Chapter 1

40 5 0
                                    

Hana's pov.

Sudah sebulan ini gue dan Mama tinggal berdua. Sudah sebulan juga perceraian kedua orang tua gue. Damai sedikit hidup gue.

Walaupun ada bakteri kecil yang selalu ngikutin gue kemana-mana. Ngeselin nggak?

Hari ini hari Senin. Hari dimana semua orang memulai aktivitas sibuk mereka. Kayak gue sekarang.

Sudan mau jam setengah enam pagi, tapi gue belom mandi. Mungkin kalian bakal nanya kenapa gue nggak mandi? Entar kalo terlambat gimana?

Terlambat ke sekolah? Udah biasa. Gue kadang-kadang manjat ke gerbang sekolah. Dan menyebabkan gue di marahin sama Pak Muklis--satpam sekolah.

Abis masuk ke sekolah, gue ngumpet di belakang sekolah sambil nunggu upacara selesai.

Sekarang gue bakal kenalin kalian dengan temen-temen gue.

Sahira Amanda Seyfried, perempuan yang akrab dipanggil Sahira ini, mempunyai sifat yang ceria, terbuka dan juga penyayang. Gue suka sama sifat Sahira. Sahira adalah temen perempuan gue yang pertama kali mau temenan sama gue.

Abel Febriana Muharani, perempuan yang akrab dipanggil Abel ini memiliki sifat yang pendiam, tegas, dan pintar. Pemenang lomba cerdas cermat pas masih di SD katanya.

Robby Dwi Putra, laki-laki yang akrab dipanggil Robby ini memiliki sifat yang pecicilan, cerewet, dan kadang-kadang bego. Robby mau saja bayarin gue sama temen-temen gue. Mau aja di begoin.

Pradipta Radyana Wijaya, cowok yang akrab dipanggil Dipta ini memiliki sifat yang hampir sama dengan Abel. Namun bedanya, Dipta tidak pendiam seperti Abel.

Yang terakhir dan yang nyebelin. Reza Atmaja, laki-laki yang akrab dipanggil Reza ini memiliki sifat yang berlawanan dengan sifat gue. Gue akuin kalo nilainya juga lumayan bagus. Nilai gue sama dia cuman beda 3 atau nggak 2. Gue juga pinter kan?

Gue turun dari kasur gue, mengambil handuk merah gue, dan berjalan menuju kamar mandi.

Hana's pov end.

≈≈≈

Hana berjalan menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Tak lupa ia juga membawa tasnya.

Ia melihat Diana yang sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Hana.

Hana berjalan ke arah meja makan. Ia menaruh tasnya di kursi makan, dan duduk di mana tasnya berada.

"Pagi, Hana." sapa Diana dan duduk di hadapan Hana. Hana yang sedang mengambil nasi langsung melihat Diana sekilas dan menjawab. "Pagi, Ma."

Mereka berdua memulai sarapan mereka tanpa tawa hangat yang dulu sering mereka lakukan setiap saat. Namun sekarang hanyalah angan-angan bagi Hana dan juga Diana.

Tentu saja mereka merindukan masa-masa indah mereka saat mereka masih bertiga seperti dulu.

Setelah sarapan, Hana mengambil tasnya, berpamitan dengan Diana dan berangkat ke sekolah.

≈≈≈

"Neng, jangan manjat lagi. Nanti saya diomelin." ujar Pak Muklis saat melihat Hana yang sudah memanjat gerbang sekolah.

"Nggak bakalan, Pak. Yang kena omel malah saya." jawab Hana dan kembali memanjat gerbang, dan akhirnya ia berhasil masuk ke dalam sekolahnya.

Hana berlari menuju belakang sekolah untuk menunggu upacara selesai.

Hana juga sering ke sini untuk membolos pelajaran.

Mungkin kalian bertanya-tanya. Kok orang tuanya nggak dipanggil?

Diana pernah datang ke SMA Pancasila karena di panggil oleh kepala sekolah. Diana dan Hana sempat meminta maaf karena kelakukan Hana kayak gini. Namun Hana tetap melakukan hal seperti itu.

Beberapa menit kemudian.

"Lo nggak upacara lagi, Han?" pertanyaan itu membuat Hana mendongak dan menggeleng pelan, lalu kembali ke layar ponselnya.

"Upacara bikin gue kepanasan aja. Males gue. Mendingan disini adem, bisa bebas." ucap Hana santai.

