~ROMAWI YUNANI~

111 24 10
                                    

Dengan kecepatan tinggi. Roma berlari menghindari segorombolan perempuan yang sedang mengejarnya.

Sial! Ternyata bermodal kacamata dan topi saja tak mampu menyembunyikan identitasnya.

"ROMAWI!!!"

"MINTA TANDA TANGAN DONG!"

"ROMAWIII."

"ROMA!"

Jantung Roma berpacu lebih cepat. Jika ia menoleh satu menit saja, mungkin dirinya akan habis di serbu para gadis-gadis itu.

Brukkk

"YHA!"

Roma tersentak, matanya menatap perempuan yang baru saja ia tabrak. Ia bisa saja kembali berlari, tapi yang merepotkan adalah minuman perempuan itu tumpah hingga mengenai bajunya.

"Punya mata gak sih!"

"Sorry, gue.."

"ROMAAAAA! HUAAA ROMAAA!!!"

Teriakan para gadis di belakangannya mengembalikan kesadaran Roma.
Tak ada kesempatan menunggu lebih lama lagi. Roma harus kembali berlari jika tidak ingin tertangkap.

Belum dua langkah Roma berlari, tangannya tertahan.

"Eh maen pergi aja! GANTI DULU LO!"

Jantung Roma semakin berpacu, ia menoleh kebelakang tanpa mempedulikan ucapan gadis di hadapannya.

"ROMAAA!"

"ROMAWIIII ANGGARA!!!!!"

Bagaimana ini! para perempuan bar bar itu semakin mendekat.

"HELLOWW lu budek ya? Jangan diem aja dong! Ganti nih minuman gu— Eh! Eh!"

Tanpa basa-basi. Roma segera menarik tangan perempuan itu dan berlari dengan cepat.

"HUAAA MAMA TOLONGIN YUNAA Lepasin! Huaaaaa Mama! Yuna di culik—mmmpphh."

Roma membawa perempuan itu ke gang buntu yang terlihat sangat gelap dan sempit.

"LO DIEM!" Tunjuk Roma dengan jari telunjuk kiri nya sedangkan tangan kanan nya membekap mulut perempuan itu.

Mereka berdiri berhadapan dan berdimpitan. Bahkan saking sempitnya tubuh mereka hampir menempel, membuat napas mereka saling beradu karena lelah berlari.

"Mbbemmlephasmpisn."

"Guehh lephasinnn tapi mohon lo diem!" Roma mengatur napasnya.

"ROMAAAWIII."

" sstttt ," bisik Roma menaruh jari telunjuk di depan bibirnya dengan mata memejam ketakutan.

"ROMAAAAAWIII!"

Roma menoleh ke kanan. Dari dalam gang yang minim pencahayaan, segerombolan gadis itu terlihat melingak-linguk mencari sesuatuo.

"Gue yakin belum jauh kok! Masa cepet banget larinya."

Roma berdoa semoga saja mereka tidak mengetahui keberadaanya.

"Ihhhh.... KEMANA SIH DIA?"

"ROMAAAA."

"SUAMI KUUU, SAYANGGG."

Mereka yang kira kira jumlahnya 10 orang melengos pergi dengan tatapan kesal dan kecewa.

"SIALAN! gagal gue foto bareng idola."

"Udah lah guys, percuma. Kayaknya dia udh pergi."

"Kapan lagi gue bisa ketemu Romawi di jalanan coba, giliran ada dianya ilang sedih deh..."

Sebenarnya Roma kasihan. Namun dia sedang dalam keadaan mood yang buruk sehingga malas bertemu penggemarnya.

"Mmmmppphhh... lmembsbsbp."

Roma baru sadar dari tadi dia tidak sendirian, dan mulutnya masih terbelap. "Eh— sorry...." Roma melepaskan tanganya dari mulut perempuan itu lalu menoleh keluar gang. Memastikan para gadis histeris itu sudah benar-benar pergi.

"Sorry buat minuman lo, gue minta nomor lo biar manajer gue yang bakal transfer uang ganti rugi." Roma merapihkan bajunya yang sedikit kusut dan merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal. Melihat perempuan itu hanya diam Roma langsung merampas ponsel di tangannya.

"Kayaknya lo masih shock, maaf gua gak punya banyak waktu. Btw ini nomor pribadi gue, gue lupa nonor manajer, jangan disebar atau lo bisa kena hukuman."

Yuna masih tak berkutik menyadari siapa sosok yang ia lihat di hadapannya. Ia hanya mengangguk paham seolah mengerti padahal tidak sama sekali.

"Bye."

Dengan perasaan lega, Roma mengeratkan topi dan kacamatanya, lalu berlari secepat mungkin sebelum ada yang mengenalinya.

Selepas kepergiannya. Perempuan bernama Yuna itu belum mampu melangkahkan kaki keluar dari gang kecil. Tubuhnya melemas, jantungnya berdebar tak  karuan.

"Roma...?"

Bukan. Bukan Roma Irama sang raja dangdut. Tapi Romawi Anggara aktor yang memiliki ketampanan wajah di atas rata-rata, artis yang namanya sedang naik daun dan di idami kaum hawa.

Kuat-kuat Yuna menahan debaran jantungnya sendiri. Napasnya tercekat, merasakan parfum maskulin yang harumnya belum juga hilang dari sekitarnya.

"Hah? Demi apa itu Romawi?"

Astaga, jika benar tolong jelaskan kejadian apa yang baru saja terjadi. Seorang Roma menabrak Yuna?Membawanya lari? Menyentuhnya?Membekap mulutnya? Dannn Yuna segera membuka ponsel nya, terlihat jelas di atas layar nomor ponsel dengan nama Romawi Ganteng.

Dengan langkah lemas, Yuna keluar dari gang itu. Langkahnya tak tau arah, senyum mengembang jelas di bibirnya. Pikirannya melambung entah kemana.

Haruskah Yunani Athena, perempuan yang diam-diam jatuh pada pesona Aktor itu memakai alibi menagih minumannya yang tumpah agar dapat bertemu cowok itu kembali?

Tapi apakah Romawi akan ingat siapa Yunani?

****
LANJUT GAK ? VOTE N KOMEN YANG BANYAKKKK.

Makasihhh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROMAWI YUNANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang