Next...
" Ajumma sudah sampai sayang. Ajumma turun ya. Kalian nggak mampir dulu pak? " Ucap ku sedikit ramah pada ceo.
" Nggak. Terimakasih. Lain kali saja ya! "
" Yasudah, kalian hati-hati ya."
Ceo itu mengangguk. Tapi, tidak dengan Evan. Dia keluar dari mobil dan berdiri di samping ku.
" Appa, Evan mau di rumah Ajumma. " Tegas Evan. Dia menggenggam tangan ku.
" Tapi sayang. Nanti Ajumma repot mengurusi kamu. "
" Nggak Pak. Saya tidak merasa di repotkan. Malahan saya senang dengan adanya evan. Bapak gak usah khawatir. " Jelas ku pada Ceo. Dia menghela napas dan mengerjapkan mata nya.
" Yasudah, kalau kamu merasa begitu. Saya titip Evan dan nanti malam saya jemput. " Ucap Ceo dengan frustasi.
" Appa jangan nangis dan jangan kangen sama Evan. Evan mau main sama ajumma. Iya kan ajumma. " Evan menatap ku. Aku membalas dengan senyum dan anggukan.
Ceo yang notabene nya adalah appa nya evan hanya menghela napas dengan ucapan jagoan kecil nya.
Setelah Ceo melajukan mobil nya dan sudah tidak terlihat lagi.
" Horeee... Akhir nya evan bisa main di rumah Ajumma. " Evan berteriak kegirangan sembari memeluk ku dengan sangat erat.
Jujur saja, kehadiran evan membuat ku bahagia. Evan mampu menghilangkan kesedihan yang ku alami setahun lalu. Begini rasa nya punya buah hati, bisa menghilangkan kebosanan dan kepenatan. Pantes saja sepasang suami istri yang tidak punya anak rela mengadopsi anak oranglain.
Aku membawa evan ke dalan kamar dan meminta nya untuk makan siang terlebih dahulu. Setelah makan siang aku memandikan nya dan memakai kan baju ponakan ku yang sudah tidak terpakai lagi. Tapi masih bagus dan masih wangi karena di simpan di dalam lemari. Ponakan ku yang paling besar anak dari kakak ku Adrian Vincent dan sekarang umur nya 6 tahun." Ajumma, rumah ajumma sepi sekali. Kemana Keluarga Ajumma yang lain? "Tanya evan yang sedang mengamati setiap sudut rumah.
" Mama dan papa Ajumma sedang pergi ke rumah kakak nya ajumma yang paling besar. Kamu bisa menyebut mama dan papa ajumma dengan sebutan Oma dan Opa. " jelas ku pada evan. Evan mengangguk mengerti.
Huuwaaa... Evan menguap sembari mengucek kedua mata nya. Aku membawa nya ke atas tempat tidur sembari menidurkan nya. Dengan sekejap dia tertidur dengan lelap. Aku pun mengantuk dan tertidur sambil memeluk evan. Evan juga memeluk ku saat tertidur.
Danial POV...
Baru kali ini, aku melihat evan sedekat dan senyaman ini dengan seorang karyawan ku. Padahal banyak teman-teman yang ingin mengajak evan bermain. Namun, evan menolak nya dan malah meninggalkan mereka.
" Evan kemana sayang? " Tanya mama dengan senyum smirk nya. Mama dan papa duduk di ruang tv sembari menikmati cemilan bergizi.
" Dia ada di rumah salah satu karyawan aku ma. Dia nggak mau pulang. " jawab ku. Aku duduk di tengah-tengah keberadaan antara Mama dan papa ku sembari mengunyah cemilan. Merasa seperti anak seusia Evan lagi ketika duduk berada di tengah orang yang ku cintai. Aku jadi kangen dimanjain lagi. Waktu kecil aku memang manja, gak heran jika evan juga manja pada ku. Aku anak tunggal dan tidak memiliki kakak atau pun adik. Sebab itu mama dan papa selalu manjain aku dan selalu memberi apa yang aku mau.
" Siapa nama karyawan kamu itu nak? " Tanya papa.
Aku menggelengkan kepala mengisyaratkan kalau aku nggak tahu. Papa menghela napas melihat ekspresi bodoh ku.