02

920 99 49
                                    

Mian karena lama gak update :(

-----------------------------------------------------

Derit pintu ruang ICU adalah hal yang pertama terdengar saat 3 namja itu mulai membuka ruangan dengan 3 sekat itu. Ke-3 nya hanya diam mematung setelah masuk, dengan pakaian steril khas ruang ICU ketiganya mulai mendekati 3 ranjang dengan 3 yeoja mereka disana, mereka memandang nanar 3 yeoja itu, bagaimana tidak paras ayu mereka tak terlihat karena banyaknya balutan luka juga masker oksigen di wajah mereka, hal itu kembali membuat air mata menetes di mata 3 namja itu.

Sehun mendekati ranjang Irene lalu mengelus tangan yeoja itu lembut, Sehun tersenyum saat yeojanya itu membuka matanya.

" Se..hun.." Panggil Irene lirih tapi Sehun malah menggeleng.
" Ssstt jangan bicara" Ucap Sehun berusaha setenang mungkin dan sesantai mungkin.
" Mi..an.." Lirih Irene lagi, Sehun kembali menggeleng.
" Kau akan baik-baik saja, kau akan sembuh dan kita akan menikah di Paris seperti impianmu" Ucap Sehun berusaha tersenyum meski air mata sudah memenuhi kelopak matanya.

Irene menggeleng lemah sambil menatap Sehun sendu.

" A..ni.., aku..tak..bisa..Sehun.." Lirih Irene lagi.
" Ani kau pasti bisa, aku akan menunggu hingga kau sembuh lalu kita akan menikah" Ucap Sehun kini air mata menetes dari mata Sehun.
" Gomawo, mianhae, saranghae Sehun-ah. Hiduplah dengan baik" Ucap Irene kali ini sedikit lebih jelas.
" Andwae Irene, andwae Rene-ah, andwae andwae" Ucap Sehun saat Irene perlahan menutup matanya. " Nado, nado saranghae Rene-ah. Jebal nareul teonaghajima" Tangis Sehun.

Tak lama bunyi nyaring terdengar tanda jantung sang pemilik berhenti berdetak saat itulah air mata Sehun semakin deras mengalir.

" Irene, Irene bangun, Irene!!" Teriak Sehun sambil sedikit menggoyangkan tubuh Irene. " Khajima jebal Irene-ah" Tangis Sehun semakin keras. " Khajima" Lirih Sehun sambil jatuh terduduk.

-

Kai hanya berdiri mematung di depan ranjang Seina, ia hanya mengamati yeojanya itu dalam diam hingga suara masuk dalam indera pendengarannya selain suara dari mesin pendeteksi jantung itu dan itu suara yeojanya.

" Jong..in.." Ucap Seina lirih sangat lirih bahkan Kai harus menajamkan pendengarannya agar mendengar suara Seina.
" Hai" Sapa Kai ragu dan berusaha tersenyum sekuat yang ia bisa.
" Go..ma..wo.., selalu..menemaniku..selama..ini.." Lirih Seina, Kai masih berusaha mempertahankan semyumnya.
" Ani gomawo, sudah jadi bagian terindah dalam hidupku Seina. Saranghae" Ucap Kai sedikit tercekat tapi ia berusaha kembali nenormalkan suaranya.
" Na..do.." Jawab Seina lirih.
" Apa kau lelah?" Tanya Kai yang di balas anggukan pelan Seina. " Kalau begitu kau boleh tidur" Lanjut Kai yang air mata sudah memenuhi kelopak matanya, siap jatuh kapan saja.
" Be..nar..kah..?" Tanya Seina masih dengan suara lirih.
" Hm" Angguk Kai pelan.
" Hiduplah..dengan..baik..Jongin-ah.., janji..?" Ucap Seina, lagi Jongin mengangguk pelan. " Go..ma..wo.." Lanjut Seina lirih sangat lirih.

Kai mengenggam tangan Seina lembut saat yeoja itu menutup matanya. Jujur Kai tak mau Seina pergi tapi melihat yeojanya itu kesakitan Kai merasa merelakannya adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan. Masa bodoh dengan hidupnya kelak yang terpenting yeojanya terlepas dari semua rasa sakit di tubuhnya meski setelah ini Kai yakin hidupnya juga akan berakhir. Suara tiiiiiitttt yang memekakkan telinga membuat air mata yang mati-matian Kai tahan jatuh juga bahkan sangat deras.

-

Chanyeol nendekati ranjang dimana yeojanya terbaring, tak ada yang ia lakukan selain mengamati sampai saat Joy membuka matanya Chanyeol tersenyum lalu mencium puncak kepala yeojanya itu.

" Chagi aku disini, kau akan sembuh lalu kita akan menikah, memiliki rumah dengan halaman yang luas agar kita, anak-anak kita dan puppy kesayangan kita bisa bebas bermain disana. Aku akan menemanimu hingga kau sembuh" Ucap Chanyeol dengan nada seceria mungkin.
" Opp..pa.." Lirih Joy tapi Chanyeol menggeleng.
" Ssssttt jangan berbicara, cukup dengarkan aku" Potong Chanyeol cepat, ia tak mau waktunya dengan Joy cepat berakhir.
" Kau ingat saat kau marah pada Toben karena aku lebih banyak waktu dengannya di banding denganmu, tapi setelah itu kau malah ingin beli puppy lagi" Cerita Chanyeol, Joy tersenyum lemah sebagai tanggapan. " Cepat sembuh, ayo kita beli puppy yang banyak, kita akan beli semua jenis dan semua warna aku janji" Lanjut Chanyeol masih ceria.
" Mian..hae..opp..pa.." Lirih Joy.
" Tidak jangan minta maaf, kita akan wujudkan itu semua bersama" Ucap Chanyeol, air mata mulai menggenangi pelupuk mata Chanyeol, Joy menggeleng pelan.
" Lanjutkan..hidup..oppa.., hiduplah..dengan..baik.." Ucap Joy, Chanyeol menangis.
" Tidak jangan pergi, ku mohon" Lirih Chanyeol dengan air mata.
" Uljimma.." Lirih Joy lalu mengangkat tangannya mengusap wajah Chanyeol pelan. " Aku..harus..pergi.." Lanjut Joy lirih. Chanyeol meraih tangan Joy lalu menggeleng. " Mianhae..saranghae..oppa.." Ucap Joy sebelum alat pendeteksi jantung Joy mengeluarkan bunyi yang menandakan jantung Joy berhenti berdetak.
" Andwae, Joy-ya andwae!" Teriak Chanyeol.

Remember You (EXO Velvet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang