Ketika Benci Berubah Jadi Cinta

prolog

Seorang gadis bernama Ayla Alexandra sedang termenung di tengah keramaian kelasnya. Yaitu kelas XII IPA 2 di SMA NUSANTARA. Hari ini dia sangat kesal karna kejadian pagi tadi yang menghancurkan moodnya.

* Flashback on

    " De bangun!!!!!! Udah jam setengah tujuh nih " teriak seorang pria dari dapur yang berada tak jauh dari kamar Ayla. Karna tidak ada jawaban sama sekali akhirnya pria itu yang tak lain adalah kakak Ayla yang bernama Azka menghampiri adiknya di kamarnya.

" De bangun udah siang! " ucap kakaknya sedikit berteriak karna sedari tadi ayla hanya menghiraukannya. Dan akhirnya suatu kejailan terlintas di pikirannya untuk Ayla.

Dengan cepat ia masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar ayla dan mengambil satu gayung air. Lalu dia keluar dan.....'byurrrrr' air itu ia siramkan ke ayla yang masih di tidur.

Sontak ayla langsung terbangun dan marah pada kakanya tetapi kakaknya hanya tertawa puas.
" arghhhhh kaka!!!!!!! Apaan sih kak kok aku di siram emang aku tanaman apa di siram siram" teriak ayla pada kakaknya.

" Siapa suruh dari tadi di bangunin susah banget " ujar azka kakak ayla.

" Ya tapi nggak usah di siram juga kali dingin tau " balas ayla kesal.

" Ya udah iya deh kakak minta maaf habisnya salah sendiri susah banget di bangunin. Udah gih sana mandi udah jam tujuh tuh." ucap azka.

" Hah!!! Demi apa jam tujuh kenapa kakak baru bangunin aku!!!!." teriak ayla sambil berlari kekamar mandi.

Dan sang kakak hanya tersenyum melihat kelakuan adiknya itu.

*Flashback off

Dan saat dirinya asik termenung tiba tiba ada seseorang ya berteriak di telinga ayla. " Woyyyyy!!!! Ngopi ngapa ngopi diem diem bae!!!!!!."

" Anj*ng." teriak ayla terkejut dan di respon oleh tawa pria yang mengejutkannya tadi. Dan ayla mengenali siapa pria mengejutkannya. Siapa lagi kalu bukan Arya Andara musuh bebuyutannya sejak kelas sepuluh dulu.

Dan sampai sekarang sampai mereka berdua duduk di bangku kelas XII pertengkaran mereka masih terus terjadi. Sampai sampai membuat teman sekelas mereka heran dengan sikap keduanya yang selalu bertengkar jika bertemu.