis kesakitan saat di beri alkohol pada bagian yang terluka mereka akan meringis kesakitan. Tapi tidak dengan milka. Ekspresi yang ia tampilkan malah sebaliknya.

"Sakit?" tanya Gana

"Enggak kak" jawab Milka.

Biasanya Milka tidak akan pernah bisa berdekatan seperti ini dengan seseorang. Ia pasti sudah gugup dan mengeluarkan keringat dingin. Namun, tampaknya pengecualian untuk gana.

Milka menatap wajah gana lekat lekat. Fokusnya teralihkan kepada hidung cowok itu yang sangat mancung. Bibir merah alami, dan wajah balsteran yang tampak sedikit menonjol.

" saya tahu saya tampan. Tapi saya risih dengan tatapan kamu" kata gana tanpa menoleh ke arah milka. Ia masih dengan cekatan mengobati luka milka.

" Sudah selesai" ucap gana saat ia sudah memasangkan sebuah perban bewarna putih di tangan kanan milka.

"Makasih kak " ucap milka malu-malu

"Sama-sama. Saya tahu jika kaki kamu juga sakit. Tapi saya tidak bisa mengobatinya. Terkesan tidak sopan jika saya melakukan hal itu. Kalau begitu saya permisi ke kelas dulu. Cepat obati, sebentar lagi bell akan berbunyi "

Kalimat yang cukup panjang di ucapkan oleh gana. Setelah mengatakan hal itu gana pun keuar dari ruangan kesehatan sekolah itu. Sedangkan milka? Hanya terdiam memikirkan dirinya. mengapa ia terlihat biasa saja saat gana berada di dekatnya. Mengapa gana mau mengobati luka di tubuhnya.

Sedangkan dahulu, tidak ada satupun orang yang memperhatikan dirinya selain ibunya. Disaat ia tengah dibully di sekolah lamanya ia akan mengobati luka luka itu dengan sendirinya. Namun kini, sosok Fatamorgana lah yang mengobatinya.

***

#Selasa, 12 Juni 2018

Dear GanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang