Bag 2

56 3 0
                                    

" Kau Go A Ra ?"
" iya pak."
" kau di pecat."
Mata bulatnya melotot tak percaya. " tapi.. apa salah...saya pak?"

Pria gemuk berparas bak Kim Jong Un itu, membolak balikkan lembaran kertas putih, entah apa isinya. " kau lihat berapa banyak pelanggan yang protes. mereka tidak suka kecerobohanmu. karna aku tidak mau rugi, kau di pecat."

---***---

" apa yang akan aku katakan pada nenek sihir itu jika dia tahu aku di pecat. aish.." keluhnya. bukan sekali ataupun dua kali, sudah tidak bisa dihitung lagi dengan jari berapa kali dia di pecat.

sesampainya ia di rumah, kali ini kagetnya bukan kepalang. ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
semua barang di dalam rumahnya hilang entah kemana.

" bibi, dimana semua barang?" tanyanya pada seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di pojokan ruang. wanita itu menatapnya tak suka. " kau pikirkan saja apa yang sudah kau lakukan?!!" bentaknya.

" apa maksud bibi?"
" kenapa kau menolak Pak Kim, hah?!"
" kenapa aku harus menikah dengan pria yang sudah beristri?!" bantah A Ra. " kenapa bibi harus mengorbankanku?" sambungnya.

" salahkan orang tuamu kenapa mereka mati meninggalkan banyak hutang dan membuatku repot hanya untuk mengurus gadis tak berguna sepertimu?!!" jeritnya emosi.

A Ra terpaku.
Bibi Umna selalu menyalahkannya dalam segala hal yang terjadi di dalam rumah ini. lilitan hutang yang ditinggalkan oleh ayah dan ibu membuatnya terus jadi sasaran empuk, entah untuk dijadikan sebagai istri kedua ataupun hal lainnya yang benar-benar membuat A Ra muak.

" kenapa kau sudah pulang? ini masih jam kerja, kan?!"
A Ra tak menggubris pertanyaan bibinya. ia malah berbalik dan berjalan pergi meninggalkan rumah.
" hei mau kemana kau?!"

---***---

" hahh..." A Ra menghela. ia bersandar di bangku taman, menatap langit, kemudian memejamkan mata.
" usaha apa lagi yang harus aku lakukan untuk melunasi semua hutang ayah dan ibu?"

terbesit di otaknya, kejadian 2 tahun yang lalu. saat dirinya bertemu dengan seorang nenek murah hati dan sebuah penawaran.

2 tahun yang lalu...

" pencuri!! tolong!!" teriak seorang nenek tua di ujung jalan. saat itu jalanan sedang sepi. sekeras apapun sang nenek berteriak, tetap saja tak ada seorang pun yang datang menolongnya.

A ra baru saja pulang bekerja. ia mendengar suara seseorang minta tolong dari ujung jalan.

" nenek, ada apa?"
" tasku dicuri."
" astaga,.. aku akan mengejarnya, nek!" Nenek itu menahan lengan A Ra.
" tidak usah. pencuri itu pasti sudah jauh, percuma saja." Suaranya terdengar lirih. ia terlihat sangat sedih.

" apa di dalamnya ada banyak uang?" tanya A Ra.
" tidak. di sana ada kue coklat kesukaan cucuku. dia pasti sedang menunggu."

" baiklah, bagaimana kalau kita beli lagi?" usul A Ra. tapi raut wajah si nenek tidak berubah.
" tidak, nak. itu kue terakhir yang di jual toko itu. mulai besok, toko itu tutup hingga akhir pekan. cucuku berulang tahun hari ini. aku yakin dia akan sedih jika tidak mendapatkan kue coklatnya."

" bisa aku bertemu cucu nenek? aku akan meyakinkannya bahwa dia akan mendapatkan kue coklatnya besok." ujar A Ra mencoba menenangkan sang nenek.
" tapi nak..."
" aku akan mencoba membuatnya malam ini."
" terima kasih banyak nak. ayo, kita pergi menemuinya."

---***---

rumah sakit?

Nenek itu membawa A Ra ke sebuah kamar VIP. dibukanya pintu itu dan menampakkan seorang pria terbaring kaku di atas ranjang dengan alat bantu pernapasan dan alat-alat rumit lainnya yang bahkan A Ra juga tidak mengerti.

sang nenek berjalan menuju ranjang pria itu. ia mengelus kepala pria itu dengan lembut.
" selamat ulang tahun, cucu nenek."

A Ra diam terpaku di tempatnya berdiri. semua diluar pemikirannya. tadinya, ia berpikir cucu nenek ini adalah seorang anak kecil yang sangat menyukai kue coklat. dan entah kenapa, melihat pemandangan di hadapannya sekarang ini membuat dadanya sesak.

" maaf nenek tidak membawa kue coklat kesukaanmu. tapi.... nenek membawa seorang calon yang cocok untukmu." Nenek itu menatap A Ra. ia tersenyum.

" nenek? kenapa..."
" maafkan nenek. nenek pikir, cucu nenek sudah dewasa. dia butuh pendamping. yaitu seseorang sepertimu."

A Ra tercengang. ini benar-benar di luar akal sehatnya.

" nek..."
sang nenek berjalan menghampiri A Ra yang sedang kebingungan. ia meraih tangan A Ra lalu menggenggamnya.

" nenek tidak tau, sampai kapan nenek bisa bertahan. nenek takut jika nenek pergi, Wonho akan sedih dan kesepian." ucapnya. suaranya bergetar. bola matanya mulai berkaca-kaca.

" kenapa harus aku nek?"
" tidak ada gadis sepertimu yang perduli pada orang tua sepertiku dan perduli pada cucuku. aku tahu kau gadis baik...."

" aku mohon. kau bisa mendapatkan apa yang kau mau. bahkan harta sekalipun." sambungnya.

" tidak nek. aku tidak ingin apapun. aku membantu bukan untuk mendapat imbalan." bantah A Ra.

sang nenek kembali tersenyum. ia langsung memeluk A Ra dengan hangat. " itulah mengapa aku memilihmu." bisiknya lirih.

5 hari setelahnya, saat A Ra mengunjungi rumah sakit untuk menemui sang nenek dan cucunya, seorang dokter mengatakan bahwa nenek itu telah meninggal dan ia meninggalkan surat di atas meja sebelah ranjang.

aku tidak akan memaksamu, nak. jika kau tidak ingin menikah dengan wonho, aku ingin kau berteman dengannya. selama 3 tahun terakhir, ia tidak punya teman selain nenek. dia akan merasa kesepian jika nenek pergi.
terimakasih...

sekarang sudah 2 tahun berlalu. dan pria itu masih belum terbangun juga dari tidur panjangnya selama 5 tahun. entah bagaimana perasaan sang nenek jika ia tahu kalau cucunya masih belum tersadar dari masa kritisnya.

" maaf nek, aku tidak melakukan apa yang kau minta..."

---****---

Seorang suster masuk ke dalam kamar salah seorang pasien VIP.
saat dia hendak mengganti infus, ia dapat merasakan ranjang pasien disampingnya  bergetar, dan makin bergetar hebat. " ap..apa yang terjadi???" pekik suster itu panik.

ia bergegas memencet tombol darurat kemudian berlari keluar.
" DOKTER!!? DOKTERR??!"

ranjang pasien itu makin bergetar hebat. tubuhnya kejang-kejang, detak jantungnya meningkat tak terkendali.

" tidak... tidak.. JI WON!!"

- To be continued-

I'm sorry, HyungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang