⌣«̶··̵̭̌·̵̭̌✽̤̥̈̊ Heart✽Beat ✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶⌣
Seraphine ⇝
▔▔▔▔▔▔▔
Sesuatu menarik kakiku, mengeluarkanku dari kehangat kepompong yang menyelimutiku. Aku berusaha menendang apapun itu yang menggangguku, makhluk tersebut memang melepaskan kakiku namun hanya sejenak. Hal selanjutnya yang terjadi dia menyobek kepompongku, memamerkaku pada terangnya cahaya dunia dan makhluk itu berdiri layaknya menara didepanku.
Hal pertama yang terlintas dikepalaku saat membuaka mata adalah raksasa. Seorang raksasa datang untuk menginjakku.
"Raksasa. Jangan injak aku," gumamku setengah sadar.
Si raksasa yang anehnya berwajah mirip mama memutar bola mata. "You silly girl. Wake up." Bahkan suaranya terdengar mirip mama.
Aku memfokuskan pandanganku pada wajah raksasa itu. "Mama?" gumamku setengah lega setengah kesal.
"Bukan. Ini raksasa," kata mama kesal. "Cepat bangun! Lihat sudah jam berapa."
Aku melirik jam diatas meja belajarku, jam 07.15 pagi. "Masih pagi untuk hari minggu," gumamku kembali menutup seluruh tubuhku dengan selimut hangatku.
"Ini hari sabtu, sayang." Sedetik kemudian selimutku terbang.
"Tetep aja hari libur," gumamku dengan menengelamkan wajah ke dalam tumpukan bantal.
Aku mengangkat wajah saat mendengar sebuah barang dengan keras membentur lantai. Mama didepan lemari pakaianku dengan sebuah ransel hitam dilantai dan tanpa berhenti mulai memasukkan bajuku ke dalam sana. Seketika aku langsung bangun terduduk.
"Mama lagi ngapain?" tanyaku panik.
"Packingin baju kamu," jawabnya tanpa berhenti memasukkan barang ke dalam ransel.
"Aku bisa melihatnya. Tapi untuk apa?" Aku bangkit berdiri.
Oh God. Apa ini saatnya aku diusir dari rumah? Mengetahu ayah, dia pasti sudah memberitahu mama soal aku 'mampir' ke kantor polisi. Kesabaran mama sudah habis.
"Kita akan bermalam di rumah Eyang Ezra."
Mendengar itu aku langsung menjatuhkan diri ketempat tidur , menarik selimut dan kembali meringkuk dibawahnya. Tapi kemudian mama menarik selimutku lagi dengan paksa karna aku memeluknya dengan erat. Aku harus ingat untuk mengunci pintu sebelum tidur..
"Ayo bangun!"
"Ngga mau!" seruku sembari melilitkan selimut di badanku dengan lebih kencang. "Bertiga aja sana sama Fani. "
Kalau diusir menakutkan, bertemu Eyang Ezra lebih menkutkan. Nenek tua itu membenciku, sangat-sangat membenciku. Tidak pernah sekalipun aku dekat dengannya tanpa merasakan tongkat kayu jatinya, entah dipukul di kepala, kaki atau lengan. Terkadang kalau dia sedang sangat bad mood, dia bisa menarik rambutku sampai hampir melepaskannya dari kulit kepalaku.
"Well, ngga seperti kamu yang pemalas. Kakakmu sudah pergi rapat OSIS disekolah."
"Aku juga tadi sedang rapat, tapi mama merusaknya."
"Oh ya? Rapat dengan siapa, raja mimpi?"
Aku menggeleng. "Dengan selusin La tarte tropezienne," jawabku sambil tersenyum nikmat membayangkan creamy cake super lezat itu. "Mama, kapan kita ke St. Tropez lagi?"
"Ngga akan, dan jangan mengalihkan pembicaraan. Cepat bangun dan siap-siap."
"Ngga mau," gumamku. "Tempat tidurku melarangku pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat⇝
Jugendliteratur[SUDAH TERBIT] Berbeda dari saudara kembarnya yang mendapat seluruh curahan perhatian dari keluarga, Seraphine selalu diperlakukan bagai orang asing. Karena itu dia lebih suka menghabiskan waktunya diluar. Kemudian Elang Skarsgard datang. Untuk pert...