Sahira dan Abel saling bertatapan dan duduk di samping Hana--jadi posisi duduk Hana ada diantara Sahira sama Abel.

"Lo mau kepsek manggil orang tua lo lagi?" tanya Sahira. Hana memasukkan ponselnya ke dalam saku kemejanya dan menjawab pertanyaan Sahira.

"Bodo amat. Gue nggak peduli kalo kepsek manggil orang tua gue lagi. Di hidup gue itu nggak ada yang bener. Guru nggak bener, orang tua ngga bener, diantara temen-temen gue juga nggak bener." jawab Hana dan membuat mata Sahira membulat.

"Yang nggak bener itu gue?" tanya Sahira sambil menunjuk dirinya sendiri. "Bukan. Yang nggak bener itu Reza sama Robby."

"Reza masih bener, Robby tuh yang otaknya udah sengklek." ujar Abel yang daritadi diam. Hana dan Sahira hanya tertawa.

"Udah, balik ke kelas aja yuk!" ajak Sahira dan menarik tangan Hana. "Gue mager, njir."

"Ayo, Hana Adinda." Sahira berhasil membuat Hana bangkit dari duduknya. Lalu mereka bertiga berjalan menuju kelas.

Baru beberapa langkah mereka berjalan menuju kelas mereka, tapi mereka sudah bertemu dengan Reza dan juga kedua temannya.

Robby senyum-senyum malu saat lihat Abel ada. Robby memang menyukai Abel. Namun Abel hanya menatapnya dengan wajah datar.

"Hehehe, ada neng Abel. Ke kelas sama a'a Robby aja, yuk!" ajak Robby sambil menjulurkan tangannya ke arah Abel yang mundur karena geli melihat tingkah Robby.

"Lo kenapa, sih, Rob?" tanya Reza sambil menyikut lengan Robby. "Abel ketakutan tuh."

Robby menoleh ke arah Reza. "Suka-suka Robby dong. Abel aja biasa tuh liat muka Robby." jawab Robby sambil menjulurkan lidahnya.

Kemudian mereka berdua saling perang mulut. Tanpa mereka berdua--Reza dan Robby-- sadari, Hana, Sahira, dan Abel langsung pergi begitu saja. Mereka sempat berbisik kepada Dipta kalau mereka mau kelas duluan.

"Tunggu, tunggu!" teriak Robby sambil menutup mulut Reza dengan tangannya.

"Abel-ku mana?" tanya Robby sambil mencari-cari Abel. Reza melepaskan tangan Robby dari mulutnya.

"Lo abis buang air besar tangan lo di cuci nggak, sih?" tanya Reza heran. Robby menoleh ke arah Reza. "Di cuci lah. Enak aja."

"Kok, masih bau?" tanya Reza, lagi. "Berisik. Dip, Abel kemana?"

"Udah ke kelas duluan tadi bareng temen-temennya. Tadi Sahira pamit ama gue karena dia mau ke kelas." jawab Dipta santai.

Mata Robby membulat. Ia langsung berlari menuju kelas meninggalkan Reza dan juga Dipta yang masih berdiri di sana.

Tanpa basa-basi lagi, Reza dan juga Dipta langsung meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju Kelas.

≈≈≈

"Han, ikut gue aja, yuk!" ajak Reza sambil berbisik kepada Hana saat bel istirahat berbunyi.

Hana menoleh. "Ngapain?" Hana berbalik bertanya. Reza langsung menarik lengan Hana tanpa menjawab pertanyaannya dulu.

Mereka sampai di rooftop sekolah. Tempat yang jarang dilalui oleh orang. Biasanya Reza suka kemari kalau ada masalah atau nggak hanya ingin santai saja.

Mereka berdua duduk di pinggir rooftop dengan santainya. Tak takut kalau mereka akan jatuh.

"Alesan lo bawa gue ke sini apa?" tanya Hana heran sambil menatap lurus ke depan.

Reza tersenyum. "Nggak pa-pa. Menghindarkan lo saat lo nanti liat Gibran sama Mila, eh--" Reza menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia keceplosan berbicara seperti itu di depan Hana.

Hana menoleh dengan kening yang berkerut. "Hah? Maksud lo?"

≈≈≈

Chapter 1 selesai.
Jangan lupa vomment ya guys.

Good Boy Love Bad Girl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang