.tiga

10 6 1
                                    

   Aidan berjalan keluar dari kelas secepat mungkin. Sumpah serapahnya untuk gadis bernama hanna itu tak kunjung terhenti. Saat bibirnya asik melafalkan sumpah serapah, tangannya sibuk mencari-cari dimana keberadaan kuncinya yang tiba-tiba menghilang. Lelaki bernama aidan itu memberhentikan langkahnya. Ingatannya kembali mengingat kejadian lima menit yang lalu. Kejadian saat dimana ia tengah mencari pulpennya di dalam saku, lalu tak sengaja mengeluarkan kunci motornya diatas meja.

Aidan memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat. Langkahnya kini menuju kelasnya berada. Koridor sepi bukan main. Seluruh murid sudah kembali ke rumahnya sejak tiga puluh menit yang lalu. Aidan baru bisa pulang sekarang sebab dirinya harus membersihkan lapangan sebagai hukumannya hari ini.

Aidan membuka pintu yang setengah terbuka itu. Lalu, hanna yang tengah berjalan menuju keluar kelas menolehkan kepalanya secara otomatis.

Aidan berusaha sebisa mungkin untuk tidak memerdulikan hanna. Sebisa mungkin matanya tidak menoleh kepada gadis itu.

Begitu pula dengan hanna. Sejak kejadian tadi pagi dirinya tambah berusaha untuk tidak menolehkan kepalanya kepada aidan.

Suasana canggung tersebut untungnya tidak bertahan lama. Hanna sudah keluar kelas dan dapat bernapas lega, sedangkan aidan sampai di mejanya berada. Matanya menatap polos meja miliknya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan kunci motornya. Aidan menundukkan kepalanya ke bawah, mencari kunci motornya di bawah kolong meja.

Dan hasilnya tetap nihil.

Matanya kini teralih menatap kolong meja milik hanna. Buku paket matematika milik hanna masih berada di bawah meja. Keinginan untuk mengembalikan kepada pemiliknya itu muncul di lubuk hati aidan. Namun, untuk apa? Hanna hari ini sudah benar-benar membuat harga dirinya hancur.

Hanya karena kejadian tadi pagi, khas brandalan nya menghilang. Satu sekolah kini menganggap aidan sebagai anak teladan.

Sudah insaf, kata mereka.

Bahkan, banyak yang bilang bahwa aidan menyukai hanna. Karena mereka menganggap bahwa kejadian tadi pagi disengaja oleh aidan.

Dan aidan sebisa mungkin untuk tidak mendengarkan semua rumor yang beredar. Ia tetap menjaga harga diri seperti biasanya. Berjalan menuju kantin bersama teman dekatnya dengan wajah-wajah cool yang melelehkan hati siapapun.

Aidan kembali menatap buku paket tersebut. Tangannya meraih buku paket yang terletak di bawah meja itu. Secuil ide muncul di benaknya. Rasa keinginan untuk balas dendam akan kejadian tadi pagi kepada hanna mencuat.

Aidan tersenyum jahat. Dilihatnya buku paket milik hanna itu. Lalu, dibawanya keluar kelas. Aidan menatap sekitar, takut ada yang melihat aksi balas dendamnya ini. Saat keadaan sudah benar-benar aman, aidan membuang buku paket milik hanna ke dalam tempat sampah.

Lalu, ia kembali mengingat dimana terakhir kali ia meletakkan kunci motornya tersebut. Aidan berdiri tegap saat mengingat bahwa teman-temannya sering menjahilinya dengan cara menitipkan kunci motor miliknya tanpa sepengetahuan aidan kepada pak satpam.

Aidan berjalan keluar menuju pos satpam berada. Saat ditanya ada kunci motornya atau tidak, pak satpam geleng kepala. Katanya, teman-teman aidan hari ini tidak menitipkan kunci motor milik aidan kepadanya.

Aidan berjalan keluar gerbang, dimana puluhan murid tengah berada menunggu untuk dijemput ataupun menunggu angkutan umum. Mata aidan menatap sekitar, mencari dimana keberadaan dua temannya yang tengil nauzubilah.

Lalu hasilnya nihil.

Tidak ditemukannya batang hidung kedua temannya. Jangankan hidungnya, kepalanya saja tidak ada.

BLESSURESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang