Sayatan #1

15 0 0
                                    

A dalam kamus dimulai dari aku.
Dan aku membanting kamusnya, sejak awal, dengan ceria.
Siapa yang ingin kau baca sekarang?
Katakan padaku merah, kuning, biru!
Pelangi!
Oh, lukisan yang manis itu...

Aku?

Warna cahaya berada pada angka yang dimiliki akar.
Suatu saat dimana bulan sabit jingga mengira matahari tenggelam.
Hey,hey! Lihat aku! Ada kucing bermata ikan disini!
Kau penipu cilik!
Tertawa dan pergi dari tas yang kau bawa.
Menyenangkan, menyenangkan, bukan?
Mata yang hanya dapat melihat kawan-kawan tawa dan seringai.
Berkatalah, "Aku disini untuk berkedip dengan jail."

Gadis yang hanya mengenal jingga yang terbit,
Aku?

Ah, kamusnya hilang lagi!
Bukankah, kantung celanaku mendekapnya, selalu?
Sudah kubilang jangan sembarang! Lagi, suara itu mengaduh.
Baiklah, tidak?

Jendela mulai berkeringat.
Jangan memulainya kembali.
Musim hujan selalu muncul didalam perpustakaan.
Berbisik, 'apakah yang membawa awannya kali ini?'
'Tuan Bach sedang meminta belas kasih atas danau di matanya."
Tidak! Kurasa ini jelas Billy dan gadis kota pada bibir.
Pancaroba mulai masuk tanpa alasan.
Orang-orang dengan mata 'hiy!'
Tanganku mulai membuat tirai pada wajah.

Dalam kata mengapa yang diletakkan pada kamus,
kau pasti bertanya mengapa,
Aku?


Tuk. Tuk. Tuk.
Ketukannya berirama kikuk.
Meski kami tahu kau mulai memasang mata pada setiap angin yang berhembus.
Kau hanya tidak tahu sedang mencincang air pada sungai milikmu.
Baru saja membuat jaring komplek dari sebuah buku.

Keren, ah, sial! Lukisan itu mulai mencuri semua hal di sekitarnya.
Jay yang terbang pada cermin tidak mengerti bahwa dia tidak pernah memeluk apapun.
Hal yang menjadikanmu berada pada kecanduan.
Tirai pantomim yang kau buka dari panggung dalam kotak hingga lidah dari sisimu.

Berlari
Berlari
Berlari

Menari
Menari
Menari

Tertawa
Tertawa
Tertawa


Menjerit!
Hah, hah, hah... Hembusan pada nada allegro.
Terdengar senang, tidak, kudengar menumpahkan seluruh bulan Desember.


Kau mendapatkan ilusi dari kota penuh lembaran tua.
Kamus itu lagi!
Apa yang kulewatkan? Oh, kantong celanaku mulai rusak dan sesak.
Perlu mencari rumah baru untuk si kecil ini.
Hmm, tasku.

Duduklah di sisi bulan untuk memancing bintang.
Sinar mata yang berada pada awan di tidurku,
Aku memiliki banyak galaksi pada dadaku.
Chamaeleon membiarkanku mengambil banyak dari dirinya.
'Akulah ratu baik hati.'katanya.
Tanpa kastil dan rakyatku.
'Bukan, aku memiliki tirai dan panggung di kepalaku!'
Kau tidak memberiku tepuk tangan dan air mata.
'Bukankah kau E.T dari galaksi patah sayap?'
Renyah dari suara tawa dan deras dari air mata.
Hanya menggantung pada mata yang kehilangan.

Dalam perpustakaan ini, kau adalah wajah-wajah pada rak dan dinding.
Sepanjang hari mencium dan memotong telinga dalam iri.
Jangan memanggil tuan siluet hitam pada tari.
Jangan...maukah kau tidak pergi? Maukah kau? Maukah kau?
Hantu berputar dalam tawa dan mata tanpa teman milikku.
Aku! Aku! Aku! Bukan, aku!

Hiks... Hiks...
Perpustakaan penuh dan kosong.

Kalau begitu tanyakan pada dion dan jovi.
Kemanakah dia pergi dari pikiranku?
Ketika burung hantu dan mata sipit sudah mulai mencuri gitarnya.
Kekacauan dan kekalutan dari jiwa yang bersayap itik.
Tempat untuk keluar dari air terjun.
Mengikat balon tepat di leher untuk mendapatkan kebebasan.

Ratu, pakaikan mahkota di kepalaku.
Meletakkan kepalaku di atas mata kaki dan berjalan dengan bulan sabit.
Sirius, sirius, pamanku adalah aku.
Bisakah? Bisakah? Bisa...
Kelinci kecil menyedihkan melihat pada topi berlian yang dicuri.
Aku dengan penuh kesombongan terjatuh pada kastil yang hancur.

Suara dari pohon tempat lembaran berasal.
Hijau bukan putih.
Kenapa seakan berdiri pada poros bianglala,
atau hanya aku yang berotasi seperti bumi?
Kenapa semua, semua, semua, tidak, bukan, aku? Bukan aku?
Maukah kau? Maukah kau? Tanganku, ambil tanganku!


Sudut perpustakan adalah bambu dan mawar.
Laozi dan Ahmad berdiri pada satu sudut taiji.
Wajah satu mata berdiri pada sudut lainnya.
Jika aku kembali pada hutan akankah aku menemukanmu kembali?
Perasaan tersiksa karena kerinduan, tidak ada yang melebihi dirimu.
Satu, hanya satu.


Tidak dengan perpustakaan yang menyimpan terlalu banyak.
Jendela berdecak-decak hitam dan putih.
Tangan yang menggapai-gapai jaring laba-laba rapuh dan patah.
Sudah tidak ada tempat lagi bagi dirimu sendiri.
Rangkulan pada tulang kering.


Dalam dadaku aku membiarkan air terjun bersandar pada perpustakaan.
Ketika aku kembali pada kota gersang,
Tidak memiliki apapun lagi.
Aku tidak berani menatap pada mata penuh tangan yang tergantung bintang.
Terus terjatuh dan kehilangan dan kembali dengan angka tiga belas.
Menatapku seperti angkasa sementara matamu tertunduk melihat bumi.


Membawaku pada sebuah tas yang baru saja meninggalkan serpihan.
Oh! Aku tidak menemukan apapun. Tidak, kenapa?! Kenapa...
Kosong seperti pemandangan yang terlihat.
Kotak yang berusaha membuang sudutnya, sementara kumpulan buku tidak sanggup menampung kepalaku.
Aku merintih, 'Kau dan aku menghancurkan kami...hah...hah...hah'
Bolehkah, aku menawarkan vena pada leherku?
Atau kau menginginkan pucat pada mawar yang menangis di bawah siku?

Jariku penuh dan selalu berpilin.
Sementara kabut adalah diriku dalam lukisan Pollock.
Kalau saja pemakaman tidak mempunyai persimpangan menuju jembatan tali.
Bolehkah aku menyerahkan diriku pada deretan kamus yang menelan juga tembok?
Menyerah, bolehkah? Bolehkah?
Tercekik.
Menggelegap pada angkasa, lucukah? Lucukah?
Menangis.
Tangan yang terlepas, maukah? Maukah?
Putih.
Udara dalam galaksi, aku? Aku? Bukan?
Kehampaan.

Note :
Pernahkah kau merasa wajah yang kau pakai terlalu banyak, tapi kau tak pernah memiliki satupun?
Pernahkah kau merasa memiliki banyak suara pada kepalamu, tapi tak ada satupun yang kau kenali nadanya?
Datangnya seperti musim pancaroba dan berakhir pada ruang hampa.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young : ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang