(1). Bosan dan Benci

33 1 0
                                    

Setelah Kemarin malam
Malam terburuk bagi Navasya.
Dia telah kehilangan separuh nyawanya.
Kehilangan satu satunya sosok yang paling dia cintai di dunia ini.
Sosok bidadari yang tuhan titipkan untuk Navasya kini tuhan ambil kembali.
Mengapa tuhan?
Mengapa kau ambil sosok hebat disampingku.

Kini
Navasya sedang menatap langit,
Tatapan itu kosong namun sungguh berjuta arti.
Kehilangan membuatnya rapuh.

'Navasya'
Suara itu memanggil, namun sang pemilik nama tak menoleh sama sekali.

'Masuk udah malem, terus kamu makan ya dari kemarin kamu ga makan nanti sakit. '
Ucapnya panjang lebar namun yang diajak berbicara tidak menanggapi sama sekali.

'ikhlasin'
Kini suara itu memberat,

Navasya pun menengok ke Arah yang sedari tadi berbicara, matanya sembab. Ntah sejak kapan dia menangis.

'so jagoan sendirinya juga cemen'
Lalu Navasya Mengusap kedua pipinya dengan punggung ibu jarinya.

Setelah percakapan yang begitu singkatpun Navasya meninggalkan Adyla yang tengah sendiri dengan isakannya.

Saat ini keadaan Keluarga Navasya sangat tidak baik.
Kecelakaan yang menimpa Ibu mereka mengakibatkan kematian.

Dan kini yang mereka butuhkan adalah sosok ayah.
Namun Ayah adalah seorang pengecut.
Dia pergi meninggalkan kami demi wanita lain.

Alunan Musik membuat Navasya sedikit lebih tenang.
Walaupun dulu ibu sering bilang.
'kalo ada masalah, kamu lagi sakit hati, galau, atau apapun itu hanya satu obatnya, berdo'a kepada Allah itu paling ampuh'
Menurut Navasya itu pembodohan semata.
Semenjak kepergian ibunya Navasya sudah tidak mengenal tuhannya lagi.
Dia benci.
Dia bosan.

Seketika Musik itu terhenti.
Navasya mau tidak mau harus melihat siapa yang mematikannya dan apa alasanya.

'apa sih ka'

'kamu tuh yang sadar dong. Banyak² do'a supaya ibu diterima disisi allah bukannya kaya gini, kaya orang gila kamu.'

'udahlah itu semua cuma pembodohan ka, aku udah gapercaya lagi sama yang namanya tuhan, siapa dia? Kenapa kita harus percaya sama yng gaada? Haha bodoh, semuanya bodoh'
Nada berbicara Navasya meningkat

Plak...

Satu sentuhan kasar mendarat tepat dipipi kiri Navasya.

'istigfar nas kakak gamau kamu kaya gini'

'percuma ka aku udah muak sama tuhan, dan untuk tamparannya. Aku ucap terimakasih'

'kakak gini karena kakak sayang sama kamu kakak gamau kamu tersesat. Percaya rencana Allah akan lebih indah dari ini'

'omong kosong, udah ka aku mau tidur'

Malam itu malam yang sangat berkesan untuk Adyla.
Malam dimana ia mendengar adiknya meragukan tuhan dan malam dimana tamparan pertama kali yang ia berikan untuk adiknya.

Kaki Adyla melangkah dengan sangat berat.

'dyl'
Panggilan itu membuat Adyla menengok

'apa? '

'kenapa?'

'ja' ada jeda disela Adyla berbicara
'Bantu kakak, Navasya dia kehilangan akalnya' Tiba-tiba Air mata menetes tanpa meminta izin kepada pemiliknya.

'dia gila? '
Ucap Raja penuh tanda tanya

'lebih dari itu'

'maksudnya?'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menjadi Diri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang