2 - Akiva Maryam Alona

651 66 0
                                    

بــــــــــسم الله الرحمن الحيم

"Kenapa muka lo kusut begitu?" Tanya sahabat karib Ray, Taqy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa muka lo kusut begitu?" Tanya sahabat karib Ray, Taqy. Mereka sudah lama bersahabat. Berbeda dengan Ray yang memilih menjadi dokter spesialis bedah, Taqy lebih memilih penyakit dalam sebagai keahliannya di dunia kedokteran. "Abis ngecewain Umi sama Abi lagi." Ray baru saja datang setelah visit ke beberapa pasien rawat inap. Taqy sudah mengenal dengan segala sikap sahabatnya itu. Ray juga sering bercerita perihal perjodohan yang sering dilakukan kedua orang tuanya.

"Nih mending kamu makan siang dulu!" Maryam datang dengan kotak nasi yang ia letakkan di depan Ray. Ray nampak bingung dengan kotak nasi dihadapannya. "Aku baru belajar masak kemarin, jadi aku minta kamu cobain. Kamu juga belum makan siang kan?" Maryam berucap dengan senyumannya yang tidak pernah luntur dari wajahnya. "Okee."

"Yang dikasih Ray doang nih? Gue nggak?" Tanya Taqy yang melihat kedua sahabatnya terus berbicara tak menghiraukan dirinya dalam ruangan itu. "Lo mau? Minta dibikinin sana sama Zee, ntar gue bilangin." Taqy sedikit tersenyum mendengar pernyataan Ray seperti orang yang salah tingkah.

"Bener yaa?" tanyanya memastikan. "Yaa, kalau adek gue mau. Emang siapa lo?" Taqy merubah raut wajahnya dengan berpura-pura kesal. "Maaf ya, tadi aku cuma masak sedikit. Jadi cukup buat satu orang aja." Maryam kembali bersuara melihat dua pria didepannya saling beradu mulut hanya karena makan siang.


"Ray, lo gak mau kasih gue sedikiiiiit aja." Ray tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Au ah, gue kesel!" Taqy berdiri dan hendak keluar dari ruangan tersebut. "Mau kemana?"

"Ke rumah lo, mau minta dibuatin makan siang sama Zee!" Maryam dan Ray terlihat ketawa bersamaan. "Nanti kamu pulang bareng sama aku ya." Ucap Ray setelah menghabiskan nasi yang Maryam bawakan untuknya. "Gausah, aku bisa pulang sendiri kok."

"Kan kita gak pernah pulang bareng, yaa hitung-hitung ucapan terima kasih aku karena kamu udah bawain aku makanan." Maryam tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menganggukan kepalanya.

Taqy kembali masuk ke ruangan kerja sahabatnya itu. "Ngapain lagi lo?" Tanya Ray yang melihat Taqy masuk dan berdiri di depan pintu ruangannya. "Kata lo kan nggak boleh berduaan sama cewe yang bukan mahram ntar yang ketiganya setan. Yaudah mending gue masuk lagi ntar lo berdua berbuat yang macam-macam lagi."

Ray dan Maryam sama sama tertawa mendengar penuturan Taqy, "Jadi kan orang ketiganya setan, kalau gue udah sama Maryam berdua, terus ada lo berarti yang jadi setannya siapa dong?"

"Ett dah, kayanya lo benci banget sama gue. Tadi tuh gue kesini mau ngajakin lu sholat dzuhur. Kagak mau sholat lu? Mentang-mentang udah sering!"

"Iye, iye. Ini juga gue mau sholat dulu,"

"..Maryam, aku sholat dzuhur dulu ya kebawah." Ray terkekeh mendengar Taqy yang berceramah dengan bahasanya sendiri. Ia pun izin dengan Maryam yang masih duduk di kursi depan meja kerja Ray. "Aku ikut boleh gak? Bosen disini, lagian aku gaada visit pasien sekarang."

Ray berniat mengantar pulang Maryam, namun tiba-tiba saja abinya memberi tahunya bahwa ia harus segera pulang karena ada keluarga yang ingin menjodohkan anaknya dengan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ray berniat mengantar pulang Maryam, namun tiba-tiba saja abinya memberi tahunya bahwa ia harus segera pulang karena ada keluarga yang ingin menjodohkan anaknya dengan dirinya. Ray menghela napas berat. Sampai kapan orang tuanya terus menjodohkannya seperti ini. Padahal umurnya msih tergolong muda. Dengan cepat Ray memberi tahu abinya untuk membatalkan acara pertemuan itu. Ia mengatakan malam ini, ia akan memperkenalkan calon istrinya.


"Kita ke rumah aku dulu ya, orang tua aku ngundang kamu untuk makan malam." Ray kembali fokus dengan stirnya tanpa memerdulikan Maryam yang tengah bingung dengan pernyataan pria itu. Setelah melewati kemacetan yang cukup panjang dan lama, akhirnya mereka berdua sampai di rumah Ray. Abi dan uminya sudah menunggunya di ruang makan tak terkecuali Zee. "Assalamualaikum." Ray masuk dan menyalimi kedua orang tuanya. Abi dan uminya seketika melihat penampilan perempuan yang berada di belakang anak laki-lakinya itu. Pakaiannya memang panjang, namun mereka bisa melihat rambut panjang kecokelatan milik wanita itu yang artinya ia tidak menggunakan hijab. Merekapun makan malam tanpa berbicara sedikitpun.


Setelah ruang makan diisi keheningan untuk beberapa waktu, akhirnya abi mulai membuka percakapan. "Jadi, apa kamu mau memperkenalkan wanita ini ke kami?" Tanya Abi ke anak laki-lakinya itu. Ray mengangguk dan mulai bersuara, "Dia adalah wanita yang ingin Ray kenalkan. Namanya Maryam, dan dia calon istri Ray." Baik Zee maupun Maryam sama-sama tersedak mendengar pernyataan Ray. Zee buru-buru minum agar batuknya hilang.

"Umi, abi, kayaknya Zee banyak tugas deh. Zee masuk kamar dulu ya."

Seneng banget bisa dapet support dari kalian,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seneng banget bisa dapet support dari kalian,. InsyaAllah kedepannya Qei akan cepat update (klo gaada halangan)

Makasih yang udah sabar nungguin kelanjutan cerita ini, yang selalu nanya kapan update semoga bisa terobati dengan part ini. Afwan kalau kalian ngerasa alur dari cerita ini terlalu cepat, kritik saran yang membangun sangat Qei tunggu.

Oh ya, jangan lupa next ke cerita Qei yang berjudul "capsule" karena akan ada pendeskripsian dari Aishtaqat Lak dan project baru untuk para pembaca Qei.

Tersenyumlah untuk hari ini :)

Syukron katsiira..

Aishtaqat LakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang