2. Kehilangan Dompet

42.5K 2.3K 22
                                    

Hari ini Kim menghabiskan banyak waktu di Mall sendirian. Dia mengelilingi satu butik yang menjual berbagai macam pakaian branded untuk keperluan photo shoot nya nanti. Butik yang dimasukinya ini cukup lengkap sehingga dia nggak perlu keluar masuk di butik lain.

Beberapa pakaian telah selesai Kim beli. Sepatu-sandal ber-heels tinggi pun telah sesuai dengan seleranya. Tak lupa, dia juga mengambil beberapa Tas jenis baru yang belum dipunyainya. Beberapa pegawai toko nampak begitu semangat melayani pembeli berkelas macam Kim. Sekali belanja, cewek itu bisa menghabiskan puluhan hingga ratusan juga untuk satu toko saja.

Setelah selesai dan merasa cukup lelah. Kim akhirnya menyelesaikan belanjaannya dengan mengantri di kasir. Dia menunggu giliran dari beberapa orang yang hanya membeli pakaian sale. Nggak butuh waktu lama, Kim telah disapa dengan ramah oleh pegawai Kasir dan satu orang asisten yang membantu membungkus semua barang belanjaan Kim.

Menunggu semua belanjaannya di scan ke komputer, Kim berulang kali melirik ke jam di tangannya. Di belakangnya, antrian sudah sangat banyak. Mungkin Kim lah pembeli yang memakan banyak waktu di depan kasir karena belanjaannya yang super banyak itu.

"Mbak, totalnya tiga puluh enam juta enam ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah," beritahu pegawai Kasir.

Mungkin beberapa orang di belakang Kim tercengang dengan nilai belanjaan fantastis itu. Bahkan ada yang sampai berjinjit untuk melihat bagaimana rupa cewek yang punya uang sebanyak itu untuk sekedar berbelanja. Tapi bagi Kim, nilai itu hanyalah sebagian kecil. Dia bisa lebih gila dari itu kalau dia mau.

Kim merogoh tasnya semakin dalam, mencari dompet miliknya yang nggak juga dia dapatkan. Masih dengan wajah tenang, Kim membuka lebar tas Prada mahalnya dan memusatkan matanya ke isi di dalam sana. Jantungnya berdegup karena melihat hanya ada beberapa benda nggak penting di dalam sana. Dompet serta ponselnya nggak terlihat sama sekali. Kim mencoba mengingat, dia yakin sudah memasukkan semuanya sebelum pergi tadi.

Tik tok tik tok tik tok.

Kim mulai diserang rasa panik. Nggak mungkin banget dia membatalkan semua belanjaannya dengan bilang dompetnya hilang. Bisa-bisa harga dirinya jatuh bersamaan dengan tatapan orang-orang yang mulai curiga karena dia terlalu lama.

"Mbak, mau dibayar cash atau..."

"Sebentar," potong Kim. Dia mencoba kembali mengaduk-aduk isi tasnya. Bener-bener nggak ada. Kim menoleh ke belakang, antrian semakin panjang dan semua orang sedang menunggu untuk mentertawakannya saat ini.

Nggak ada yang dikenal lagi, batin Kim. Andai saja cuma dompetnya yang hilang dan ponselnya masih ada. Kim bisa menelpon siapa saja untuk membantunya. Atau mentransfer ke rekening pemilik butik itu melalui mobile banking di ponselnya.

"Mbak, bagaimana?" Ulang kasir itu nggak sabaran.

Kim pasrah. Ini pertama kalinya di dalam hidupnya dia akan malu. Amat sangat malu. Semua orang akan mengiranya sok berbelanja banyak tapi kenyataannya nggak punya uang.

"Hai," sapa seorang cowok pada Kim.

Mata Kim terangkat meneliti cowok itu dengan seksama. Dari kerutan di keningnya sepertinya Kim sedang berpikir apakah dia mengenal cowok itu atau nggak.

"Butuh bantuan?" Tanya Raga dengan senyum menawan di wajahnya. Raga bisa menyaksikan jerit histeris cewek-cewek di belakang Kim atas ketampanannya. Tapi anehnya Kim tetap datar saat menatapnya. Mungkin itu alasan kenapa Raga bisa ada di tempat ini.

Kim mengabaikan Raga. Dia nggak butuh bantuan dari seorang cowok yang asing menurutnya. Dia hanya sedikit mengingat wajah Raga tapi lupa pernah melihatnya di mana.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang