Pacar Sempurna

70 3 0
                                    

Ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya. Namaku Bianca. Kalian bisa memanggilku Bian.

Kalau aku bertanya tentang arti kata pacar, seorang lelaki tentunya, mungkin terlintas di benak kalian tentang seseorang yang bisa memberikan kebahagiaan, perhatian, kadang menyebalkan tapi membangkitkan rasa rindu. Seseorang yang berusaha selalu ada. Muncul tiba-tiba dengan konyolnya menggoda saat hati kalut. Menerima keluhan demi keluhan. Melontarkan candaan yang kadang tak lucu. Atau kalian akan menggambarkan padaku tentang apa itu cinta. Menggambarkan apa itu arti asmara.

Penggambaran itu tidak pernah kusalahkan. Namun ketika kalian balik bertanya padaku, arti seorang pacar tidak sesederhana itu. Lebih dan lebih dari itu. Aku butuh satu kata jauh di atas kata sempurna, untuk menggambarkan dengan tepat apa itu arti pacar. Atau lebih jelasnya arti seorang Finan.

Akan aku ceritakan pelan-pelan karena aku juga ingin kalian mengerti. Juga tentang alasan kehadiranku di kota ini. Baru beberapa menit lalu aku turun dari kereta api, menjejakkan kakiku pada kota asing ini. Aku berjalan menuju arah pintu keluar stasiun yang makin padat. Kutengok jam tangan kurus berantai perak di tangan kiriku. Jarum pendeknya bergerak sangat lambat mendekati angka 9.

Aku mengambil telepon genggam di sakuku. Kuketikkan sebuah nomor lalu kutekan tombol "call". Semalaman di kereta aku menghabiskan waktu menghapalkannya sementara aku tidak tidur. Aku takut tertidur. Aku takut berjumpa dengannya dalam mimpi. Sebabnya, tak akan ada orang lain yang mampu bersaksi pada perjumpaan itu. Aku bukan ingin menemui bayang-bayangnya, itu sudah sering. Aku ingin mencerca ragamu, dengan membawa saksi. Seorang saksi yang baru saja mengatakan "Halo..." diujung telponku.

"Iya halo. Aku uda keluar dari stasiun, kamu dimana?" tanyaku. Kusapu pandangan ke segala arah, mencari sebentuk manusia yang kukenal betul. Manusia bernama Sekar.

"Jalan ke depan. Lurus. Aku sudah lihat kamu dan tas norak kumelmu itu!" ucap Sekar.

Aku menuruti kata Sekar. Berjalan lurus saja. Sembilan langkah, sepuluh langkah. Aku belum juga melihat sebentuk Sekar. Di hadapanku, sisi kiri dan kananku juga, penuh manusia.

EnsembleWhere stories live. Discover now