Kelilipan

515 46 0
                                    

Pukul sembilan pagi, kediaman keluarga Lee, ayah Donghae, mama Yoona, Taeyong dan Mark, sudah ramai. Mama Yoona dan ayah Donghae tengah mengemas beberapa kantong plastik berukuran sedang berisi bingkisan lebaran yang akan dibagikan pada saudara dan beberapa tetangga. Sudah menjadi kegiatan rutin bagi keluarga Lee untuk membagi-bagikan sedikit dari rejeki mereka.

Taeyong dan Mark nampak masih pulas di mimpi masing-masing. Itu terjadi lima menit sebelumnya. Kini mereka terlihat menutup telinga mereka dengan bantal guling. Pasalnya, mama Yoona sudah bersenandung dengan nada tinggi memanggil kedua anak laki-lakinya itu. Sang ayah sudah berangkat kerja setelah selesai membantu istrinya berkemas. Memang ayah Donghae adalah tipe pekerja keras hingga beberapa hari menjelang lebaran pun ia masih bekerja.

"Kakakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk~"
"Adekkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk~"

Suara menggelegar mama Yoona pun kembali terdengar.

Lelah dengan suara sang mama yang semakin meninggi, Taeyong pun bangun dengan malas-malasan. Ia berdiri di ujung pembatas lantai dua, menghadap ke bawah ke arah sang mama yang berkacak pinggang, siap untuk menyanyi lagi.

"Kenapa sih ma?" Ujar Taeyong sembari mengusap matanya agar terbuka sempurna.

"Kakak buruan mandi. Habis itu keliling kompleks buat anter bingkisan." Perintah Yoona tanpa kata pengantar.

"Haduh ma, tapi kan-

"Ga ada tapi-tapian. Bangunin adek juga." Perintah mama bersifat absolut. Jangan menyela apalagi membangkang, nanti durhaka.

Taeyong pun bergegas ke kamar mandi. Tak ingin mendengar cermah mamanya.

Saat Taeyong selesai mandi dan berganti pakaian, Mark terlihat tengah membantu mama Yoona dengan beberapa kue kering, masih terlihat mengantuk.

"Mandi gih, Mark. Gue gantiin bantu mama." Ujuar Taeyong.

Mark menurut apa kata kakaknya. Ia menguap dan merenggangkan badan sebelum beranjak ke kamar mandi.

"Dasar bujangan. Kalo malem disuruh tidur ga mau. Pagi ga bisa bangun. Kalian tuh manusia, bukan kelelawar yang bangunnya malem-malem." Ujar mama Yoona.

Taeyong hanya menanggapi ucapan mamanya dengan senyum bersalah. Tak ingin membalasnya, tak ingin membuat ucapan mamanya menjadi makin panjang.

Lima belas menit kemudia Mark keluar dari kamarnya, sudah rapi.

"Nah kan cakep anak mama. Puasa tuh bukan berarti kita tidur seharian. Masa ganteng-ganteng gini bangunnya jam 12 terus. Kalo gantengnya luntur gimana?" Ujar mama Yoona.

Taeyong dan Mark hanya bertukar pandang, bingung bagaimana bisa kegantengan mereka luntur hanya karna bangun siang.

"Nih kalian bawa tiga bingkisan. Ke rumahnya Pak Ahmad, Pak Jaelani, sama Pak RT." Nanti balik lagi ya.

"Ma, ini pake motor yang mana?" Tanya Taeyong.

"Pake Mio-nya adek aja, Kak." Jawab mama Yoona dari dapur.

"Lah Mio-nya adek ga ada, ma. Dipake ayah kayanya." Ujar Mark.

"Ih ayah gimana sih! Tadi katanya suruh pake Mio. Malah ini Mio-nya dibawa. Ya udah pake Scoopy mama aja." Jawab mama Yoona.

"Pake mobil aja kenapa si ma?" Tanya Mark.

"Nanti tuh kalian masuk-masuk gang kecil. Susah kalo naik mobil. Udah pake motor aja. Deket ini."

"Kenapa ga pake motor kakak aja si ma?" Ucap Taeyong.

"Kakak tuh suka pinter deh. Susah kali kak bawa ginian banyak pake Xabre." Ujar Mark.

"Ya udah pake Verza kamu aja." Kata Taeyong. Entah kenapa ia sangat anti dengan motor matic.

Family DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang